Nilai-nilai karakter Tapak Suci bisa terlihat dalam falsafah pencak silat. Â
Falsafah pencak silat disimbolkan dengan senjata Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) berupa Trisula yang ujungnya tiga runcing. Filosofi Trisula bahwa pencak silat memiliki unsur seni, beladiri dan olahraga, dan gagangnya mewakili unsur mental-spiritual. Unsur seni menampilkan gerakan silat sarat dengan keindahan. Unsur beladiri berfungsi untuk melindungi diri atau orang lain dari gangguan atau kejahatan dari pihak lain. Unsur olahraga bahwa pencak silat bertujuan untuk kesehatan tubuh (badan). Sementara unsur mental spiritual bahwa pencak silat mampu membentuk kepribadian manusia yang baik, berbudi pekerti, tidak sombong dan peduli dengan orang lain.
Pola keseimbangan unsur pencak silat tersebut seiring dengan ajaran ilmu beladiri Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Hal ini bisa dilihat dari tata cara upacara tradisi Tapak Suci, makna lambang, ikrar siswa hingga motto perguruan. Motto perguruan yang berbunyi "Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, Tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi Lemah" menyimpan kekuatan supranatural (power of God) dalam diri pesilat Tapak Suci. Makna iman meliputi rukun iman sebanyak enam butir. Sedangkan akhlak sama dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku yang terpuji.
Ajaran Tapak Suci seperti ini membuat perguruan silat modern ini mengembangkan nilai-nilai keislaman dalam dunia persilatan yang memperhatikan aspek mental spiritual, namun tetap memperhatikan kekuatan fisik, ketrampilan teknik dan taktik dalam bertarung. Pola ini yang ditekankan dalam pembinaan dan melatih atlet, meliputi aspek fisik, teknik, taktik dan mental.
Kepribadian identik dengan karakter, watak, tabiat atau perilaku yang dimiliki oleh seseorang. Kepribadian yang terpancar dari seorang pesilat, khususnya Tapak Suci memiliki kekhasan tersendiri. Pesilat Tapak Suci tidak boleh sombong, tetapi harus percaya diri dan terbuka (jujur), suka berteman tapi menjauhi permusuhan dan prasangka. Memiliki motivasi berprestasi dan belajar, namun tidak emosional, stress, cemas, agresif dalam menghadapi situasi tertentu.
Tempaan dalam pendidikan pencak silat, khususnya mereka yang terbiasa naik turun panggung pertandingan, akan membentuk karakter yang kuat terhadap atlet tersebut. Mereka akan biasa hidup rendah stress, cemas atau emosional dan motivasi rendah apalagi putus asa. Selama ini mereka terbiasa dalam latihan yang penuh "tekanan", baik selama proses latihan maupun dalam menghadapi lawan tanding. Kebiasaan ini akan membentuk kepribadian pesilat tersebut dalam menjalani kehidupan diluar arena.
Terbentuknya kepribadian pesilat yang tangguh sehingga meraih puncak prestasi tentu membutuhkan proses waktu dan pola pembinaan yang terarah. Problem yang paling sulit dihadapi atlet adalah ketika kecemasan menderanya sebelum pertandingan dimulai. Kecemasan ini jika tidak bisa diatasi maka akan menurunkan motivasi tetapi melahirkan ketegangan psikis atlet. Disinilah perlunya rileksasi dan berfikir positif. Karena puncak prestasi akan tercapai jika ada keseimbangan fisik dan psikis.
 Peran Tapak Suci dan Pembentukan Karakter
Sejak awal berdiri Tapak Suci sudah menempatkan diri sebagai perguruan silat yang bebas tahayul bid'ah dan khurafat (TBC). Komitmen ini terbangun sejak beladiri besutan kakak beradik Ahmad Wahab dan Ahmad Dimyati ini bergabung secara resmi dengan Muhammadiyah. Sejak itu segala bentuk jurus, gerak dan sepak terjang Tapak Suci jauh dari hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam. Konsep itu tertuang dalam kurikulum dan materi keilmuan Tapak Suci, misalnya dalam makna logo/lambang perguruan, tata cara upacara pembukaan dan penutupan latihan, janji siswa dan motto perguruan.
Bunyi janji siswa Tapak Suci yaitu :
Ikrar Anggota