Menurut Rooger (1981:71) menjelaskan, bahwa para pakar yang seperti halnya Geertz, berpendapat bahwa budaya adalah system dari tujuan masyarakat, bukannya sandi perorangan dibenak masing-masing para anggota masyarakat, menunjuk kearah pengertian “budaya Bulgaria” yang telah ada sebelum (dan terlepas dari) kelahiran setiap orang Bulgaria. Mereka berpendapat bahwa budaya seperti misalnya bahasa Bulgaria terdiri dari kaidah-kaidah dan makna-makna yang menembus benak perorangan. Mereka berpendapat bahwa sebagai suatu system konseptual, budaya Bulgaria tersusun (dan mengalami perubahan) menurut cara-cara yang tidak mudah dipahami jika kita memandangnya sebagai suatu susunan yang diketahui oleh setiap orang Bulgaria.
Para pakar antropologi yang mengajukan pandangan distribusi budaya seperti ini dapat menghitung berbagai segi pandang yang berbeda tentang tata cara kehidupan kaum wanita dari pria, muda dan tua, spesialis dan nono spesialis. “Budaya” dipandang sebagai himpunan pengetahuan untuk mana masing-masing orang punya andil dalam cara dan taraf yang berbeda.
Pengetahuan pakar garis keturunan, di Manus (sebuah pulau di Papua Nugini)… tersedia guna mengartikan berbagai peristiwa yang terjadi, dan kalau dia mati, tanpa mewariskan pengetahuannya ini kepada anak didiknya, budaya yang bersangkutan mengalami perubahan yang sangat berarti.(Schwartz 1978:429)
Para pakar Antropologi yang mengajukan pandangan distribusi budaya seperti ini berpendapat bahwa cara tersebut memberi sarana yang lebih baik guna memahami perubahan-perubahan, dari pada menggambarkan “budaya” (budaya manus, budaya Bulgaria), sebagai suatu system yang eksternal dan menembus masing-masing anggota masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H