Mohon tunggu...
Niswah Mufidah
Niswah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - pelajar

Tidak ada yang mustahil ketika kita terus mencoba dan berusaha dan tak lupa selalu ikhtiar dan tawakkal kepada Allah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

10 Reaksi Buruk terhadap Perilaku Negatif Anak

25 November 2019   04:20 Diperbarui: 25 November 2019   04:28 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Orangtua merupakan pendidik sekaligus contoh bagi anak-anak dalam kesehariannya, dan tentu setiap orangtua menginginkan anak mereka tumbuh menjadi anak yang baik, sopan, dan menurut. Namun apa jadinya jika tanpa sadar orangtua terkadang kehilangan kendali dalam mengelola emosi dan pada saat itu anak memperhatikan mereka dan secara tidak langsung tindakan-tindakan yang kurang baik atau terlalu kasar kemudian terekam jelas dalam memori anak dan bisa saja suatu saat anak akan meniru hal tersebut. Oleh karena itu jika orangtua menginginkan memiliki anak yang baik sepatutnya orangtua harus lebih mengenal tentang diri mereka sendiri, jika sudah terlaksana dengan bagus barulah orangtua membentuk anak menjadi pribadi yang baik.

Sebagian orangtua terkadang masih memiliki kebiasaan yang kurang baik, seringkali lepas kontrol dalam mengatur emosi tetapi tidak semua orangtua mempunyai hal buruk seperti ini. Untuk menjaga agar orangtua bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan maka kenali tentang reaksi buruk orangtua terhadap perilaku negatif anak:

10 reaksi buruk terhadap perilaku negatif anak

Terdapat beberapa reaksi buruk dari seorang pendidik yang bisa mengabaikannya dalam memecahkan masalah. Ketika reaksi tersebut diterima langsung oleh anak tanpa disadari anak akan memberikan ruang tersendiri dalam memorinya sebagai ruangan yang sangat menakutkan. Berikut beberapa reaksi buruk orangtua terhadap perilaku negatif anak:

  1. Bentakan. Saat orangtua tanpa sadar membentak anak hal tersebut dapat merusak komunikasi dan sikap saling memahami antara anak dan orangtua. Bentakan juga dapat membuat anak menjadi bingung antara takut dan ingin membela diri. Bentakan yang tanpa sengaja dilakukan oleh orangtua hanya akan membuat anak menjadi reaktif demi melindungi dirinya dari aksi yang tidak disangka-sangka. Anak akan kehilangan nalar introspeksi perilakunya. Tidak hanya itu bentakan juga merupakan cara yang buruk dalam menyikapi perilaku anak, hal tersebut hanya akan menimbulkan banyak sisi negatif dan dampak negatif dari bentakan ini lebih dahsyat dari sebuah pukulan. Dapat membuat trauma berkepanjangan dalam diri anak.
  2. Mencela dan mengomel. Seringkali poin kedua ini tidak dapat dihindarkan terlebih para ibu-ibu, karena biasanya ibu itu lebih cepat reaksinya ketika melihat anak kurang baik dalam bersikap atau sebagainya. Perlu diketahui sikap mencela dan mengomel ini dapat menanamkan rasa dendam dalam diri seseorang terlebih pada anak. Hal ini juga bisa merusak hubungan orangtua dengan anak. Jika memang anak melakukan kesalahan jangan langsung memarahinya karena anak-anak masih dalam tahap belajar, ketika mereka belajar dan keliru maka tidak sepantasnya orangtua langsung memarahi anak akan tetapi tegurlah dengan baik dan tanpa emosi serta berikan arahan yang baik agar anak bisa mengerti.
  3. Terlalu mendikte. Ketika orangtua sering sekali memberikan perintah kepada anak tanpa memberikan kepercayaan penuh pada anak, hal ini dapat menyebabkan anak merasa bahwa dirinya hanya menjadi alat dalam melaksanakan perintah, dan dapat pula melemahkan kepribadian anak.
  4. Mengancam. Terkadang ketika orangtua sudah bingung saat mengarahkan anaknya tak jarang dari mereka mengambil alih-alih ancaman agar anak patuh. Dapat diketahui bahwasanya memberikan ancaman kepada anak tidaklah bisa menyelesaikan masalah akan tetapi malah akan mendekatkan anak kepada perilaku-perilaku yang tidak baik. Karena walaupun dengan mengancam anak akan meninggalkan tingkah laku yang kurang baik, tetapi hal itu tidak akan bertahan lama atau hanya sementara saja. Karena hal tersebut hanya didasari dengan perasaan takut bukan kesadaran dari diri anak sendiri.
  5. Menghina. Hinaan bukanlah sikap yang baik yang bisa dilakukan oleh seseorang dalam menanggapi orang lain. Saat orangtua melakukan penghinaan terhadap anak ketika anak tanpa sengaja salah dalam berperilaku, maka hal tersebut dapat menghilangkan rasa percaya diri anak. Selain itu menghina juga dapat mematahkan semangat dalam diri anak serta melemahkan kepribadian anak sehingga anak cenderung merasa minder.
  6. Mencaci. Kebanyakan orangtua yang kurang paham tentang strategi mendidik anak dengan baik mereka akan cenderung mudah bereaksi saat anak melakukan kesalahan dalam belajar. Saat orangtua mencaci anak melabeli anak dengan sikap yang buruk, tanpa disadari anak akan hidup dengan label buruk yang diberikan orangtua. Label tersebut akan melekat dalam diri anak dan juga ketajaman lisan orangtua bisa menyebabkan anak memiliki perilaku yang amoral.
  7. Membanding-bandingkan. Ketika orangtua mendapati anak mereka berbeda dengan anak-anak lainnya tidak sepantasnya orangtua membanding-bandingkan. Karena hal tersebut memang tidak diperbolehkan dan tidak masuk akal. Karena membanding-bandingkan anak hanya akan membuat anak kehilangan kepercayaan dirinya, kemampuan, kompetitif, dan menimbulkan apatisme sang anak.
  8. Menasehati secara berlebihan. Memang sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk saling memberikan nasehat terhadap sesama. Tetapi juga terdapat etika ketika hendak memberikan sebuah nasehat, maka dari itu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam sangat berhati-hati dalam memberikan nasehat terhadap sahabatnya. Orang dewasa saja ketika kita hendak memberikan sebuah nasehat harus paham akan kondisi seseorang tersebut, tidak berlebihan dan keterlaluan. Hal ini juga berlaku terhadap anak kecil, ia akan merasa tertuduh jika terus-menerus dinasehati secara berlebihan.
  9. Berprasangka buruk. Saat orangtua selalu menafsirkan perilaku anak secara negatif padahal anak masih membutuhkan banyak pengetahuan dari orangtuanya, hal itu sama saja dengan berprasangka buruk terhadap anak. Jangan terlalu mudah terpancing dengan perilaku-perilaku anak yang kurang berkenan dihati, karena sejatinya anak masih belajar dan seharusnya orangtua memberikan pengajaran yang baik bukan malah menunjukkan prasangka negatif, karena prasangka negatif hanya akan menimbulkan rasa percaya orangtua terhadap anak menipis. Nah ketika rasa percaya orangtua terhadap anak hilang lalu bagaimanakah orangtua bisa mendidik anak dengan baik?
  10. Mengungkit keburukan anak. Seringkali anak melakukan sebuah kesalahan lalu meminta maaf kepada orangtua, sebagai orangtua yang baik sudah sepatutya untuk memaafkan kesalahan sang anak mengingat anak masih dalam fase pembelajaran. Namun yang perlu diingat untuk semua orangtua adalah tidak mengungkit kesalahan anak karena ketika orangtua mengungkit keburukan anak hal tersebut hanya akan mengakibatkan segala perilaku anak terlihat buruk di hadapan orangtua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun