"Mencintai anak tidaklah cukup, yang terpenting adalah anak-anak menyadari bahwa mereka dicintai orangtuanya." St John Bosco
Sejatinya setiap anak yang lahir di dunia ini adalah harapan bagi orangtua mereka, dan akan menjadi apa seorang anak di masa depan yang akan datang bergantung pada pola asuh orangtua dalam mendidiknya.
Setiap orangtua tentunya mengharapkan anak mereka lahir ke dunia dengan keadaan sehat secara fisik maupun psikis, namun apa yang akan terjadi jika pengharapan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan?
Pada orangtua yang mendapati anaknya terdiagnosis kelainan atau anak berkebutuhan khusus, orangtua yang berada dalam posisi seperti ini mengalami beberapa tahapan emosi.
Terdapat tiga reaksi emosi seperti syok, penyangkalan dan rasa tidak percaya serta diikuti beberapa emosi yang lain secara bergantian seperti: merasa bersalah, depresi, malu, self-esteem yang rendah, penolakan terhadap anak overprotektive. Hal ini akan terus berlanjut hingga orangtua bisa menerima kehadiran anak dan bisa menyesuaikan diri dengan kondisi.
Anak down syndrome adalah anak yang mengalami hambatan pada perkembangan fisik maupun mentalnya, hal inilah yang menyebabkan pihak keluarga sukar menerima keadaan anak tersebut.
Menurut Gunarhadi dalam Jurnal Empati fakultas Psikologi Universitas Diponegoro menyatakan bahwa faktor penyebab anak terlahir dengan keadaan down syndrom adalah usia seorang ibu yang melahirkan diatas 35 tahun lebih.
Namun bukan berarti bayi yang lahir dari rahim ibu berusia 35 tahun akan terkena down syndrom juga. Kenyataannya 80 persen anak down syndrom lahir dari ibu yang berusia 35 tahun keatas.
Keluarga yang mempunyai anak berkebutuhan khusus cenderung merasa bahwa kehadiran anak mereka adalah beban yang berat dan sumber stress dalam kehidupan orangtua baik secara fisik maupun mental.
Dalam Jurnal Empati fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Lestari menyatakan bahwa beban yang dialami orangtua dengan kondisi anak berkebutuhan khusus akan menghadirkan reaksi emosi dalam diri orangtua tersebut. Penolakan terjadi tidak hanya dari diri orangtua saja akan tetapi dari lingkungan pun bahkan tidak bisa menerima kehadirannya.