Mohon tunggu...
Niswatun Afifah Mujahidah
Niswatun Afifah Mujahidah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar tanpa ekpresi

Jalani apa yang perlu di jalani, tak perlu memaksakan diri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inner Child dalam Diri

13 Oktober 2021   07:20 Diperbarui: 13 Oktober 2021   07:21 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini, kita sering mendengar kata inner child. Entah di sosial media maupun di status whatsapp teman kita sendiri. Ngomong-ngomong, sebelum kita lanjut ke pembahasan, kalian tau tidak sih apa itu inner child? Mengapa semua orang berhak mengetahuinya? Dan apa sih pentingnya mengetahui inner child itu sendiri? Kalian pasti pernah mendengar kata inner child, tapi tidak tahu arti dan maknanya. 

Apa sih inner child itu? Inner child atau yang juga di kenal dengan sebutan sisi anak adalah anak kecil yang hidup dan tidak ikut tumbuh dewasa dalam diri kita. Bukan berarti mengandung anak dalam rahim, lebih tepatnya yaitu sisi kepribadian bersifat kekanak-kanakan yang terbentuk dari masa kecil. Bagian ini terus menetap dalam diri, tersembunyi hingga tidak terasa kehadirannya. Sebenarnya itu adalah hal yang lumrah ada pada diri semua orang, namun sisi ini sendiri jarang ada yang bisa merasakan apalagi mengatasinya. Meski inner child yang ada di dalam diri setiap orang pasti berbeda-beda, namun nyatanya konsep dan cara terbentuknya sama.

Inner child bisa berupa sisi positif maupun negatif, tergantung kenangan pada masa kecil yang terjadi di umur 6 sampai 7 tahun. Dimana anak di umur tersebut sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada gelombang otak untuk merespon sesuatu dengan cepat, yaitu sekitar 4 sampai 7 theta. Pada masa tersebut, anak sangat mudah mengingat kejadian yang di alaminya.

Faktor utama yang sangat terlihat selain pola asuh keluarga, yaitu lingkup pertemanan juga menjadi salah satunya. Tidak bisa di pungkiri jika kedua faktor tersebut menjadi sumber kenangan-kenangan yang ternyata terbawa sampai dewasa, baik itu kenangan indah maupun buruk. Pasalnya jika tidak bermain dengan keluarga, maka anak akan bermain dengan teman-temannya. Ini umum dan kebanyakan anak memang berperilaku demikian, namun anak yang inner child nya terluka sejak dini bisa saja cenderung lebih menyendiri. 

Hal yang paling dominan dan sering di rasakan walaupun tidak di sadari biasanya pada inner child yang terluka, itu akan berpengaruh pada sikap dan pengambilan keputusan orang dewasa. Selain itu cara pandang seseorang terhadap dunia juga menjadi terganggu karena inner child menyerap seluruh energi negatif yang ada, baik berupa ucapan maupun perilaku buruk orang lain yang di tujukan padanya pada masa kecil. 

Seseorang menjadi kurang percaya diri saat ini karena pernah di permalukan saat kecil, seseorang yang merasa tidak aman karena pernah menjadi korban perundungan, seseorang yang menjadi pencemburu berat karena pola asuh yang pilih kasih, seseorang yang serba iri karena tidak mendapat apa yang orang lain dapatkan, seseorang yang mudah tersinggung karena pernah mendapat ucapan kasar dari orang terdekatnya, dan seseorang yang sekarang menakuti beberapa hal layaknya trauma karena pernah mengalami hal buruk sewaktu kecil, itu semua adalah beberapa bentuk dari inner child yang terluka dan berdampak pada kehidupan saat dewasa. Jika kita tidak bisa menerima kejadian di hari ini, bisa jadi karena kenangan-kenangan buruk di masa lalu.

Tidak hanya memiliki sisi negatif, inner child juga memiliki sisi positif. Hanya saja sisi negatifnya yang terlalu besar hingga sisi positifnya menjadi tidak terlihat. Sisi positif itu sendiri juga terjadi di usia anak-anak, seperti bebas melakukan apa saja, kreatifitas tak terbatas, antusias di beberapa bidang yang ia sukai, fokus dalam menekuni suatu bidang dan memiliki keingintahuan yang besar terhadap dunia. Sayangnya kebanyakan orang cenderung lebih menonjolkan sisi inner child yang terluka dan muncul sebagai sifat buruk dimasa kecil serta paling mudah merasa marah. 

Tanpa di sadari, seseorang dapat meletakkan situsi serupa seperti dimasa kecilnya dengan orang yang berbeda dimasa sekarang. Maka dari itu, mengenali inner child di diri sendiri itu penting. Kita perlu mengetahui, menerima dan terhubung dengan inner child yang ada dalam diri karena itu merupakan komponen penting untuk membentuk karakter diri. Jalin komunikasi, bisa dengan berbicara pada diri sendiri. 

Jika sudah bisa merasakanya, kita harus merangkul inner child tersebut dan berjalan bersama. Dengan demikian, maka bisa membuat seseorang lebih happy dan produktif. Relaksasi diri menjadi salah satu kuncinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun