Di alam semesta ini, manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang hidup. Selain manusia, Allah juga menciptakan golongan lain, salah satunya jin. Sama seperti manusia, jin juga merupakan makhluk mukalaf, yaitu makhluk yang dibebani hukum dan kewajiban. Mereka juga diperintahkan untuk beribadah dan dilarang melanggar perintah Allah.
Apabila ia taat, maka Allah akan memasukkannya ke surga, dan sebaliknya bila ia ingkar, Allah akan memasukkannya ke neraka. Seperti firman Allah dalam Q.S. Az-Zariyat ayat 56 : "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku".
Tidak adanya perbedaan antar jin dan manusia sebagai makhluk mukalaf ini pernah dikisahkan oleh seorang ulama sufi klasik populer, yaitu Imam Asy-Sya'rani. Beliau merupakan ahli fikih, ushul fikih, ahli hadis, sekaligus Sufi yang hidup di abad ke-16 M.
Baca juga: Perkawinan Jin
Beliau adalah seorang sufi yang bergelar Qutbul 'Ilmi dan merupakan ulama yang cukup produktif. Selama masa hidupnya, beliau mengarang banyak kitab dalam berbagai ilmu, seperti tasawuf, fikih, al-quran, dan lain-lain. Di antara karya-karya beliau adalah  al-Lathaiful al-Minan, Mizan al-Kubra, al-Thabaqat al-Kubro, dan sebagainya.
Dalam bukunya yang berjudul Dialog Jin Sufi (Judul asli : Kasyfu al-Hijab wa al-Ran An Wajhi As'ilati al-Jan), beliau menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan jin untuk mengkritisi tingkah manusia.
Delapan puluh pertanyaan yang terkandung dalam buku ini beliau dapatkan dari golongan jin mukmin yang mendatanginya dengan menyamar menjadi seekor anjing berwarna kuning yang membawa lembaran kertas di mulutnya berisi tulisan Arab.Â
Ia (utusan golongan jin) datang untuk mendapatkan jawaban karena menurut ulama mereka hanya ulama dari golongan manusia yang dapat menjawabnya.
Baca juga: Jinn, Benarkah Makhluk yang Gemar Menggoda?
Menurut saya, pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam buku ini mencakup pokok persoalan yang cukup pelik dan kritis, namun penting diketahui. Di antaranya adalah "Darimana Kesengsaraan Datang Apabila Semua Perbuatan Milik Allah?", "Bagaimana kedudukan seorang hamba dalam wujud?", "Mengapa jasad tidak bisa melihat ruh?", "Mengapa Manusia Disiksa karena Mengikuti Hawa Nafsunya?", dan masih pertanyaan sulit nan kritis lainnya yang dijawab dengan sangat gamblang dalam buku ini.
Pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik tersebut tidak hanya dijawab oleh sang sufi dalam bentuk paragraf panjang yang membosankan. Namun, sesekali diselingi syair-syair untuk menguatkan argumentasi Imam asy-Sya'roni yang disarikan dari al-quran dan hadis nabi.