Mohon tunggu...
Nissaull Khusna
Nissaull Khusna Mohon Tunggu... Freelancer - DREAMER
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

dreamer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Nakal Itu Perlu

3 Maret 2018   11:13 Diperbarui: 3 Maret 2018   11:42 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam memandang anak orang tua seringkali mempunyai persepsi tersendiri. dia memberikan "ukuran-ukuran" tertentu kepada anak. Misalnya, ia memberikan ukuran kepada anak yang baik bila anak tersebut pendiam, menuruti segala perintahnya dan tidak berbuat "aneh-aneh" sehingga jika anaknya tidak sesuai dengan "ukuran" itu maka anak tersebut dicap sebagai anak nakal.

Anda kenal dengan Romario de Souza Faria? Ia adalah bintang lapangan hijau yang pernah mengantarkan negara Brazil merebut Piala Dunia 1994. Banyak orang yang tidak menyangka Bahwa romario kelak menjadi orang terkenal, padahal sewaktu kecil Romario sering kali mendapat julukan "si anak nakal".

Wataknya keras dan sedikit urakan. Maklum, pada waktu itu ia tinggal di daerah yang dikenal sebagai wilayah keras. Anak-anak di daerah itu sejak usia dini sudah diajari berkelahi. Memang, bila dibandingkan dengan anak-anak lain Romanio Tidaklah terlalu nakal.  hal ini karena romario lebih sering mengurung diri di rumah sebab penyakit asma yang dideritanya.

ketika kecil Romario lebih suka bermain bola bila dibandingkan dengan harus duduk manis di dalam sekolah. Seperti anak-anak kecil lainnya di Brazil ia mulai ikut bermain sepak bola di jalanan. romario pun tumbuh menjadi pesepakbola jalanan yang andal.

Melihat kegemaran anaknya yang demikian Edevair, sang ayah, akhirnya memasukkannya ke klub kecil Olaria Yunior. Di sinilah bibit kegemaran Romario bermain sepak bola mulai tumbuh dan berkembang serta menjadikannya sebagai striker profesional. Di pulalah "Anak Nakal" yang sering sakit asma itu akhirnya menjadi jutawan muda yang kelak terkenal di hati pecinta sepakbola dunia.

Dari kisah singkat Romaria di atas Sebenarnya ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil. Romaria dicap sebagai anak nakal Karena tidak mau duduk manis di sekolah dan lebih memilih bermain sepak bola bersama anak-anak jalanan.

Anehnya sang ayah Edevair tidak langsung membunuh kenakalan Romario ini dan malah mengarahkan kenakalan tersebut menjadi sesuatu yang positif yakni menjadikan anaknya menjadi pesepakbola profesional. Inilah pelajaran berharga yang tentunya bisa Kita Renungkan bersama sebagaimana seharusnya mendidik anak yang baik.

Apabila kita mau merenung lebih dalam, kita akan menemukan bahwa setiap tingkah laku anak tidak lain merupakan upaya diri anak untuk mengembangkan diri. Saat anak itu nakal tak lain sebenarnya ini menunjukkan potensi yang ada dalam dirinya anda tidak perlu melarang atau menjulukinya "Si Anak Nakal" tetapi yang perlu Anda lakukan adalah mengarahkan, sehingga potensi dan kecenderungan-kecenderungan itu bisa tumbuh dan berkembang.

Tentu anda bisa belajar dari cerita Romario di atas Ketika sang ayah mengarahkan Romario yang memiliki kecenderungan untuk bermain sepak bola Edevair tidak mencegah dan memandang anaknya yang bermain sepak bola bersama anak-anak jalanan itu sebagai "Anak Nakal", tetapi memilih bagaimana ia bisa memasukkan anaknya ke klub Olaria Yunior.

Selain kisah Romario ini Tentunya Anda juga bisa melihat kasus serupa Ketika anda mengikuti perjalanan hidup Thomas Alfa Edison penemu bola lampu listrik dan Albert Einstein perumus teori relativitas yang mengagumkan, pada masa kecilnya Edison dan Einstein  dikenal sebagai anak-anak nakal, Anak Dungu dan bodoh di kelas.

Mereka lebih memilih melakukan berbagai macam percobaan daripada disuruh harus duduk manis di dalam kelas. Tetapi karena temuan-temuannya yang cukup mengagumkan, akhirnya anak-anak nakal itu tercatat sebagai orang-orang yang sukses dalam sejarah perkembangan umat manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun