Mohon tunggu...
Nissa Maria
Nissa Maria Mohon Tunggu... -

Hanya dua kalimat, Kebaikan & Perbaikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Haruskah Takut ataukah Rindu

22 Januari 2012   06:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:35 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HARUSKAH TAKUT ATAUKAH RINDU

Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda-kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

(QS. Ali Imran [3] : 14).

Seseorang bertanya pada saya, “ Mbak apakah saya salah jika saya sangat takut akan kematian?.” Spontan saya menjawab, “ Kematian memang akan menghampiri setiap makhluk ciptaan Tuhan, akan tetapi adanya kematian bukan untuk ditakuti tapi lebih cocoknya kematian itu dirindukan.”

Setelah beberapa menit ngobrol, dia juga mengatakan kepada saya, “Mbak kok orangnya aneh ya, masak mati kok dirindukan, memang mbak pengen mati ya?”

Mendengar kalimat itu sejenak hati ini merintih, “Apakah orang yang merindukan kematian itu sama dengan orang yang ingin mati.”

Mungkin tidak hanya saya yang pernah menerima pertanyaan seperti itu, kalian pun mungkin pernah mendengarnya. Semisal, pernahkah kalian mengamati ketika orang berangkat kerja, pasti rapi bukan.? Dan biasanya sebelum berangkat kerja mereka pasti melakukan berbagai macam persiapan. Seperti mandi, memakai pakaian yang rapi, bahkan sampai berhias diri, semua itu mereka lakukan untuk apa sih.?

Dan apapun jawabanya, pasti pada akhirnya saat pulang kerjalah yang selalu mereka nantikan. Saat bunyi lonceng terdengar sebagai tanda usainya waktu untuk bekerja, sekejab kusaksikan semua mata terlihat berbinar dan bibir pun tersenyum lebar. Apakah kalian juga seperti itu.?

Begitu besar karunia-NYA hingga menjadikan apa-apa yang ada di dunia ini sebagai bahan pelajaran bagi orang-orang yang mengetahuinya. Begitu pula dengan hidup manusia, manusia ada pasti ada yang menciptakan. Ketika kita mengatakan takut mati, bukankah dengan kata lain kita juga mengatakan takut akan pulang kerumah. Rumah dimana kita diciptakan.

Sedang Rasulullah s.a.w. pun juga menggambarkan, “ Hidup ini tak ubahnya seorang musafir yang berteduh sesaat di bawah pohon yang rindang untuk menempuh perjalanan tanpa batas.” Karena itu, bekal perjalanan harus dipersiapkan semaksimal mungkin. Dan sebaik-baiknya bekal adalah takwa.” (al-Baqarah[2] : 197

Dan alasan saya menjawab seperti itu karena bagi saya kematian bukanlah akhir dari kehidupan, akan tetapi terlebih kematian adalah awal dari kehidupan yang sesungguhnya. Dan kehidupan yang sesungguhnya, pasti di rindukan bukan di takuti.

Nissa Mariyana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun