Mohon tunggu...
Annisa Haismaida
Annisa Haismaida Mohon Tunggu... -

University Islamic State (UIN) jakarta\r\nProdi : Journalist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kaki nenek renta itu...

8 September 2011   00:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:09 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilu saya melihat nenek itu, ketika ia menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri diatas kursi roda. Sepertinya rasa sakit yang ia dera begitu menyakitkan. Diatas kendaraan saya tidak tega melihatnya, mengingatkan almarhumah nenek saya. Hampir sama sekali dengan nenek saya yang dulu, semasa hidupnya menghabiskan waktunya di kursi roda akibat stroke.  Akan tetapi saya heran, mengapa sebanyak kendaraan mobil dan motor begitu mengacuhkan dan melewatinya saja. apa mereka tidak kasihan melihat orang tua se renta itu, begitu mengerang kesakitan di bawah cuaca yang begitu terasa membakar kulit. Dengan sedikit uang yang saya punya, saya letakan di atas ember besar yang berisi kasur dan pakaian kumuhnya. Apa mungkin keluarga nenek ini, mengusirnya karena penyakit yang ia derita saat ini. Sungguh memilukan saya melihatnya,membuat saya menangis. Saya merutuk dalam hati, padahal area itu dekat sekali dengan gedung DPR. Apa tidak ada satu pun WAKIL RAKYAT yang kita gaji itu tidak melihatnya? Kemana orang dermawan yang rela membantunya. Saya tak tahu itu, jika seandainya saya orang yang sangat berkecukupan saya sangat ingin membiayai pengobatannya. Postur tubuh dan wajahnya hampir mirip dengan nenek saya, berpikir bagaimana jika keadaan seperti itu terjadi pada nenek almarhumah nenek saya.

Ketika seseorang bercerita tentang dirinya...

ketika saya pergi kembali menuju ke tempat dimana nenek itu duduk di halte. saya tidak melihatnya, saya berpikir Alhamdullilah jika nenek itu sudah ada yang menolong. ada perasaan senang tersendiri dalam hati saya. saat saya pulang melewati halte itu kembali dan melihat jalan sekitar, memang tidak ada.

lalu, beberapa hari kemudian, saya kembali menuju ketempat itu bersama kakak saya. Sang nenenk benar-benar sudah tidak ada di bawah Halte itu lagi. Kebetulan saat pertama kali saya melihat si Nenek, kakak saya juga melihatnya. Ia juga begitu pilu dan kasihan melihatnya. sepanjang jalan pulang yang kulihat, Si Nenek benar-benar sudah tidak ada dan kakak pun juga berfikir, mungkin saja sudah ditolong. saat kami berbicara seperti itu, tiba-tiba ada seorang penumpang angkot ikut pembicaraan kami. Ia juga tahu Nenek-nenek yang kami bicarakan. Ia berkata bahwa sesungguhnya nenek itu sudah pernah dibawa kerumah sakit beberapa kali. begitu juga segala biaya penginapan rumah sakit sudah tidak perlu di khawatirkan. namun Si Nenek setiap selesai di obati, perban yang dikakinya selalu dilepas kembali. setiap, dibawa kerumah sakit, nenek itu selalu menolak untuk dirawat dengan dalih ia tidak ada keluarga menemaninya . saya menjadi tak mengerti apa maksud nenek itu. mengapa ia tidak peduli terhadap penyakitnya. ia malah senang dengan sinar matahari yang membakar lukanya ditambah dengan asap serta debu yang menempel di luka kakinya. saya juga terkejut, ketika penumpang itu berkata, baru saja kemarin nenek itu ada.

akan tetapi, biarpun begitu saya tetap merasa kasihan jika seandainya salah satu keluarga kita mengalami seperti itu. dengan penyakit yang diderita ditambah kesepian yang ia rasakan. mungkin para Kompasianers ada yang tahu, jika bertempat tinggal daerah tanah abang. dari arah slipi menunju tanah abang, mungkin sepanjang jalan itu ada Kompasianer yang tahu.

semoga banyak dari teman-teman Kompasianer yang masih memiliki tenggang rasa dan hormat terlebih dengan orang tua renta yang harus ditolong.

#satu lagi jika bagi kompasianers yang selalu menggunakan busway sebagai alat transportasinya. jika ada orang tua, harus mengalah ya sama orang tua renta seandainya anda dapat tempat duduk. walaupun sudah dipasang sticker dengan sindiran memberikan duduk untuk Lansia. tapi tetap saja, beberapa kali saya melihat banyak laki-laki yang tak mau mengalah dan mengacuhkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun