Mohon tunggu...
Nissa Yumardi
Nissa Yumardi Mohon Tunggu... Lainnya - Nissa yumardi

Hii selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Financial

Sejarah European Monetary System (EMS) dengan Wacana Pembentukan Tunggal ASEAN

6 Maret 2024   21:40 Diperbarui: 11 Maret 2024   19:18 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

International Monetary System (IMS) atau Sistem Moneter Internasional dikenal sebagai sistem pembayaran internasional yang dilakukan terhadap kegiatan ekonomi antara penduduk satu negara dengan negara lain. Sistem Moneter Internasional yang baik adalah dapat memaksimalkan aliran perdagangan internasional dan investasi serta membawa pada kondisi pemerataan keuntungan perdagangan bagi negara-negara di dunia Rostiana, E. (2020).

European Monetary System (EMS) merupakan salah satu bagian dari Sistem Moneter Internasional. Sejarah sistem moneter di Eropa dimulai dengan pembentukan European Monetary System (EMS) pada tahun 1979. Pada tahun 1992, Maastricht Treaty ditandatangani, yang melahirkan European Union (EU) dan menciptakan fondasi untuk European Economic and Monetary Union (EMU). EMU bertujuan untuk menciptakan mata uang tunggal di Eropa dan memperkuat integrasi ekonomi di antara negara-negara anggota.

Tujuan utama dari Sistem Moneter di Eropa adalah mencapai stabilitas nilai tukar, mengurangi risiko fluktuasi mata uang, dan memfasilitasi perdagangan dan investasi antarnegara. Selain itu, tujuan sistem moneter di Eropa adalah menjaga stabilitas harga, mengendalikan inflasi, dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di seluruh kawasan.

Penerapan sistem moneter di Eropa melibatkan kerjasama erat antara negara-negara anggota dalam hal kebijakan moneter, stabilitas harga, dan kebijakan fiskal. European Central Bank (ECB) didirikan sebagai lembaga otonom yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter di kawasan Eurozone. ECB menjaga stabilitas harga dengan mengendalikan inflasi dan mengambil keputusan terkait suku bunga dan kebijakan moneter lainnya. Selain itu, negara-negara anggota Eurozone juga harus mematuhi kriteria konvergensi yang ditetapkan, termasuk stabilitas harga, defisit anggaran yang terkendali, tingkat suku bunga yang rendah, dan keterlibatan dalam mekanisme pertukaran mata uang Eropa. Penerapan sistem moneter di Eropa membutuhkan komitmen yang kuat dari negara-negara anggota untuk mengkoordinasikan kebijakan ekonomi mereka dan menjaga stabilitas nilai tukar.

Wacana mengenai mata uang tunggal ASEAN telah muncul sebagai langkah menuju integrasi ekonomi yang lebih dalam di kawasan Asia Tenggara. Seperti di Eropa, tujuan utama dari mata uang tunggal ASEAN akan mencakup stabilitas nilai tukar, memfasilitasi perdagangan dan investasi, serta memperkuat integrasi ekonomi di antara negara-negara anggota ASEAN. Mata uang tunggal di Eropa disebut Euro. Euro diperkenalkan secara resmi pada 1 Januari 2002 sebagai mata uang kawasan Euro atau negara-negara anggota Uni Eropa yang mengadopsinya. Pendirian mata uang tunggal di Eropa merupakan bagian dari langkah-langkah integrasi ekonomi yang lebih luas di Uni Eropa, yang dikenal sebagai Uni Ekonomi dan Moneter (EMU).

Proses pembentukan mata uang tunggal di Eropa dimulai dengan penandatanganan Perjanjian Maastricht pada tahun 1992. Perjanjian ini mengatur persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi oleh negara-negara anggota Uni Eropa untuk mengadopsi Euro. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi meliputi stabilitas harga, tingkat suku bunga yang rendah, defisit anggaran yang terkendali, dan stabilitas nilai tukar. Negara-negara yang memenuhi kriteria tersebut kemudian dapat menggantikan mata uang nasional mereka dengan Euro.

Pembentukan mata uang tunggal di Eropa memberikan manfaat seperti memudahkan perdagangan dan investasi antar negara anggota, menciptakan stabilitas moneter dan harga, serta meningkatkan efisiensi ekonomi. Namun, proses pengenalan Euro juga melibatkan tantangan dan penyesuaian bagi negara-negara anggota, termasuk harmonisasi kebijakan fiskal dan struktural. Perlu dicatat bahwa ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) belum memiliki mata uang tunggal seperti Euro di Eropa. Meskipun terdapat diskusi mengenai kemungkinan pembentukan mata uang tunggal ASEAN di masa depan, saat ini negara-negara anggota ASEAN masih menggunakan mata uang nasional masing-masing, seperti Rupiah di Indonesia, Baht di Thailand, dan Peso di Filipina.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Sistem Moneter Internasional (IMS) adalah sistem pembayaran internasional yang memfasilitasi kegiatan ekonomi antara negara-negara di dunia. Di Eropa, terdapat European Monetary System (EMS) dan European Economic and Monetary Union (EMU) yang bertujuan untuk menciptakan mata uang tunggal (Euro) dan memperkuat integrasi ekonomi di antara negara-negara anggota. Proses pembentukan mata uang tunggal di Eropa dimulai dengan penandatanganan Perjanjian Maastricht pada tahun 1992. Pembentukan mata uang tunggal di Eropa memberikan manfaat seperti memudahkan perdagangan dan investasi antar negara anggota, menciptakan stabilitas moneter dan harga, serta meningkatkan efisiensi ekonomi. Namun, saat ini ASEAN belum memiliki mata uang tunggal seperti Euro. Meskipun terdapat wacana mengenai mata uang tunggal ASEAN, negara-negara anggota ASEAN masih menggunakan mata uang nasional masing-masing.

REFERENSI:

Nurul Cholifah, D. W. (2020). Pembentukan Mata Uang Tunggal Kawasan ASEAN. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 1-7.

Rostiana, E. (2020). Ekonomi Moneter Internasional. Bandung: Cendekia Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun