Mohon tunggu...
Dreamer
Dreamer Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer- Writer

Mengukir masa depan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menjajaki Jalanan Berbatu KIM Plus di Pilkada Jakarta 2024

5 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 5 Desember 2024   19:04 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Harapan paslon jagoan KIM Plus dalam meraup suara 50+1 pada Pilkada Jakarta sirna sudah ketika hasil menunjukan kemenangan satu putaran justru diperoleh sang kontender dari partai oposisi, PDI-Perjuangan, Pramono Anung - Rano Karno yang meninggalkan pasangan Ridwan Kamil - Suswono dengan selisih lebih dari 10% pada hasil hitung cepat dari berbagai lembaga survei di Indonesia.

Menambahkan PKS dalam keanggotaan, yang awalnya diharapkan dapat meraup setidaknya tiga perempat dari 16% suara elektoral PKS di Jakarta (Kompas.com, Perolehan Suara PKS di Jakarta pada Pemilu 2024) serta suara pendukung Anies Baswedan atau “anak abah”, yang dikesankan terafiliasi dekat dengan PKS, tidak sesederhana penjumlahan matematika.

Walaupun segala daya dan upaya telah dilakukan seperti meraup suara pemilih Prabowo-Gibran sampai memanfaatkan Jokowi Effect, nyatanya fluiditas dari pemilih di DKI Jakarta tidak terlanjur padat pada satu kedalaman tertentu, dan sekali lagi, dibuktikan dengan data. Lantas, apakah nasib KIM Plus bersama RK-Suswono benar-benar sudah berakhir?

Amunisi “Plus” Untuk Kekuatan dan Kemenangan

Seminggu telah berlalu sejak Pilkada serentak dilaksanakan di seluruh penjuru Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa pergolakan kontestasi ini begitu panas dan persaingan begitu ketat. Tidak terkecuali bagi mereka yang diusung oleh koalisi terkuat saat ini, Koalisi Indonesia Maju atau KIM. Beranggotakan partai-partai politik besar yang diantaranya adalah Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PKB, PBB, PSI, Garuda dan Gelora, sehingga dijuluki dengan “Koalisi Gemuk”, digadang-gadang menjadi sumber kekuatan politik baru setelah berhasil menjadi tumpu tim pemenangan pasangan Prabowo-Gibran pada Pemilu 2024, Februari lalu.

KIM memang menjadi salah satu pengaruh besar dalam hasil akhir kemenangan Prabowo-Gibran. Selain dipimpin oleh tokoh-tokoh politik dengan popularitas tinggi, hal ini tidak terlepas dari angka elektoral setiap partai politik. Dalam data hasil Pemilu 2024 yang diterbitkan Kompas, tercatat bahwa empat dari sembilan partai politik yang di antaranya adalah Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan PAN memperoleh suara yang apabila diakumulasikan berjumlah sebesar 43,17 persen.

Sehingga, ketika menilai baik secara subjektif maupun berdasarkan data yang tersaji, mudah saja bagi kita meyakini bahwa Koalisi Indonesia Maju akan semakin kokoh dengan hadirnya amunisi “plus”. Dilihat dari akar rumput KIM sendiri yang sudah menancap kuat di tanah yang solid. Ibarat pohon yang disiram mata air dan pupuk, harapannya, pohon akan tumbuh semakin kokoh dan tinggi. Sebenarnya, logika ini cukup sederhana. Sama halnya seperti perhitungan matematika. 1+1 = 2. Semakin besarnya angka yang ditambahkan, berdampak terhadap tingginya suatu nilai.

Logika sederhana ini, rupanya juga menjadi dasar dari tercetusnya Koalisi Indonesia Maju Plus atau KIM Plus yang dibentuk dengan objektif “menentukan pilihan untuk melangkah bersama di sejumlah provinsi utama” pada Pilkada 2024 yang disampaikan oleh Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco pada Juli lalu. Bergabungnya partai-partai non-pendukung pemerintah di Pilkada 2024 seperti Partai Nasdem, Partai Perindo, PPP, sampai PKS dengan asas-asas seperti “persatuan” dan “solidaritas” menjadi alasan mengapa pembentukan KIM Plus menjadi urgensi tertentu. Selain itu, bergabungnya partai-partai outsider, menandakan bahwa dalam politik, segala sesuatunya sangatlah dinamis.

Meskipun KIM bisa dikatakan telah menang secara nasional bersama Prabowo-Gibran, namun rupanya, hal tersebut tidak mengesankan “kemenangan mutlak”. Terlebih lagi, dengan adanya Otonomi Daerah di Indonesia, perpanjangan tangan sangat diperlukan. Seperti yang disampaikan Dasco sebelumnya tentang  “melangkah bersama di sejumlah provinsi utama.”, mengindikasikan kekuasaan penuh terhadap daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya berlimpah baik dari segi manusia maupun alam. Pesan tersirat tentang pucuk kekuasaan dari setiap daerah utama harus dipegang erat-erat dan dikendalikan dari pusat, tanpa terkecuali.

Tentu saja, terbentuknya KIM Plus bukan didasarkan hanya karena kepentingan Pilkada maupun klise soal “persatuan” dan “kebersamaan”. Mungkin juga iya, tapi dalam tubuh politik, terminologi tersebut mampu menjadi pembalut sutra pada motif yang sebenarnya. Sehingga, kesimpulan sederhana yang bisa kita tarik adalah, adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, baik partai politik pro maupun yang non, dan itu adalah tentang kekuasaan.

Berbicara soal hasil, penambahan amunisi “plus” ternyata berbuah manis. Hasil Pilkada 2024 kemarin menunjukan dominasi kemenangan KIM Plus di daerah-daerah strategis seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Namun skenario ini berbeda ketika berbicara soal DKI Jakarta. Pada hari Kamis (5/12/2024), KPU merilis hasil rampung rekapitulasi Pilkada Jakarta, mengeluarkan nama Pramono-Rano sebagai pemenang dengan 50,07 persen. Tanpa satu selisih berbeda dari hasil hitung cepat (quick count) versi KPU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun