Mohon tunggu...
Nisrina Syafa
Nisrina Syafa Mohon Tunggu... Teknisi - Manusia

Ao:v

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Persepsi tentang Kebobrokan Jurnalis Media dan Laman Publik demi Mendulang Atensi Memanfaatkan Peristiwa Bencana

23 Januari 2021   19:08 Diperbarui: 23 Januari 2021   19:16 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Media dan laman publik di Indonesia memang sangat memprihatinkan. Apakah semua dilakukan agar laku di pasaran atau karena tidak ada berita lain yang perlu diberitakan? Memang kini  mengeluarkan pendapat dan pers dibebaskan. Namun bisakah semua itu tidak hanya dipikirkan dengan akal tapi juga dengan hati nurani? Menyedihkan memang.

Terkadang pencari berita hanya berpikir, yang penting mengirim berita. Dan dia bisa dikatakan produktif, bila berkali-kali kirim berita, masalah isi terkadang memang yang itu-itu saja. Daftar pertanyaan ke narasumber sudah dibikin. Misalkan kalau ada berita bencana atau musibah pertanyaannya yang mengharu biru, sehingga pembaca akan ikut merasakan kepedihan yang mendalam.

Saat ini kenyataannya bangsa Indonesia mudah tersentuh hatinya dan berjiwa penolong. Hal ini  menyebabkan berita-berita yang sanggup meluluh lantakkan hati yang laku dijual dan mendapatkan atensi yang banyak.

Hal ini pula yang membuat para jurnalis menjadi malas untuk mengubah daftar pertanyaan yang menyedihkan namun laku dijual daripada menggali berita yang membangkitkan semangat keluarga korban yang ditinggalkan. Di satu sisi memang ada baiknya akan banyak yang menolong, namun di satu sisi terkadang keluarga korban malah terpuruk karena selalu mengenang korban.

Ironinya lagi, terkadang antara jurnalis satu dengan yang lain bisa saling contek, alias sama isi beritanya, paling susunan kata-katanya hanya dirubah sedikit. Jadi mencontek bukan hanya saat di sekolah tapi saat mencari beritapun bisa dilakukan.

Parahnya lagi ada yang tidak di lokasi tapi hanya berbekal foto yang dikirim temannya, seorang jurnalis sudah bisa menulis  berita. Tentang isi berita menunggu ada berita yang muncul, sebentar dia menulis hampir mirip, berita sudah siap dikirim hanya beda menit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun