urbanfarming, masyarakat dapat bercocok tanam di lahan yang sempit atau terbatas di rumah. Berbagai tanaman dapat dengan mudah ditanam oleh masyarakat, contohnya sayur-sayuran, buah-buahan, hias bunga, dan lain sebagainya. Istilah ”Urbanfarming” merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat di perkotaan. Namun, bagaimana dengan masyarakat desa yang dominan memiliki lahan yang luas seperti halaman rumah yang luas, apakah mereka juga mengetahui istilah tersebut? Melalui kegiatan ”Workshop Urbanfarming” di Desa Kesongo yang diadakan oleh mahasiswa KKN PHP2D KSR FKM Undip, masyarakat Desa Kesongo diajak untuk mengenal istilah ”urbanfarming” dan diajarkan bagaimana cara menerapkan model urbanfarming di rumah.
Desa Kesongo (05/11/2021) - Di masa pandemi COVID-19, banyaknya kegiatan pembatasan di luar rumah oleh pemerintah menjadikan masyarakat menyibukkan diri dengan melakukan berbagai hobi di rumah. Salah satu hobi yang trending di masyarakat adalah berkebun di rumah. Kekhawatiran mengenai lahan yang terbatas di rumah pasti timbul di benak masyarakat. Namun, siapa sangka dengan memanfaatkan modelTujuan tim KKN PHP2D KSR FKM Undip mengadakan kegiatan Workshop Urbanfarming di Desa Kesongo adalah untuk mengenalkan dan mengajak masyarakat bercocok tanam di rumah dengan model urbanfarming. Masyarakat diajarkan cara menanam, merawat, hingga masa panen, serta masyarakat dikenalkan produk pupuk eceng gondok buatan Tim PHP2D KSR FKM Undip. Sesuai dengan rencana yang diinginkan oleh Kepala Dusun Ngentaksari, Desa Kesongo yang mengharapkan warganya dapat memanfaatkan lahan dirumah untuk bercocok tanam. Di sisi lain Kepala Dusun Ngentaksari juga menginginkan warganya untuk memiliki ketahanan pangan keluarga melalui tanaman yang ditanamnya.
Melalui kegiatan Workshop Urbanfarming, salah satu mahasiswi dari Tim KKN PHP2D KSR FKM Undip yaitu Nisrina Ocktalifa Chumair ingin mengetahui minat masyarakat Desa Kesongo terhadap tanaman yang akan mereka tanam nantinya melalui survei tertulis. Survei dilakukan untuk melihat ketertarikan masyarakat Desa Kesongo dalam bercocok tanam, sehingga diharapkan pemerintah desa dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan hal tersebut.
Dari peserta yang hadir dalam Workshop Urbanfarming diambil sebanyak 12 sampel untuk mengisi survei tertulis dan dihasilkan data sebagai berikut : Sebagian besar masyarakat masih memiliki lahan kosong untuk berkebun. Hal tersebut dikarenakan sebagain besar masyarakat Desa Kesongo memiliki halaman yang luas dan mumpuni untuk berkebun. Beberapa masyarakat juga sudah memanfaatkan lahan tersebut untuk bercocok tanam tanaman seperti pisang, jambu, jeruk, strawberry, cabe, sawi, dll. Dari pilihan tanaman yang ditawarkan sebanyak 2 orang menginginkan tanaman sayur-sayuran; 4 orang menginginkan buah-buahan; 1 orang menginginkan tanaman hias; 2 orang menginginkan tanaman sayur dan buah; 1 orang menginginkan tanaman sayur dan bunga; dan 2 orang menginginkan tanaman sayur, buah, bunga dan tanaman hias.
Melalui hasil survei tersebut, Tim KKN PHP2D KSR FKM Undip bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk pengajuan permohonan permintaan bibit tanaman yang nantinya akan dibagikan ke masyarakat Desa Kesongo. Sebanyak 50 bibit diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup kepada Desa Kesongo dan berharap bibit tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Masyarakat merasa kegiatan Workshop Urbanfarming yang diadakan Tim KKN PHP2D KSR FKM Undip dan pembagian bibit tanaman sangat bermanfaat. Mereka berpendapat jika kegiatan tersebut dapat mengisi waktu luang, menambah ilmu, dan sebagai sarana menyalurkan hobi. ”Kesan dari saya, acara ini seru dan bisa menambah ilmu (bercocok tanam)” tulis salah satu peserta.
Penulis : Nisrina Ocktalifa Chumair (25000119130111)
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Dosen Pembimbing : dr. Sri Winarni, M.Kes
Editor : Nikie Astorina Yunita D, SKM., M.Kes.