Mohon tunggu...
nisrina miftahrahayu
nisrina miftahrahayu Mohon Tunggu... Guru - Nisrina

IESP Unej 2017

Selanjutnya

Tutup

Money

Potensi Generasi Z dalam Perkembangan Integrasi Pembayaran Masa Depan

20 Juni 2023   05:13 Diperbarui: 20 Juni 2023   05:15 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebesar 28% penduduk Indonesia menurut data sensus penduduk merupakan Gen Z. Definisi Gen Z itu sendiri merupakan generasi kelahiran tahun 1997 hingga 2012. Gen Z dijuluki sebagai iGeneration karena lahir ditengah gencarnya perkembangan teknologi dan sejak kecil kaum Gen Z sudah dapat menggunakan internet. 

Pengguna internet menurut kominfo terjadi peningkatan sejak pandemi Covid-19 ditahun 2020 yang disebabkan imbauan pemerintah untuk tidak melakukan kontak fisik antar masyarakat maka dari itu, masyarakat melakukan kegiatan kerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah. Pada tahun 2022 pengguna internet di Indonesia sebesar 77,3% dari keseluruhan populasi penduduk yaitu sebanyak 275.773,8 ribu jiwa. Hal ini merupakan potensi Indonesia untuk membangun ekonomi digital.

Ekonomi digital akan menciptakan efisiensi ekonomi dan perekonomian semakin terbuka dengan memanfaatkan teknologi. Melalui terbukanya ekonomi, maka ASEAN pada tahun 2015 berinisiatif membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang bertujuan pemerataan ekonomi antar negara ASEAN dan menciptakan ekonomi yang strategis sehingga tercipta integrasi ekonomi regional ASEAN. Peran Gen Z dalam membangun MEA dengan melakukan inovasi bisnis dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) agar Indonesia dapat bersaing dengan negara ASEAN lainnya.

Potensi ekonomi digital dan MEA harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Indonesia memiliki sebaran penduduk usia produktif yang tinggi dibuktikan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa persebaran penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 190977.8 ribu jiwa sedangkan untuk usia non produktif (65 tahun keatas) sebanyak 18.599 ribu jiwa. Melalui perbandingan penduduk usia produktif yang jauh lebih tinggi dibanding penduduk usia non produktif dan dapat dikatakan Indonesia memiliki bonus demografi yang tinggi, hal ini merupakan peluang Indonesia untuk membangun ekonomi dan dapat bersaing dengan negara ASEAN lainnya.

Bank Indonesia bersama empat bank sentral ASEAN lainnya yaitu Bangko Sentral Ng Pilipinas (Filipina), Bank of Thailand (BOT), Bank Negara Malaysia (Malaysia) dan Monetary Authority of Singapore (Singapura) berkomitmen untuk menciptakan integrasi sistem pembayaran ASEAN melalui Regional Payment Connectivity (RPC). Sistem pembayaran RPC adalah pembayaran lintas batas antar negara ASEAN dengan menggunakan Local Currency Transaction Framework yang berarti bahwa transaksi diantara lima negara ASEAN dapat menggunakan mata uang lokal. Contoh dari penerapan RPC adalah pembayaran antara Indonesia-Thailand menggunakan barcode pembayaran. Penerapan RPC membutuhkan tingkat inklusi dan literasi keuangan digital yang tinggi. Berdasarkan data dari World Bank transaksi pembayaran digital di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, pada 2014 menunjukkan usia Gen Z tahun 2014 sebesar 24% (dari keseluruhan masyarakat usia 15-24 tahun) sudah aktif bertransaksi digital dan meningkat pesat ditahun 2021 menjadi 45%.

Seiring dengan meningkatnya transaksi digital di Indonesia dapat menjadi pondasi konektivitas pembayaran ASEAN. Generasi Z sudah akrab dengan teknologi maka dari itu ke depannya sistem pembayaran RPC ASEAN di Indonesia sangat memungkinkan terlaksana dengan catatan pemenuhan infrastruktur yang memadai dan juga yang paling penting adalah faktor sumber daya manusia yang mumpuni. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan literasi keuangan, dengan meningkatkan literasi keuangan di Indonesia, masyarakat memilih sistem pembayaran lintas batas ASEAN. Selain lebih efisien juga dapat meningkatkan nilai mata uang lokal.

Pembentukan kebiasaan baru dalam transaksi pembayaran digital dengan sistem RPC perlu dibiasakan. Memang terkadang memulai sesuatu yang baru akan terasa berat akan tetapi sistem pembayaran RPC harus terlaksana. Di mulai dari Generasi Z sebagai pelopor pembayaran lintas batas ASEAN dan masyarakat generasi lainnya akan mengikuti karena manusia memiliki kecenderungan untuk meniru orang lain dan menjadikan kebiasaan yang berulang (behavioral economics). Jadikan alat pembayaran digital RPC sebagai sarana yang memudahkan masyarakat dan dengan penuh kesadaran menggunakannya sehingga dapat mensukseskan RPC ASEAN dan menjadikan ASEAN sebagai tonggak pertumbuhan ASEAN dengan membuat ekosistem perekonomian yang efektif dan efisien.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun