Mohon tunggu...
Nisrina Maisuni
Nisrina Maisuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Saya sangat menyukai bahasa asing, terutama bahasa inggris. Saya senang membaca maupun mendengarkan cerita dalam bahasa tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hiruk Pikuk Menjadi Guru Honorer

3 Juli 2024   21:00 Diperbarui: 3 Juli 2024   21:08 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Guru merupakan peran penting dalam membimbing peserta didik dalam belajar di sekolah. Selain sebagai profesi mulia, guru juga adalah bidang profesi yang dilakoni sebagai pekerjaan. Guru menjadi penjembatan murid menuju pengetahuan dan membimbing siswa dalam belajar mereka di sekolah. Ada juga yang mengatakan guru sebagai pengganti orang tua siswa di sekolah. Menjadi guru tentu bukanlah hal yang mudah. Mereka yang hendak menjadi guru perlu menempuh pendidikan setara minimal S-1 sampai keprofesian. Sebagai suatu profesi, tentunya ada bayaran yang diberikan atas jerih payah yang dilakukan. Seringkali profesi guru ini disebut sebagai profesi yang memerlukan panggilan hati. Selain karena pekerjaannya yang memerlukan kesabaran dan ketelatenan, juga upah guru yang tak seberapa, terlebih bagi para guru honorer. Namun, sejatinya insan manusia yang memiliki kebutuhan yang perlu dipenuhi, guru juga berhak menerima haknya yang pantas. Guru honorer bahkan ada yang hanya digaji Rp 300.000 per 3 bulannya sehingga mereka harus mencari pekerjaan sampingan demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya. Maka dari itu, seringkali focus mereka terbagi oleh kesibukan mata pencaharian utama dan pendukung mereka. Menjadi guru bukanlah perkara yang mudah. Menghadapi bonus demografi yang dimiliki Indonesia juga memiliki pengaruh pada pendidikan, di mana dapat menambah peluang sekaligus kemungkinan bertambahnya pengangguran di Indonesia. Program pemerintah juga berpengaruh terhadap kesejahteraan guru honorer. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah juga berpengaruh terhadap kesejahteraan guru. Banyak dari mereka yang memiliki pekerjaan sampingan demi mencukupi kebutuhan hidup. Upah yang diterima sebagai guru tidaklah cukup jika hanya mengandalkan itu. Sehingga mau tidak mau, mereka harus mencari pekerjaan lain demi menyambung hidup. Kenyataan pahit ini sudah menjadi rahasia umum. Maka tidak heran, bahwa guru merupakan pekerjaan yang memerlukan 'panggilan hati'. Karena seringkali memerlukan keikhlasan dan kesabaran dalam pekerjaannya. Namun, tidak dapat dipungkiri, lulusan pendidikan kian tahun makin ramai sehingga banyak lulusan yang masih menganggur atau menekuni keahlian lain sebagai pekerjaan. Di samping, pemerintah juga banyak memberikan program selama masa perkuliahan, seperti magang dan studi independen. Hal ini bermanfaat juga sebagai bekal mencari pekerjaan. Selain itu, lulusan diharapkan juga mampu mengembangkan diri lebih jauh dan membuka lapangan pekerjaan baru. Karena pada kenyataannya, banyak dari lulusan perguruan tinggi yang masih mengandalkan instansi tertentu sebagai tempat melamar setelah lulus. Sehingga setiapn tahunnya, jumlah pelamar pun banyak dan karena itu persaingan makin besar. Persaingan antar lulusan perguruan yang menganggur akhirnya mencari pekerjaan lain. Karenanya, lulusan diharapkan memiliki keterampilan lain yang mumpuni dan berorientasi maju. Karena dengan itu, lulusan diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan. Selain itu, guru honorer juga memiliki penempatannya tersendiri. Mekanisme penempatan formasi PPPK Guru 2023 akan dilakukan berdasarkan urutan kategori pelamar sepanjang kebutuhan dan formasi tersedia. Oleh karena itu, guru honorer juga harus siap dengan penempatan yang diberikan oleh pemerintah. Sebagai pengalaman pribadi dari anak seorang guru honorer sekolah madrasah ibtidaiyah di daerah kampung tidaklah mudah. Ibu saya mendapat upah sebesar Rp 300.000 setiap 3 bulannya, dengan honor daerah sejumlah Rp 1.200.000 yang turun pada periode waktu tertentu. Belum lagi dengan biaya transportasi karena jarak yang dimiliki cukup jauh. Jika dihitung-hitung saja, biaya transportasi jauh lebih besar dari pada upah harian yang diberikan. Upah yang diberikan juga hanya cukup untuk membeli kebutuhan hari itu, ditambah dengan biaya tanggungan dan sekolah anak-anaknya yang berjumlah 3 orang. Untungnya Bapak saya masih bekerja. Jadi, biaya hidup setidaknya tertutupi oleh keduanya yang sama-sama masih bekerja. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun