Mohon tunggu...
Nisrina Imarasari
Nisrina Imarasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka masak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Yogyakarta dari Kota Budaya menjadi Surga Kopi, Fenomena dan Potensinya

23 November 2024   17:48 Diperbarui: 23 November 2024   20:36 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kota Yogyakarta, yang dikenal sebagai kota pelajar dan budaya, kini juga menjadi surga bagi pencinta kopi. Menjamurnya coffee shop di setiap sudut kota telah menjadi fenomena unik. Tapi apa yang mendorong tren ini? Apakah ini hanya gaya hidup sementara, atau ada potensi bisnis jangka panjang? Liputan ini memanfaatkan data statistik, wawancara, dan analisis tren untuk menggambarkan bagaimana coffee shop telah mengubah wajah Yogyakarta.

Data dari Google Maps menunjukkan bahwa pada 2018 terdapat sekitar 350 coffee shop di Yogyakarta. Pada 2024, jumlah ini melonjak lebih dari tiga kali lipat menjadi lebih dari 1.100 coffee shop. Wilayah favorit seperti Kotabaru, Jalan Kaliurang, dan area kampus di sekitar Universitas Gadjah Mada menjadi pusat konsentrasi pertumbuhan ini.

Menurut survei kecil yang dilakukan oleh tim liputan ini, 70% pelanggan coffee shop adalah mahasiswa dan pekerja lepas yang mencari tempat nongkrong atau bekerja dengan suasana nyaman.

Menurut survei pelanggan yang dilakukan oleh lembaga lokal, 60% responden menyebut coffee shop sebagai tempat favorit untuk menghabiskan waktu bersama teman, sementara 25% lainnya menggunakannya untuk bekerja atau belajar.

Selain itu, media sosial turut berperan besar. Berdasarkan data dari Instagram Insights, tagar #coffeeyogyakarta telah digunakan lebih dari 300 ribu kali pada 2024, menempatkan Yogyakarta sebagai salah satu kota dengan konten coffee shop terbanyak di Indonesia.

Dengan banyaknya coffee shop, inovasi menu menjadi kunci untuk menarik pelanggan. Berdasarkan analisis menu dari 50 coffee shop di Yogyakarta, sekitar 40% memiliki varian kopi susu, seperti es kopi gula aren, yang masih menjadi primadona.

Namun, tren lain seperti minuman non-kopi, teh artisan, dan makanan ringan khas lokal juga mulai muncul. Contohnya, beberapa coffee shop menawarkan makanan seperti pisang goreng khas Jogja atau camilan tradisional untuk menarik wisatawan.

Menjamurnya coffee shop juga membawa dampak positif bagi perekonomian lokal. Data dari Dinas Koperasi dan UKM Yogyakarta menunjukkan bahwa industri coffee shop menciptakan lebih dari 10.000 lapangan kerja langsung dan tidak langsung pada 2024, mulai dari barista, pemasok biji kopi, hingga desainer interior.

Selain itu, beberapa coffee shop bekerja sama dengan petani kopi lokal di Kulon Progo dan Sleman untuk mendapatkan bahan baku, yang turut mendukung ekonomi daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun