Mohon tunggu...
Nisrina Ika azzahra
Nisrina Ika azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

hobi saya dalah menulis dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Komunikasi Comment Culture di Instagram dalam Perspektif Islam pada Era Digital

12 Juli 2023   00:47 Diperbarui: 13 Juli 2023   14:08 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi informasi telah memunculkan berbagai media. Yang di awali dengan surat kabar, radio dan televisi, dan terakhir dengan Internet. Kemunculan media massa melalui internet tidak hanya mampu menciptakan masyarakat dunia global, tetapi juga secara material mampu menciptakan ruang kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga masyarakat tanpa disadari hidup dalam dua dunia yaitu , dunia kehidupan masyarakat nyata dan masyarakat maya (masyarakat maya) (Mamdud 2019). Komunikasi adalah makanan sehari-hari orang sebagai platform untuk interaksi dan pemenuhan kebutuhan hidup sebagai makhluk sosial .

                                                                                                        

Tren penggunaan media sosial sebagai ruang penyampaian opini publik telah memunculkan fenomena Comment Culture. Pengguna media sosial yang semakin massif menjadikan fenomena ini sebagai budaya popular yang sedang marak terjadi di media sosial seperti Instagram (Mayasari 2022). Comment Culture sendiri menjadikan perubahan tingkah laku, praktik norma-norma serta etika  dalam konteks pengaruh terhadap sebuah pandangan gaya bahasa yang terbentuk dari komunikasi virtual. Kata etika, sering disebut dengan istilah etik, atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etik berasal dari kata latin ”ethicus” dan dalam bahasa Yunani disebut “ethicos” yang berarti kebiasaan (Aditia 2021).

Dalam menjalani kehidupan, seorang muslim harus memiliki etika atau budaya dalam berkomunikasi dan dalam menyampaikan sebuah informasi baik kepada diri sendiri, keluarga, dan etika pada masyarakat baik dalam lingkungan atau dunia maya seperti media sosial . Makna etika komunikasi yang baik kepada diri sendiri yaitu kepatuhan yang diwujudkan dengan beberapa perilaku yang lahir maupun yang bathin, khususnya ketika bersama orang lain atau terhadap diri sendiri. Ketika kita mampu berprilaku dengan etika yang baik, dengan kejujuran dengan keridhoan, maka kita akan mendapat balasan berupa kebahagiaan (AlAsymuni dkk., 2016, hlm. 76).

Karina Supelli seorang filsuf perempuan dari Indonesia pernah menyinggung fenomena Comment Culture dalam pidato kebudayaan yang berjudul “Kebudayaan dan Kagagapan Kita” di ruang Teater Jakarta TIM. Fenomena budaya komentar yang sering dilakukan oleh pengguna media sosial dapat menimbulkan keresahan atau konflik (Laeli 2020). Bahkan tidak jarang pula komentar yang dilontarkan dapat menyebabkan tersebarnya segala informasi yang negatif, dan rasisme antara sesama pengguna khususnya saat ini yang diperhatikan adalah media Instagram dimana semakin banyak perkataan yang tidak disaring dan bahkan sudah mulai banyak informasi yang diputarbalikan dan seakan-akan menjadi fakta. Sebagimana yang tertuang dalam prinsip komunikasi dalam islam yaitu Qaulan Sadidan Berkomunikasi dengan benar berdasarkan kejujuran, tidak berbelit belit, dan ambigu.

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An-Nisaa: 9). 

Instagram merupakan media sosial yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Di dalam instagram terdapat sebuah desain yang memiliki fungsi komunikasi praktis dan menjadi sebuah media komunikasi berupa teks dan foto. Yang menjadi topik hangat untuk diteliti adalah banyaknya masyarakat yang menggunakan media sosial ini (instagram) namun kurang memahami makna medianya itu sendiri (Dewi 2019).

Dalam perpektif islam komunikasi disamping untuk mewujudkan hubungan secara vertical dengan Allah Swt, juga untuk menegakkan komunikasi secara horizontal terhadap sesama manusia. Komunikasi dengan Allah Swt tercermin melalui ibadah-ibadah fardhu (salat, puasa, zakat dan haji) yang bertujuan untuk membentuk takwa. Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia terwujud melalui penekanan hubungan sosial yang disebut muamalah, yang tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti salah satunya memperhatikan komentar budaya (Comment Culture) (Mukrimaa et al. 2016). Komunikasi yang baik bagi umat Islam adalah komunikasi yang sesuai dengan kaidah agama serta kode etik penyampaian dengan etika gaya bahasa di lingkup sosial,dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Quran dan Hadits . Kaitan antara nilai etis dengan norma yang berlaku sangat erat.Seperti (QS. An Nisaa: 5) (Abdullah, 2007, hlm. 145–146). Dalam konteksnya ia masuk kedalam Qaulan Ma’rufan Berkomunikasi sesuai dengan kode etik bahasa dan tidak memprovokasi.

”Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik” 

 

(Leech: 1993: 127) menegaskan dalam berkomunikasi harus menerapkan kesantunan yang tidak bisa dianggap remeh. Pola interaksi yang menerapkan prinsip komunikasi islam, akan membuat pengaruh yang baik terhadap manusia lainnya agar dalam penggunaan media sosial terutama Instagram terkait budaya berkomentar berlandaskan prinsip komunikasi dalam islam itu seperti :

  • Qaulan Sadidan Berkomunikasi dnegna benar berdasarkan kejujuran, tidak berbelit belit, dan ambigu. 

         “Dan hendaklah takut kepada Allah orang orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak anak yang lemah, yang              mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah                    mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An-Nisaa: 9).

           “Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar” (QS. Al-Ahzab: 70)

  • Qaulan Balighan Berkomunikasi secara efektif, tepat sasaran dan tujuan. Komunikator menggunakan bahasa yang sesuai dengan komunikan. 

          “……dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwa mereka” (QS. An[1]Nisaa: 63)

  • Qaulan Maysuuran Berkomunikasi tanpa tendensi, menggunakan argumentasi yang rasional dan dapat diterima. 

         “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada                mereka ucapan yang pantas” (QS. Al-Israa: 28)

  • Qaulan Layyinan Berkomunikasi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat agar diperoleh efek seperti yang diharapkan. “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata kata yang lemah lembut, mudah mudahan ia ingat atau takut” (QS. Thaahaa : 44)
  • Qaulan Kariman Berkomunikasi yang disesuaikan dengan pendidikan, ekonomi, dan strata sosial.

          “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu                     bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam                         pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu                             membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al-Israa: 23)

  • Qaulan Ma’rufan Berkomunikasi sesuai dengan kode etik bahasa dan tidak memprovokasi.

          ”Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam                                       kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan                       ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik” (QS. An Nisaa: 5) (Abdullah, 2007, hlm. 145–146).

Oleh sebab itu, ketika informasi sekarang tidak bisa dikendalikan diperlukan pembentukan etika yang baik di fase diri sendiri serta keluarga supaya tercipta masyarakat yang damai dan humanis, mampu menghargai segala perbedaan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun