Mohon tunggu...
Nisrina AyustikaSalsabila
Nisrina AyustikaSalsabila Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

Sedang melanjutkan studi S1 di Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Profesionalisme, kode Etik dan Stigma Masyarakat

1 Juni 2024   11:00 Diperbarui: 7 Juni 2024   14:20 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Profesi perawat merupakan salah satu profesi dibidang kesehatan yang mana focus utamanya adalah caring. Idealnya seorang perawat dapat menampilkan nilai professional seperti altruism, autonomy, human dignity, integrity dan social justice (Taylor, 2023). Namun dibeberapa kesempatan, masih banyak stigma masyarakat yang melabeli perawat dengan sifat judes. Hal ini dikarenakan adanya pelayanan yang kurang memuaskan bagi para pasien. Beberapa pasien menganggap baik dari sikap verbal maupun norverbal ada beberapa yang kurang berkenan dihati sehingga menjadikan stigma ini berkembang di masyarakat.

Sebagai salah satu petugas pelayanan kesehatan, perawat memiliki beban kerja yang cukup berat. Dalam penelitian Romadhoni (2016) menyebutkan bahwa beban kerja dapat mempengaruhi kinerja tenaga perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Beban kerja yang berlebih dapat membebani kondisi perawat baik dari fisik dan non fisik. Hal ini didukung oleh penelitian Wahyuningsih (2021) didapatkan bahwa ketidakseimbangan antara jumlah pasien, tambahan tugas diluar asuhan keperawatan, beban kerja mental di shift pagi lebih berat dibandingkan dengan shift sore dan malam, beban kerja sosial yang disebabkan rekan kerja yang berhalangan hadir sehingga terjadi perubahan jadwal dinas. Belum lagi hal-hal lainnya yang bisa terjadi misalnya klien dan keluarga yang tidak kooperatif hingga melakukan tindak kekerasan. Tentunya faktor-faktor yang mempengruhi beban kerja perawat ini dapat menyebabkan burn-out bagi seorang perawat. Kondisi yang seperti demikian tentunya dapat mempengaruhi perubahan emosional seorang perawat.

Menjadi seorang perawat memiliki banyak sekali tuntutan dalam bekerja, salah satunya harus tetap bersikap profesional.  Profesionalisme merupakan atribut seseorang yang didasarkan pada personalitas yang dimiliki, nilai norma, dan nilai disiplin keperawatan hingga dapat menghasilkan seorang perawat yang memiliki pola pikir serta tindakan yang tepat (Berman et al., 2022). Ada beberapa cara dalam meredam stress maupun emosi yang dialami, salah satunya dengan Teknik relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi napas dalam dan lambat terbukti dapat menurunkan emosi dan stress fisik. Dengan melakukan Teknik ini tubuh melepaskan hormon endorfin yang dapat menurunkan ketegangan dan memberikan ketenangan. (Dwidiyanti et al, 2016). Dengan melakukan hal tersebut, diharapkan dapat meredam emosi sesaat sehingga dapat berpikir lebih rasional dan dapat memberikan layanan yang optimal di tengah ke burn-outan yang dihadapi.

Issue ini menjadi sangat penting untuk diangkat karena dirasa selama ini perawat hanya dipandang sebelah mata dan terkesan buruk di mata masyarakat. Padahal kenyataannya perawat memegang peranan penting dalam melakukan pelayanan kesehatan dan sepatutnya untuk lebih dihargai atas etos serta kerja kerasnya dalam memenuhi asuhan keperawatan pada pasien. Dalam menanggapi issue tersebut, sebagai perawat professional sudah semestinya dapat mengembangkan dan mengimplementasikan konsep caring sebagai dasar peningkatan mutu pelayanan keperawatan, sehingga dalam menghadapi pasien perawat menjadi lebih bijaksana dalam mengontrol emosinya.

Dalam memberikan perawatan secara komperehensif, perawat di atur oleh kode etik keperawatan (Berman, 2016). Pentingnya penerapan kode etik ini dijelaskan Cranmer (2014) bahwa dapat mendorong analisis sistematis dan bijaksana terhadap dilema etis yang kompleks yang dihadapi oleh para perawat, memastikan pengambilan keputusan yang konsisten dan tidak memihak dalam berbagai situasi praktik serta memfasilitasi penalaran etis dan pembenaran atas tindakan yang dipilih. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Geiger dan Hadad (2023) yang mengemukakan bahwa praktik etis merupakan landasan bagi perawat, yang setiap hari berurusan dengan masalah etika. Dilema etis muncul saat perawat merawat pasien. Dilema ini terkadang dapat bertentangan dengan kode etik atau dengan nilai-nilai etika perawat. Berdasarkan literatur diatas, sejatinya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus bersikap jujur dan tidak membahayakan pasien yang dirawatnya sehingga terhindar dari sesuatu yang bersifat membayakan serta merugikan pasien.

Referensi:

Berman, A., Snyder, j. S., & Frandsen, G. (2022). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing Concepts, Process, and Practice 11th ed. In United Kingdom: Pearson Education Limited 2022.

Cranmer, Pam. Nhemachena, Jean. 2014. Ethics for Nurses. Pen University Press: England

Haddad, Lisa. Geiger, Robin. 2023. Nursing Ethical Considerations. Diakses melalui https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526054/

Namuwali, D., Mendrofa, F. A., & Dwidiyanti, M. (2016). Teknik Relaksasi Meningkatkan Kontrol Emosi Pada Penderita Dengan Penyakit Kronis. Diakses melalui http://doc-pak.undip.ac.id/id/eprint/9768/4/C25%20-%20Turnitin.pdf

Romadhoni, R. Pudjirahardjo, W. (2016). Beban Keja Obyektif Tenaga Perawat di Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 4(2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun