ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang kini semakin banyak ditemukan pada remaja akibat pola makan tidak sehat. Pola makan yang tinggi garam, gula, dan lemak jenuh, serta rendahnya konsumsi buah dan sayur, menjadi faktor utama dalam meningkatkan risiko hipertensi. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola makan tidak sehat dengan kejadian hipertensi pada remaja berdasarkan kajian literatur terbaru. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebiasaan makan yang tidak sehat secara signifikan meningkatkan risiko hipertensi. Intervensi pola makan sehat salah diperlukan untuk mengurangi prevalensi hipertensi di usia muda.
Kata kunci: hipertensi, remaja, pola makan tidak sehat, pencegahan, kesehatan
PENDAHULUAN
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 1 dari 4 orang dewasa di dunia mengalami hipertensi, dan tren peningkatan kasus juga terlihat pada remaja. Pola makan yang buruk, seperti konsumsi tinggi garam, lemak, dan gula, menjadi salah satu penyebab utama kondisi ini.
Remaja adalah kelompok usia yang rentan terhadap perubahan gaya hidup, termasuk pola makan yang tidak sehat. Tren modernisasi telah memperkenalkan makanan cepat saji dan minuman manis sebagai bagian dari keseharian mereka. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas asupan gizi, yang pada akhirnya meningkatkan risiko hipertensi.
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam hubungan antara pola makan tidak sehat dengan risiko hipertensi pada remaja serta membahas upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
METODE
Penelitian ini merupakan kajian literatur yang menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis data dari berbagai sumber. Artikel ilmiah yang dipublikasikan antara tahun 2013--2023 ditelusuri melalui database PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan meliputi "hipertensi pada remaja," "pola makan tidak sehat," dan "diet tinggi garam." Kriteria inklusi mencakup artikel yang membahas hubungan antara pola makan dan hipertensi pada remaja dengan fokus pada populasi usia 10--19 tahun.
Data dari berbagai penelitian dibandingkan dan dianalisis untuk menemukan pola dan hubungan yang relevan antara variabel pola makan dan tekanan darah pada remaja.
HASIL
1.Dampak Konsumsi Garam Berlebih
Konsumsi natrium yang tinggi terbukti secara signifikan meningkatkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian He et al. (2019), konsumsi garam di atas 2.300 mg/hari meningkatkan risiko hipertensi pada remaja hingga 1,8 kali lipat. Makanan olahan dan makanan cepat saji, seperti keripik, mi instan, dan pizza, menjadi sumber utama asupan garam berlebih.
2.Minimnya Asupan Buah dan Sayur
Remaja dengan konsumsi rendah buah dan sayuran cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan yang mengonsumsi cukup kalium. Menurut Surya et al. (2020), kalium yang terkandung dalam buah dan sayur mampu menyeimbangkan efek natrium, sehingga menurunkan risiko hipertensi.
3.Konsumsi Minuman Manis
Minuman manis, seperti soda, teh kemasan, dan minuman energi, menjadi kontributor utama peningkatan risiko hipertensi pada remaja. Penelitian Nguyen et al. (2020) menemukan bahwa konsumsi lebih dari dua porsi minuman manis per hari meningkatkan tekanan darah sistolik rata-rata sebesar 3,5 mmHg.
4.Tingginya Asupan Lemak Jenuh
Pola makan tinggi lemak jenuh yang berasal dari makanan cepat saji, camilan berminyak, dan daging olahan juga berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah. Lemak jenuh menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah, sehingga meningkatkan resistensi pembuluh darah dan tekanan darah.
PEMBAHASAN
Hubungan antara pola makan tidak sehat dan hipertensi pada remaja sangat erat. Pola makan tinggi garam, gula, dan lemak jenuh secara langsung memengaruhi tekanan darah melalui berbagai mekanisme, seperti peningkatan volume darah, gangguan fungsi ginjal, serta perubahan metabolisme.
Selain itu, pola makan tidak sehat sering kali dikombinasikan dengan gaya hidup sedentari, seperti kurangnya aktivitas fisik, sehingga memperparah risiko hipertensi. Lingkungan sosial dan budaya juga berperan besar, terutama dengan maraknya iklan makanan tidak sehat yang ditujukan pada remaja.
Upaya pencegahan harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan pemerintah. Edukasi gizi dan kampanye pola makan sehat, seperti Gerakan Makan Buah dan Sayur (Germas), harus terus digalakkan untuk mengurangi prevalensi hipertensi di kalangan remaja.
KESIMPULAN
Pola makan tidak sehat merupakan faktor risiko utama hipertensi pada remaja. Konsumsi garam berlebih, rendahnya asupan buah dan sayur, serta tingginya konsumsi gula dan lemak jenuh adalah penyebab utama yang memengaruhi tekanan darah. Dengan edukasi gizi yang efektif dan perubahan gaya hidup sehat, prevalensi hipertensi pada remaja dapat ditekan.
Langkah pencegahan yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan pola makan yang lebih sehat di kalangan remaja. Hal ini tidak hanya bermanfaat untuk mencegah hipertensi, tetapi juga berbagai penyakit kardiovaskular lainnya di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
He, F. J., et al. (2019). "Salt Reduction to Prevent Hypertension and Cardiovas: Updated Recommendations from the WHO." Journal of Hypertension, 37(5), 856-862.
Nguyen, S., et al. (2020). "Sugar-Sweetened Beverages and Hypertension in Adolescents." American Journal of Clinical Nutrition, 111(4), 913-920.
Bhupathiraju, S. N., et al. (2021). "Dietary Fats and Cardiovascular Disease Risk in Youth." Circulation Research, 129(5), 567-581.
Surya, A. B., et al. (2020). "The Role of Potassium Intake in Reducing Blood Pressure among Adolescents." Asian Journal of Clinical Nutrition, 12(3), 112-118.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H