Mohon tunggu...
Nisrina Alfy Subardi
Nisrina Alfy Subardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

life goes on

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Kehidupan dan Kesejahteraan Lansia di Jepang dan Indonesia

24 Juni 2024   22:10 Diperbarui: 24 Juni 2024   22:13 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara Jepang terkenal dengan bangsa yang kolektivisme, namun seiring berjalannya waktu, negara Jepang berubah menjadi bangsa dengan individualisme yang tinggi. Penelitian juga telah meneliti perubahan peningkatan individualisme dari waktu ke waktu, faktor-faktornya diantaranya seperti tingkat perceraian, ukuran keluarga atau rumah tangga, nama bayi manusia,  nama anjing, dan nilai-nilai sosial.

Dikutip dari GoodStats, Jepang menjadi negara Asia pertama dengan populasi terbanyak di dunia. Hal ini menjadikan kehidupan lansia di Jepang memilih untuk hidup sendiri atau single life, lansia di Jepang juga kebanyakan memilih untuk hidup di panti. Menurut data United Nation Population Division tahun 2024, jumlah orang berusia 65 tahun ke atas telah mencapai 36,2 juta jiwa.

Di Jepang, selain keluarga para lansia juga menerima bantuan finansial dari Pemerintah berupa uang pensiun publik. Sasaran dari keuntungan program pensiun publik tersebut adalah warga Jepang yang berusia 65 tahun. Selain hal tersebut, hal lain yang ditanggung oleh Pemerintah Jepang terhadap lansia adalah biaya pengobatan yang tergabung di bawah payung program Long Term Care Insurance (LTCI).

Dikutip dari Geriatri, Lansia di Jepang mempercayai segala sesuatunya akan berhasil entah bagaimana,  istilah ini merujuk pada ibarat “seperti air mengalir". Sehingga kehidupan para lansia di Jepang kerap menyadari ketidakpastian di depan, namun di sisi lain mereka tetap aktif terlibat dalam komunitas mereka, sehingga memberi kepercayaan diri untuk masa depan. Penulis memiliki sebuah pengalaman yang diceritakan oleh kakak penulis dan kebetulan merupakan salah satu perawat lansia di Jepang. “Nah kebanyakan para lansia di Jepang hidup mandiri dan bahkan menyendiri, serta kebanyakan memilih untuk tinggal di panti jompo,  selain itu para lansia yang sudah sangat tua sering pergi belanja ke supermarket, jalan-jalan, dan melakukan semua aktivitas tersebut sendirian”. Selain itu lansia Jepang juga enggak khawatir dengan hal begitu karena semuanya udah di cover sama negara”, ujar kakak penulis.

Jepang saat ini memiliki banyak panti jompo, bahkan dengan perawat-perawat yang diimpor dari luar negeri, termasuk Indonesia. Hmmm, lalu bagaimana kehidupan para lansia di Indonesia?

Sebagai contoh, misal terjadi di Indonesia ada lansia jalan-jalan sendirian pasti orang yang melihat bertanya-tanya. “Kira-kira di mana ya anaknya atau cucu, atau keluarganya?”.  Pada pembahasan sebelumnya,  penulis sudah membahas kehidupan lansia di jepang, selanjutnya mari kita lihat data survei lansia di Indonesia.

Dikutip dari Smeru, berdasarakan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susesnas) pada tahun 2019, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas atau lansia di Indonesia mencapai 25,7 juta jiwa. Kemudian menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah lansia di Indonesia diperkirakan meningkat sekitar 20 persen pada tahun 2024.

Dibandingkan negara Jepang, di Indonesia bantuan sosial dan yang diterima oleh lansia belum mampu mencukupi kebutuhan dasar perbulan. Selain itu, seperti permasalahan jaminan kesehatan juga belum sepenuhnya terlindungi. Lansia juga kerap menemui hambatan dalam mengakses program pemerintah, seperti tidak memiliki KTP, KK, dan kesulitan dalam mengambil sendiri bantuannya akibat mobilitas yang terbatas.

Kehidupan lansia di Indonesia serta kesejahteraan untuk lansia masih tergolong rendah. Selain itu lansia di Indonesia, sebagian angka produktivitasnya lansianya menurun, sehingga lansia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Berdasarakan paparan tersebut, pemerintah Indonesia sudah seharusnya membuat inovatif terkait perawatan jangka panjang untuk lansia, salah satunya adanya panti jompo dengan fasilitas yang memadai dan mudah dijangkau. Jumlah lansia yang semakin banyak tidak sepenuhnya merugikan. Oleh sebab itu menciptakan lingkungan ramah lansia serta adanya dukungan pemerintah dapat mewujudkan lansia yang berkualitas dan menunjukkan kemapanan suatu negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun