Mohon tunggu...
Nisrina Saed
Nisrina Saed Mohon Tunggu... -

Berbagilah apa yang terpunya, jika dalam genggaman tangan tertumpuk harta, berikanlah, atau yang ada hanya tenaga, kerahkanlah, atau hanya ilmu, tebarkanlah, atau tak ada yang terpunya selain hati, berdoalah untuk kebaikan sesama. Karena sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi yang lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fitnah Pandangan Mata

28 November 2013   14:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:34 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hendaklah seorang wanita menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa mengundang fitnah. Baik dalam hal berpakaian, berbicara, berhias, bergaul, dan lain sebagainya. Ia juga harus menjaga pandangannya terhadap kaum laki-laki yang tidak halal baginya sebagaimana halnya kaum laki-laki juga harus menundukan pandangannya dari kaum wanita yang bukan mahramnya. Karena pandangan merupakan percikan api yang akan membakar dan menggerakan nafsu syahwat. Ia akan merusak hati dan keimanan seseorang.

Barangsiapa mengumbar pandangannya terhadap hal-hal yang diharamkan, maka ia telah terjebak dalam jeratan api iblis. Sesaat ia akan merasakan kenikmatan, padahal sebenarnya yang ia dapatkan adalah kegelisahan dan keguncangan jiwa. Karena ia hanya bisa berangan-angan dengan apa yang ia lihat tanpa mendapatkan hal yang sesungguhnya.

Ibnul Qayyim berkata dalam kitabnya Al-Jawab Al-Kafi,“Di antara dampak buruk pandangan ialah melahirkan kesedihan, nafas panas, dan akan terbakar amarahnya. Hal itu karena ia melihat sesuatu yang ia tidak kuasa untuk merengkuhnya dan tidak sabar darinya. Ini merupakan siksaan yang sangat pedih. Di mana kamu melihat sesuatu yang kamu tidak sabar dan tak kuasa untuk mendapatkan sebagiannya.”

Seorang penyair berkata:

وَكُنْتَ مَتَى أَرْسَلْتَ طَرْفَكَ رَائِدًالِقَلْبِكَ يَوْمـًا أَتْعَبَتْكَ الْمَنَاظِرُ

رَأَيْتَ الَّـذِي لَا كُلُّهُ أَنْتَ قـَادِرٌعَلَيْهِ وَلَا عَنْ بَعْضِهِ أَنْتَ صَابِرُ

Saat kau lemparkan lirikan ke dalam hati

Kau melihat yang tiada dayakau gapai semua

Beliau juga berkata, “Pandangan mata merupakan sumber bagi sebagian besar musibah yang menimpa manusia. Pandangan akan membuat sesuatu terlintas dalam hati, kemudian ia terus terpikirkan, pikiran itu akan menjadi syahwat, syahwat akan melahirkan sebuah keinginan, kemudian ia menjadi sebuah tekad yang kuat,dan akhirnya terjadilah apa yang ia inginkan selama tidak terhalangi oleh sesuatu apa pun. Sehingga ada seseorang yang berkata, “bersabar dalam menahan pandangan lebih mudah dari pada bersabar dalam menahan kepedihan setelah memandang.”

Seorang penyair berkata :

كُلُّ الْحَوَادِثِ مَبْدَاهَا مـِنَ النَّظَرِوَمُعْظَمُ النَّارِ مِنْ مُسْتَصْغَرِ الشَّـرَرِ

كَمْ نَظْرَةٌ بَلَغَتْ فِي قَلْبِ صَاحِبِهَكَمَبْلَغِ السَّهْمِ بَيْنَ الْقَوْسِ وَالْوَتـَرِ

وَالْعَبـْدُ مَا دَامَ ذَا طَرْفٍ يُقَلِّبـُهُ فِي أَعْيُنِ الْعِينِ مَوْقُوفٌ عَلَى الْخَطَرِ

يَسُـرُّ مُقْلَتَهُ مَا ضَـرَّ مُهْجَتَـهُ لَا مَرْحَبًا بِسُـرُورٍ عَـادَ بِالضَّـرَرِ

Semua musibah berawal dari pandangan mata

Berapa banyak pandangan matamenembus hati seseorang

Selama hamba itu masih melirikan matanya

Menyenangkan korban tanpa bahaya bagi para pencela

Oleh karena itu, Rasulullah telah memperingatkan umatnya dari bahaya mengumbar pandangan terhadap hal-hal yang haram dengan sabdanya :

إِنَّ النَّظْرَةَ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ مَسْمُومٌ، مَن تَرَكَهَا مَخَافَتِي أَبْدَلْتُهُ إِيمَانًا يَجِدُ حَلاوَتَهُ فِي قَلْبِهِ

“Sesungguhnya pandangan mata adalah salah satu anak panah iblis yang beracun. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepadaku, niscaya aku ganti dengan keimanan yang terasa lezat dalam hatinya.”

“Wahai Ali, Janganlah terus menerus memandang. Bagimu hanyalah pandangan yang pertama. Sedangkan pandangan yang lain adalah dosa.”

Di samping itu, Allah telah mempertegas agar setiap laki-laki dan perempuan menahan dan menjaga pandangannya, karena hal itu lebih baik dan lebih menjaga kehormatannya.

Allah berfirman:

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya danmemelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur : 30)

“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memlihara kemaluannya.” (QS. An-Nur : 31)

Imam Ibnu katsir berkata mengenai ayat di atas, “Ini adalah perintah Allah terhadap orang-orang yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dari perkara yang diharamkan baginya dan tidak melihat kecuali terhadap apa yang halal untuk dilihat. Dan juga agar mereka menahan pandangannya dari perkara-perkara yang haram lainnya. Apabila mereka melihatnya tanpa sengaja, hendaknya segera memalingkan pandangan tersebut. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya, bahwasannya Jarir bin Abdillah al-Bajali berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullahtentang pandangan yang tidak disengaja. Kemudian beliau menyuruhku untuk segera memalingkan pandangan tersebut.”

Syaikh Ibnu Baz berkata, “Pada kedua ayat di atas Allah memerintahkan orang-orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Hal itu tidak lain karena betapa besarnya dosa zina dan dampak buruk yang akan muncul berupa kerusakan yang akan terjadi di antara kaum muslimin. Di mana mengumbar pandangan merupakan salah satu wasilah yang menyebabkan hati menjadi sakit dan terjadinya praktek perzinaan. Adapun menjaga pandangan adalah salah satu jalan untuk mencapai keselamatan dari semua itu.“

Ibnul Qayyim berkata, “Menjaga pandangan adalah sumber dalam menjaga kemaluan. Oleh karena itu, Allah lebih mendahulukan penyebutannya dalam ayat tersebut. Apabila seorang hamba menjaga pandangannya, maka hatinya akan menjaga syahwat dan nafsunya. Namun jika ia mengumbar pandangannya, maka hati akan mengumbar syahwat dan nafsunya pula. Karena mata adalah cermin bagi hati.”

Antara menjaga pandangan dan memelihara kemaluan saling terkait. Karena praktik perzinaan diawali oleh beberapa mukaddimah yang akan ditempuh oleh setan selangkah demi selangkah. Oleh karena itu, Allah berfirman :

“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.“ (QS. Al-Baqarah: 168)

Langkah-langkah itu berupa pandangan, tersirat dalam hati, terpikirkan, muncul sebuah keinginan, adanya tekad yang kuat, dan terjadilah praktik perzinanan.Maka syaitan akan mengikuti semua tahapan tersebut satu persatu.

Melihat sesuatu yang haram termasuk perbuatan zina, yaitu zina mata. Setiap pandangan mata terhadap lawan jenis akan membangkitkan syahwat dan gelora nafsu birahi. Pandangan ini akan dibenarkan dan didustakan oleh farji (kemaluan)nya. Ia juga akan melahirkan zina yang lainnya, yaitu zina hati. Dimana orang yang melihat wanita yang bukan mahramnya, kemudian tergugah nafsunya, maka ia tidak akan terlepas dari angan-angan buruk dalam hatinya. Inilah yang dinamakan zina hati.

Rasulullahbersabda :

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ

“Sesungguhnya Allah menetapkan pada setiap anak Adam bagiannya dari zina, yang mana ia tak mungkin terhindar darinya. Zina mata adalah melihat, zina lidah adalah berbicara, zina hati adalah berangan-angan dan berkehendak. Sedangkan farji (kemaluan)lah yang hendak membenarkan dan mendustakan semua itu.”

Lihatlah para generasi salafus shalih. Di mana keimanan dan amal ibadah mereka jauh lebih tinggi dan lebih banyak dibandingkan dengan kita. Akan tetapi mereka tidak pernah merasa aman dari fitnahnya kaum wanita dan fitnah pandangan mata.

Anas bin malik berkata, “Jika ada seorang wanita lewat di hadapanmu, tundukanlah pandanganmu sampai ia lewat.”

Suatu hari Ar-Rabi’ bin Khutsaim sedang berjalan. Kemudian datanglah sekelompok wanita melewatinya. Seketika itu ia memejamkan kedua matanya dan menundukkannya ke tanah. Para wanita itu pun mengira ia seorang yang buta. Sampai-sampai mereka berlindung kepada Allah dari kebutaan.

Suatu saat Hassaan bin Abi Sinan keluar pada hari raya idul fithri. Tatkala baru pulang, istrinya bertanya, “Berapa banyak wanita cantik yang telah kau lihat?“ Ia menjawab, “Demi Allah, Aku tidaklah melihat sesuatupun sejak aku keluar sampai aku pulang kecuali ibu jari kakiku.”

Allahu Akbar, hati mereka menutup diri dari hal-hal yang haram. Maka Allah menggantinya dengan kebaikan dan merasakan bagi mereka betapa lezatnya keimanan. Di manakah posisi mereka, orang-orang yang terusmengumbar pandangannya, baik malam maupun siang. Di manakah posisi mereka, orang-orang yang senantiasa menonton tayangan cabul, baik di televisi maupun di internet. Di manakah posisi mereka, orang-orang yang hanya sekedar duduk-duduk di pinggir jalan hanya untuk melihat goyangan wanita yang berjalan dan mencium aroma wanginya. Di manakah posisi mereka, orang-orang yang sekedar duduk-duduk di club-club hanya untuk melihat wanita dan mencium parfumnya.

Al-Jawab Al-Kafi Liman Sa’ala ‘An Ad-Dawa Asy-syafi’, Ibnul Qayyim, hal 153

Ibid, hal 153

HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (10211)

HR. Abu Dawud (2151), At-Tirmidzi (2777) dan Ahmad (23041)

Tafsir Ibnu Katsir, 6/41

Ghadhul Bashar, Syaikh Nida Abu Ahmad,hal 3

Ibid,hal 3

HR. Bukhari (6243), Muslim (6924), Abu Dawud (2154) dan Ahmad (7705)

Ghadhul Bashar, Syaikh Nida Abu Ahmad,hal 9

Ibid,hal 9

Ibid,hal 9

Ibid,hal 9

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun