Matahari bersinar biru
Kau hanya tertawa, aku tahu nada itu
Tak ada yang pernah percaya padaku
Dan aku tak peduli itu
Aku ingin bermain di taman langit bersamamu
Merenda kristal air mata langit yang berpendar biru
Kau tak akan pernah bosan menemaniku
Bersama pelangi yang ternyata tak melengkung
Haruskah kupercaya, tanyamu
Aku hanya terpana
Harusnya kau percaya, kataku
Sama artinya ketika kau percaya kau ada, Dia juga ada
Dia tak pernah menjelma apa-apa
Karena Dia tak akan pernah menyerupai makhluk-Nya
Semesta-Nya tak harus tunduk pada apa yang kita tahu
PenciptaanNya adalah sesuai dengan kehendakNya
Aku tak pernah tahu apa artinya
Mengapa matahari itu bersinar biru
Mengapa bukan merah seperti warna api neraka
Atau hijau seperti warna surga
Aku hanya bisa menunduk, malu
Ini adalah nikmat-Nya yang seharusnyalah disyukuri
Bumi tak lagi membara hingga meleleh di beberapa sisi
Tak lagi ada tanya dalam hatiku
Ini mungkin jawaban-Nya
Tentang bumi yang telah beranjak tua
Alam tak pernah mengkhianati kita
Kitalah yang terlalu rakus dan pura-pura buta
Hari ini adalah hari terakhir matahari itu bersinar biru
Sadarlah wahai kawanku,
Dia selalu membentangkan tangan tuk merengkuhmu
Menghapus dosamu tuk menuju esok nan fitri
Jangan sia-siakan hari ini,
sambutlah esok dengan sukma yang kembali suci
Â
(Bersama Ramadhan terakhir, Juli ke-16)
Â