Beberapa titik darah mengingatkan saya, bahwa manusia tak boleh lena sekejap pun. Sempat termangu agak lama, antara sakit juga gemetar. Biasanya saya sadar, bila membasuh muka harus berhati-hati karena ada jarum di bawah dagu yang saya sematkan untuk merapikan kerudung. Namun kali ini, entah karena pikiran yang sedang melayang, atau memang karena terlalu banyak dosa sehingga berkerak dan menutup ingatan. Ah.....
Mungkin itu peringatan dari Allah karena alpaku, dan juga sekaligus teguran bahwa dengan terlena sedikit saja sudah bisa membuat luka. Bagaimana jika alpa saya lebih besar dari itu? Sepertinya luka yang lebih besar sedang menunggu.
Hal itu mengingatkan saya bahwa Allah telah memberi kita modal yang amat sangat berharga, yaitu waktu. Sudahkah kita memanfaatkannya dengan baik? Kita terkadang masih terlena oleh nafsu dunia, dan ketika sadar, hanya sesal yang tertinggal, karena banyak waktu yang terbuang hanya untuk perkara yang tak begitu penting.
Dan untuk sebuah sesal, terkadang masih terselip rasa yang mengganjal, walau kita telah memohon ampun untuk waktu yang sempat terpenggal hanya demi dunia yang tak kekal.
Manusia memang tak ada yang sempurna, dan saya merasa Allah amat sangat sayang dengan memberi saya peringatan melalui luka. Bahwa saya tak boleh lena, bahwa saya tak boleh alpa tuk selalu mengingatNya dalam setiap helaan nafas. Semoga, aamiin yaa Robb.
Shadow of The Great Learner, April ke-22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H