Mohon tunggu...
Nisrina RofiafhCahyaningrum
Nisrina RofiafhCahyaningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN Walisongo Semarang

Mahasiswi UIN Walisongo Semarang Prodi Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mantan Mendag Sebut Dirty Vote sebagai Propaganda untuk Mencoreng Nama Presiden Jokowi

7 Mei 2024   21:19 Diperbarui: 7 Mei 2024   21:49 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi, berita, atau pesan kepada masyarakat secara luas. Media dapat berupa cetak, seperti surat kabar dan majalah, elektronik, seperti televisi, radio, dan internet, serta media sosial. Fungsi utama media adalah sebagai penghubung antara pengirim informasi dengan penerima, serta sebagai alat untuk membentuk opini, mempengaruhi perilaku, dan menyebarkan pengetahuan kepada masyarakat.

Propaganda politik adalah upaya sistematis dan terencana untuk mempengaruhi opini, sikap, dan perilaku masyarakat terkait dengan isu politik atau kebijakan tertentu. Tujuan utama dari propaganda politik adalah untuk memperkuat atau melemahkan pandangan yang ada, mendukung atau menentang suatu kandidat politik, partai, atau pemerintah, serta memperkuat legitimasi atau delegitimasi suatu rezim politik. Propaganda politik sering kali menggunakan teknik-teknik persuasif, seperti penyajian informasi yang selektif, penggunaan emosi, atau pencitraan tertentu untuk mencapai tujuannya.

Hubungan antara media dan propaganda politik seringkali kompleks dan saling terkait. Berikut beberapa aspek penting dalam hubungan antara keduanya. 

Pertama, penyiaran Informasi: Media adalah saluran utama di mana propaganda politik disebarkan kepada masyarakat. Propaganda politik dapat disiarkan melalui berbagai platform media, termasuk televisi, radio, surat kabar, majalah, dan internet. Kedua, Kontrol Informasi: Pemerintah atau kelompok politik yang menggunakan propaganda politik seringkali berusaha untuk mengendalikan atau memanipulasi pesan yang disampaikan melalui media. 

Mereka dapat menggunakan kekuasaan atau pengaruh mereka untuk membatasi akses media independen atau mempengaruhi narasi yang disajikan oleh media. 

Ketiga, Pengaruh Terhadap Opini Publik: Propaganda politik yang disiarkan melalui media dapat mempengaruhi opini, sikap, dan perilaku masyarakat. Melalui repetisi, manipulasi emosi, atau penyajian informasi yang selektif, propaganda politik dapat memengaruhi cara orang memahami isu politik dan mengarahkan dukungan mereka pada suatu kandidat, partai, atau kebijakan tertentu. 

Keempat, Peran Media Independen: Media independen memiliki peran penting dalam menentang propaganda politik yang tidak etis atau manipulatif. Media independen dapat mengungkap kebenaran, menyoroti manipulasi informasi, dan memberikan sudut pandang yang berbeda kepada masyarakat. Namun, media independen sering kali berhadapan dengan tantangan seperti tekanan politik atau ekonomi yang dapat mengganggu kebebasan mereka.

Kelima, Tanggapan Publik: Publik juga memiliki peran dalam hubungan antara media dan propaganda politik. Masyarakat yang kritis dan waspada terhadap propaganda politik cenderung mencari informasi dari berbagai sumber dan mengembangkan kemampuan untuk memilah informasi yang valid dari propaganda. Tanggapan publik terhadap propaganda politik juga dapat mempengaruhi cara media meliput dan menyajikan berita politik.

Dengan demikian, media dan propaganda politik saling memengaruhi satu sama lain, dan dinamika antara keduanya dapat memiliki dampak yang signifikan pada pemahaman masyarakat tentang politik dan pada proses demokrasi secara keseluruhan.

Menurut pandangan saya, mencoba menghubungkan fenomena "dirty vote" dengan propaganda untuk mencoreng nama Jokowi terdengar lebih seperti upaya politis yang bertujuan untuk merusak reputasi daripada refleksi objektif terhadap realitas politik. Sudah menjadi praktek umum bagi pihak-pihak yang memiliki agenda politik tertentu untuk menggunakan teknik-teknik manipulatif, termasuk propaganda, untuk mencapai tujuan mereka. 

Namun, penting bagi masyarakat untuk memilah-milah informasi yang mereka terima dan tidak terjebak dalam narasi yang dimaksudkan untuk menyesatkan. Dalam konteks "dirty vote", isu tersebut seharusnya disikapi secara hati-hati dan diselidiki secara mendalam tanpa terpengaruh oleh propaganda politik yang mungkin terlibat di dalamnya. Jokowi, seperti tokoh politik lainnya, patut dihormati dan dinilai berdasarkan prestasi serta kebijakan yang diusungnya, bukan oleh tuduhan-tuduhan tanpa bukti yang mungkin dimunculkan oleh propaganda politik. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang cerdas dan kritis, kita harus waspada terhadap upaya-upaya untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu substansial dengan memanfaatkan propaganda politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun