Mohon tunggu...
Nispia Pebrianti
Nispia Pebrianti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

Disini saya hanya ingin belajar dengan mencoba hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengunjung ke Monumen dan Museum PETA Harus Mematuhi Protokol Kesehatan

16 Maret 2022   17:27 Diperbarui: 16 Maret 2022   17:29 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bogor, 8 Maret 2022 - Tak hanya dikenal sebagai destinasi wisata kuliner yang lezat dan khas di Jawa Barat. Di ranah sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia, kota hujan ini juga punya peran yang cukup vital. Sebagian perjuangan dan peran itu telah didokumentasikan di Museum PETA (Pembela Tanah Air) Kota Bogor, 8 Maret 2022.

Salah satu pemandu Museum dan Monumen PETA (Pembela Tanah Air) ialah Yulis Fatimah yang sudah bekerja selama 27 tahun. Museum dan Monumen Peta dari segi arsitektur ini bergaya eropa, karena bangunan yang digunakan  oleh Museum PETA di bangun pada masa penjajahan belanda.

Terletak di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Bogor, museum menempati sebuah bangunan lama peninggalan kolonial. Gedung yang dibangun tahun 1745 itu pernah digunakan markas Koninklijk Nederlands-Indische Leger atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL).

Pembangunan Monumen dan Museum PETA diprakarsai Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA). Museum PETA mulai dipersiapkan sejak 14 November 1993. Peletakan batu pertama dilakukan Wakil Presiden Republik Indonesia yang juga sesepuh YAPETA Umar Wirahadikusumah.

"Sejarah mengatakan 8 maret 1942 belanda berhasil dikalahkan oleh jepang. Maka bangunan ini di pakai oleh jepang sebagai pusat Pendidikan dan pelatihan perwira peta. Namun pada tahun 1945 Indonesia kembali merdeka, bangunan ini di ambil alih kembali oleh Belanda. Karena memang pada saat itu Belanda masuk kembali ke Indonesia. Bangunan ini dijadikan oleh Zeni Kenil Trupen, tentara-tentara Belanda. Belanda mengakui Indonesia merdeka 27 Desember 1949, bangunan ini dikembalikan oleh pemerintah Indonesia. Sehingga pemerintah Indonesia menjadikan bangunan ini sebagai pusat Pendidikan Zeni Angkatan Darat Indonesia pada tahun 1950." Kata Ibu Yulis sebagai pemandu Monumen dan Museum PETA.

Dua tahun kemudian tepatnya 18 Desember 1995, museum diresmikan Presiden Soeharto yang juga mantan perwira PETA angkatan pertama lulusan dari Bogor.

Dokpri
Dokpri

Lokasi museum memang tak terlalu jauh dari Istana Bogor. Di museum ini, pengunjung diajak untuk mengetahui sejarah panjang cikal bakal berdirinya TNI. Tentu, sembari mengenang jasa para perwira tentara PETA yang telah gugur mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Museum Peta dibagi menjadi dua bagian. Monumen adalah bagian luar, di tempat tersebut terdapat nama-nama tantara PETA, yang pernah di didik di Bogor kurang lebih 1969 perwira. Dibalik monumen nama-nama tersebut, ada relief yang menceritakan tentang sejarah tantara PETA. Di museum, tempat disini banyak benda-benda bersejarah. 14 diorama yang menceritakan tentang sejarah Tentara PETA. Adapun senjata asli 390 pucuk di tambah lagi alat perlengkapannya yaitu, teropong, tas, kompas, dan masih banyak lagi. Di dalam Monumen dan Museum PETA adalah gambaran bagaimana tentara-tentara saat berperang.

Adanya pandemi covid'19, dua tahun belakangan Monumen dan Museum PETA ini sangat sepi bahkan tidak ada sama sekali pengunjung yang datang ke tempat ini. Namun pikiran karyawan di Monumen dan Museum PETA ini berbeda, ia mengambil hikmahnya dengan memperbaiki tempat ini. Salah satunya membersihkan museum untuk menuju ke era yang baru. Agar pengunjung nyaman untuk datang. Pengunjung juga di batasi sebanyak 25% sudah dengan protokol-protokol kesehatan, hal tersebut adalah salah satu cara agar pengunjung tidak takut untuk berkunjung ke tempat bersejarah.

Antusias masyarakat dalam berkunjung ke tempat bersejarah, salah satunya dari pihak-pihak sekolah yang berkunjung dengan siswa-siswinya untuk menambah wawasan tentang tempat bersejarah. Range usia yang berkunjung dari TK hingga SMA, mereka bisa mengenal dan mengingat sejarah sebelum proklamasi dan sesudah proklamasi. Namun hal tersebut terjadi sebelum pandemic, berbeda dengan sekarang range usia yang datang ke Monumen dan Museum PETA ialah umum karena pembelajaran daring, dimana waktu banyak dihabiskan dengan keluarga. Jadi, banyak orang tua yang mengajak anaknya mengunjung ke tempat bersejarah dengan keluarga.

Ada beberapa sekolah juga berkunjun dengan virtual melalui zoom. Guru yang menyiapkan perangkat dan pemandu yang menjelaskan apa saja benda di dalam museum tersebut. Tempat ini sangat menerima kunjungan virtual dan tidak banyak memungut biaya. Masuk ke tempat ini terbilang tergolong murah, dengan Rp 10.000 kita bebas untuk  berkunjung dan diberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi sejarah Monumen dan Museum PETA.

Monumen dan Museum PETA ini dibangun sebagai sumber rekreasi, pembelajaran, dan informasi. Karena Pendidikan itu sangat penting, sejarah pun juga tidak kalah pentingnya sebagai akhlak manusia untuk Indonesia maju. "Kami mengaharapkan bagi pengunjung yang telah berkunjung ke Museum PETA, rasa Nasionalisme dan Patriotismenya tumbuh, kalau yang tadinya hanya cuek tentang sejarah Indonesia, setelah melihat Monumen PETA pikirannya terbuka tentang perjuangan para tentara-tentara PETA yang telah berjuang untuk Indonesia. Di era sekarang, kami hanya bisa memberikan dan menguatkan iman mereka dengan dasar-dasar agama yang kuat dan sejarah yang bagus." Ujar Ibu Yulis sebagai Pemandu Monumen dan Museum PETA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun