Mohon tunggu...
Nisful laili
Nisful laili Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS

Jurnalis bebas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Iklan Televisi dan Sterotype terhadap Perempuan

24 Desember 2020   16:51 Diperbarui: 24 Desember 2020   16:52 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberadaan media massa telah bekembang pesat dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut memberikan gambaran bahwasannya berbagai hal dalam media massa telah mengalami transformasi nilai. Informasi yang disampaikan  media massa menjadi sesuatu yang penting dalam merubah konsep dalam masyarakat. Sayangnya, kesiapan mental serta moral masyarakat belum sanggup menerima informasi secara gamblang yang ditampilkan dalam media massa seperti dalam televisi. Televisi yang mana dikuasai oleh pemilik modal industri atau pembisnis lebih mengutamakan kepentingan bisnis mereka daripada efek negatif yang ditampilkan dalam media massa. Tanpa disadari efek tersebut memberikan dampak negatif yang besar terhadap sebagian masyarakat kususnya perempuan. perempuan sering kali menjadi objek yang ditampilkan dalam media massa seperti iklan.

Bagi produsen iklan perempuan dianggap memiliki nilail jual yang dapat membangkitkan citra iklan dalam masyarakat. Namun, gambaran perempuan dalam media massa seringkali menjadikannya sebagai bahan eksploitasi. Hal tersebut juga membangun sterotype sendiri terhadap perempuan dalam masyarakat. Produksi iklan sering kali menampilkan tubuh perempuan yang dianggap memiliki nilai jual. 

Perempuan dalam iklan juga seringkali divisualisasikan  dengan kulit putih, langsing, dan juga berparas rupawan. Konsep kecantikan dalam iklan yang ditayangkan dikonstruksikan sebagai tubuh dan fisik ideal perempuan. Pencitraan perempuan dalam iklan selama ini cenderung sexy, objek pelecehan, ratu dalam ruang publik dan juga sebagai objek dalam iklan. Bagi sebagian perempuan sendiri penggunaan tubuh perempuan dalam iklan merupakan bentuk dari komoditifikasi. Namun, bagi produsen iklan hal tersebut merupakan sebuah kebutuan yang digunakan untuk memperkuat daya jual suatu produk dalam iklan.

Selain itu, Representasi perempuan yang diproduksi iklan cenderung menempatkan perempuan dalam posisi lingkup domestik. Perempuan seringkali ditampilkan dengan konsep ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumah. Citra perempuan dalam iklan menampilkan aspek keluarga, wanita berperan sebagai istri dan ibu. Hal tersebut membuat ruang gerak perempuan menjadi terbatas. Kurangnya peran aktif dari media merepresentasikan perempuan menjadikan perempuan sulit untuk keluar dari keterbatasan. Iklan menambahkan simbol simbol sosial dalam tampilannya yang dilekatkan pada perempuan dan diolah dengan rapi agar dapat diterima oleh masyarakat.

Produk -produk yang ditawarkan dalam iklan berupa makanan, pembersih lantai dan juga sabun seringkali menggunakan ikon perempuan sebagai alat jualnya. Ditempatkannya perempuan dalam konteks ini menunjukkan kepada masyarakat bahwasannya hal tersebut dimaknai sebagai realitas. Iklan membangun persepsi masyarakat yang mana menempatkan perempuan hanya berada seputar kehidupan rumah tangga. Karena mayoritas iklan menampilkan perempuan Indonesia sebagi ibu rumah tangga.

Keindahan yang dimiliki perempuan menjadikan sterotype bagi perempuan itu sendiri dan membawanya kedalam sifat sifat tersebut seperti, perempuan harus tampil prima untuk memberikan kesenangan pada suami, cerdas, rapi dan juga berpengetahuan luas. Sterotype ini menjadikan perempuan dilahirkan hanya untuk menyenangkan orang lain terutama laki laki. Sedangkan perempuan itu sendiri bukan penikmat rasa senang yang ia ciptakan. Kehidupan sosial dalam hubungan gender ini membuat posisi perempuan seringkali ditempatkan dalam posisi dibawah laki laki yang mana selalu mengalah. Hal tersebut terlihat dalam iklan yang ditampilkan di media massa dan menjadikannya realitas sosial dalam masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun