Seperti yang kita tahu tahun 2020-2021 adalah tahun terpuruk bagi seluruh negara di dunia dan membuat semua aspek dalam negara menjadi down atau menurun dan aspek paling terdampak yaitu ekonomi dan pendidikan. Awal tahun 2020 sendiri dunia dihebohkan dengan sebuah virus yang sangat mematikan dan juga daya penyebarannya sangat cepat, virus ini berasal dari China tepatnya di daerah wuhan, China yaitu Corona Virus atau Covid-19. Di China sendiri virus ini telah menyebar pada akhir tahun 2019 yaitu bulan Desember dan baru masuk ke Indonesia pada bulan Februari, dan kemudian menghebohkan seluruh dunia pada bulan- bulan selanjutnya. Hingga saat ini kasus semakin naik dan belum ditemukan cara ambuh untuk menghentikan penyebaran virus ini. Segala cara sudah dilakukan dari penerapan protokol kesehatan, pembatasan jarak, hingga pendistribusian vaksin. Namun hal itu masih tidak terlalu mempengaruhi turunnya kasus baru.
Satu tahun telah berlalu, pada tahun 2021 ini angka kasus masih terus naik walaupun tidak separah tahun 2020 lalu. Namun kita tidak boleh lena akan hal tersebut, karna sekarang telah banyak ditemukan kasus baru dari permutasian virus corona pertama dan tentunya lebih berbahaya dan memiliki daya penyebaran lebih cepat. Antara lain ditemukannya kasus dari mutasi virus corona yaitu varian B-117 yang pertama kali ditemukan di Inggris, kemudian varian 501.V2 yang ditemukan di Afrika selatan, ada juga permutasian varian D614G, dan sekarang ditambah dengan varian baru yang berasal dari india yaitu varian B.1.617. tentunya penanganan kasus dalam varian baru sedikit berbeda dengan varian virus corona yang pertama, dan belum tentu vaksin yang diberikan dapat mengatasi kasus varian jenis baru ini. Maka dari itu dibutuhkannya kesadaran diri untuk tetap melakukan protokol kesehatan walaupun telah melakukan vaksinasi.
Hal ini mempengaruhi aspek negara. Semakin lama masalah ini tidak terselesaikan maka semakin terpuruk pula kondisi negara pada saat itu. Banyak aspek negara terpaksa terhenti yang mengakibatkan turunnya aspek pada fektor lainnya, di sini yang paling terasa yaitu penurunan aspek dalam fektor ekonomi dan pendidikan. Dalam masa pandemi ini orang-orang dipaksa untuk melakukan work at home dan study at home. berakibat banyaknya perusahaan yang bangkrut secara mendadak karna turunnya daya distribusi di pasaran yang mengakibatkan banyaknya pekerja yang di PHK secara sepihak dan ada juga kasus lainnya, sehingga pada akhirnya menjadi pengangguran. Hal itu tentu saja mempengaruhi perekonomian dalam masyarakat karna hilangnya mata pencaharian sehari hari.
Di fektor pendidikan itu sendiri para siswa dipaksa untuk menjalani study at home atau pendidikan online(daring), tentunya cara pembelajarannya sangat berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan secara offline atau tatap muka sebagaimana yang dilakukan dimasa lalu. Hal ini tentunya sangat berpengaruh pada daya fikir dan daya serap siswa itu sendiri.
Banyak siswa yang mengeluh tidak mengerti materi karena tidak semua siswa akan mengerti jika materi disampaikan melalui perangkat dan tidak dijelaskan langsung dari guru, ada juga kasus lain seperti gangguan sinyal, tidak memadainya kuota data seluler dan gangguan lainnya. Mengakibatkan siswa tidak mengerti materi yang disampaikan sehingga mengandalkan sumber online lain untuk menjawab pertanyaan dan kecurangan pada saat ujian akan meningkat. Hal ini akan sangat bertampak pada saat nanti kondisi kembali normal dan sistem pendidikan berjalan seperti semula. Sudah dapat dipastikan bahwa akan banyak materi yang di ulang pada saat pendidikan daring lalu, mengakibatkan kualitas sdm manusia menurun dan tentunya akan berakibat pula pada negara itu sendiri.
