Mohon tunggu...
Nisa ul fadilah
Nisa ul fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa - public administration student

hallo, saya merupakan mahasiswa administrasi publik yang hobi melukis dan tertarik pada isu-isu tata kelola pemerintahan maupun kebijakan publik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kerjasama Indonesia dengan Tiongkok dalam Bidang Ekonomi Perdagangan

18 April 2024   21:15 Diperbarui: 22 April 2024   10:14 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Tagar.id

Kerja sama internasional terjalin karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi dari dalam negeri, terjalinnya kerja sama untuk dapat meningkatkan pembangunan dan kemajuan negara sehingga mendorong terjalinnya kerja sama antar satu negara dengan negara lain. Kepentingan-kepentingan maupun memecahkan masalah untuk saling memberikan keuntungan, hal ini sebagai hasil dari adanya kerja sama bagi negara-negara di dunia. Perdagangan internasional merupakan penggerak perekonomian dan memegang peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia termasuk Indonesia (Ardiyanti, 2015). Indonesia sebagai negara berkembang telah berpartisipasi aktif melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain, dengan berfokus terhadap pertumbuhan dibidang ekonomi hal ini dikarenakan dengan tumbuhnya ekonomi secara signifikan melalui kegiatan ekspor dan impor maka dapat meningkatkan ekonomi perdagangan  (Putri, 2016) dalam (Arikerani & Amaliah, 2023).Dengan perdagangan bebas ini sebagi kunci keberhasil dalam pertumbuhan ekonomi. Indonesia telah bekerjasama dengan berbagai negara, salah satunya adalah dengan Tiongkok, hubungan perdagangan yang telah terjalin selama waktu yang cukup lama terlihat dari perjanjian perdagangan yang terbentuk yang ditanda tangani pada November 1953 di Baejing, China dimulai 13 April 1950 (Penti, 2022). Hubungan perdagangan secara diplomatik tersebut terjalin sudah 70 tahun dan hubungan kedua negara telah berkembang secara bertahap serta terus belanjut hingga saat ini. 

Kerja sama yang telah disepakati ini juga mencakup lebih banyak dalam kerangka perdagangan bebas ASEAN melalui integritas ekonomi Tiongkok sebagai ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang mana Tiongkok sebagai mitra hubungan dagang yang memiliki integritas ekonomi yang baik sehingga mampu tumbuh dan mempunyai power yang besar dalam menguasai perdagangan. Stabilnya pertumbuhan perekonomian negara Indonesia di dasari ekspor yang memiliki peranan penting terlebih Tiongkok sebagai mitra konsumen terbesar yang menjadi penompang utama terhadap perdagangan Indonesia hal ini didasari tinggi peminat komoditas seperti nikel, kelapa sawit, batu bara dan karet. Menurut Dr. Dino Patti Djalal dalam (Malik, 2022) Kemitraan Indonesia dengan Tiongkok sebagai yang paling signifikan terlebih perdagangan kedua negara ini hampir tiga kali lipat dari Amerika Serikat. Investasi Tiongkok di Indonesia meningkat lebih cepat baik dalam hal ekspor ataupun impor dibandingkan investor lainnya. Oleh karenanya produksi bahan tambang mineral seperti batubara,  bauksit, biji nikel, emas , timah, dan tambang masih sangat aktif di Indonesia.

Perekonomian Negara Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang stabil, dengan ekspor yang memainkan peranan pentingnya dalam pertumbuhannya. Ekspor Indonesia ke China menjadi pendorong peningkatan investasi sehingga menciptakan lapangan kerja serta mendorong kegiatan ekonomi. Perdagangan kedua negara ini pada tahun 2020 ekspor pada sektor penggalin dan pertambangan (termasuk batu bara, nikel) menyumbang sebesar 8,1 persen dari PDB Indonesia, berdasarkan dari data Badan Pusat Statik (BPS) Indonesia. Sementara pada sektor pertanian, kehutanan, serta perikanan (termasuk kelapa sawit dan karet) mencakup sebesar 12,2 persen dari PDB. Hal ini berdampak bagi perekonomian Indonesia, karena telah mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup (Suprapto dkk. 2023). Pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia ke Tiongkok dari Januari sampai dengan September 2022 mencapai 46,88 Miliar Dolar, ekspor ini meningkat 28,87 persen dari periode yang sama setahun sebelumnya, namun meningkatnya ekspor tersebut dibarengi juga terhadap impor Indonesia dari Tiongkok hingga mencapai 50,67 miliar dolar, meningkat sekitar 28,33 persen. Pada priode tersebut ekspor Indonesia ke Tiongkok senilai 53,76 miliar begitupula impor Indonesia dari Tiongkok sebesar 56,22 miliar (Free Trade Agreement Center, 2022). Walaupun perdagangan Indonesia-China mengalami kenaikan akan tetapi kinerja nerca perdagangan selalu mengalami kondisi defisit. Namun melihat perdagangan yang terus meningkat membuat kerja sama Negara Indonesia dan Tiongkok terus memperkuat kerjasama bilateral pada beberapa sektor tersebut.  Berkaitan perdagangan impor barang-barang dari China kerap dapat kita temui dilingkungan kita, penyediaan barang dengan harga rendah dan memiliki nilai yang cukup baik membuat warga negara Indonesia yang saat ini masih ketergantungan. Sehingga Indonesia sebagai target pasar untuk China atapun sebaliknya China sebagai sasaran ekspor Indonesia. Sulitnya pembaruan seperti gas alam, bahan bakar mineral, batu bara, minyak sebagai produk ekspor ke Tiongkok dibandingkan impor Indonesia yang kebanyakan produk nya mudah diperbarui seperti manufuktur, elektronik, mesin, transportasi dan bahan kimia (Musilikhati, 2010) dalam (Nathanael, 2020).

Pertumbuhan ek0nomi negara Tiongkok yang sangat cepat ini memberikan peluang serta tantangan bagi negara Indonesia. Dimana jumlah penduduk Tiongkok yang sangat besar memberikan peluang untuk Indonesia untuk dapat memberikan kebutuhan yang tidak ada pada negara tersebut, kebutuhan bahan baku dan sumber daya energi untuk dapat menopang pembangunan negara dan memenuhi kebutuhan produksinya (Ragimun, 2009). Hal tersebut memberikan peluang kepada negara Indonesia untuk memasarkan sumber-sumber agar dapat memenuhi kebutuhan Negara Tiongkok dan Tingkok masih menjadi mitra ekspor tertinggi yang terus mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan sebagai produsen utama komoditas yang banyak diminati. Menurut Nathanael (2020) adanya ketergantungan Tiongkok terhadap batu bara sehingga mengharuskan Tiongkok untuk membuka kegiatan ekspor batu bara terhadap negara lain hal ini karena permintaan di dalam negeri begitu banyak karena tidak dapat memenuhi produksi dalam negerinya, Melimpahnya sumberdaya alam Sehingga memberikan peluang untuk meningkatkan ekspor pada beberapa produk Indonesia diantaranya batu bara, nikel, minyak bumi pertanian seperti kopi, kelapa sawit, buah-buahan, karet dan kertas. Terlebih pemasok batu bara, nikel yang paling dibutuhkan negara Tingkok dan hubungan kerja sama ini menjadi peluang terbukanya produk Indonesia untuk meningkatkan kualitas produknya dan bersaing dengan produk Tiongkok serta adanya penghapusan tarif juga harus dimanfaatkan untuk memberikan keuntungan.  

Menurut Kurnia (2020) dalam (Ariani & Amaliau, 2023) Negara Indonesia merupakan pemsok bahan impor terbanyak oleh China, terlebih setelah adanya penghapusan tarif pajak menjadi penyebab produk-produk Tiongkok menjadi lebih terjangkau  dibandingkan dengan produk yang ada dalam negeri. Hal tersebut permintaan impor Indonesia ke Tiongkok selalu cenderung meningkat akibat barang impor yang lebih murah sehingga menjadi peluang dan dimanfaat kan oleh negara Tiongkok untuk memperluas ekspensi pasar atas barang-barang mereka terhadap pasar Indonesia, masuknya produk Tiongkok yang berupa barang jadi seperti produk testil,kendaraan bermotor,elektronik dan mesin, alas kaki, produk pertanian, barang-barang plastik impor tersebut barang baku dan barang konsumsi (Sabaruddin. 2015). Hal ini didasari dari negara Indonesia yang belum mampu mampu mengelola sumber-sumber daya alam sehingga ekspor yang masih belum diolah akan di kirim ke negara Tiongkok lalu di impor kembali ke Negara Indonesia hal ini memberi nilai jual yang tinggi dan menguntungkan negara Tiongkok. Dan masih belum mampunya Indonesia dalam melaksanakan infrastruktur menjadikan negara Tiongkok sebagai  impor terbesar ke Indonesia.

Tantangan yang dihadapi dalam perdagangan terhadap Tiongkok yaitu semakin banyaknya produk-produk Tiongkok yang masuk ke dalam negeri, dan masih rendahnya inovasi teknologi sehingga hanya menjadi konsumen serta sebagai merakit dari produk negara Tiongkok tersebut, sehingga belum mampu nya bersaing produk, hal ini menjadikan tantangan yang masih perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan produk. Dan besarnya ekspor terhadap Tiongkok juga terdapat adanya resiko penurun minat Tiongkok pada produk  Indonesia terlebih saat guncangan ekonomi.

Dampak kerja sama Indonesia dan Tiongkok yaitu meningkatnya ekonomi dan mendorong pendapatan kedua negara, menjaga pasokan bahan baku serta dapat meningkatkan investasi asing dari hubungan kerja sama ekonomi ini yang semakin kuat, sehingga dapat dimanfaat kan untuk mencari investasi baru agar dapat meningkatkan kemajuan pembangunan serta berdampak pada terciptannya lapangan pekerjaan (Fauzziyah&Paksi, 2023).

REFERENSI

Ariani, Novi, and Ima Amaliah. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Nilai Tukar Terhadap Nerca Perdagangan Indonesia-China.” Jurnal Riset Ilmu Ekonomi dan Bisnis (2023): 75-84.

Ardiyanti, S. T. (2015). Dampak Perjanjian Perdagangan Indonesia-Jepang (IJEPA) terhadap kinerja perdagangan bilateral. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 9(2), 129-151.

Fauziyyah, P.Z., & Paksi, A. K. (2023). DAMPAK KERJA SAMA INDONESIA-CHINA DALAM PROYEK INVESTASI NIKEL TERHADAP PERTUMBUHAN KEDUA NEGARA. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial, 7(1), 86-105.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun