Sedia payung sebelum hujan dengan asuransi syariah untuk keluarga (Ilustrasi: www.mudahberasuransi.com)
Kehidupan bersifat dinamis
Selain dompet dan gadget, payung wajib dibawa setiap kali saya bepergian.Apalagi sebagai warga Kota Hujan alias Kota Bogor.Pagi cerah, siang gerah (panas), siapa sangka sore hingga malam hujan tumpah-ruah.Hal yang sama juga bisa terjadi dalam perjalanan hidup.
Dosen S1 saya pernah masuk kelas dengan mata bengkak dan wajah sembab.Kami, sebagai mahasiswanya, sempat berprasangka sang bu dosen mengalami kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).Syukur Alhamdulillah, bukan seperti itu kasusnya.
Bu dosen lalu bercerita sebelum mengajar.Adik iparnya, seorang pegawai BUMN, beberapa jam sebelumnya meninggal dalam kecelakaan mobil di jalan tol menuju bandara.Dia meninggalkan tiga orang anak yang semuanya masih di bawah usia 10 tahun.Sang istri atau adik kandung bu dosen tidak bekerja karena memilih fokus untuk mengurus anak.
Saya sempat heran sekaligus salut dengan bu dosen yang tetap datang ke kampus untuk memberi kuliah di saat tertimpa musibah.Seolah bisa membaca pikiran saya, bu dosen tersebut ternyata memiliki ‘misi khusus’ selain mengajar para mahasiswanya hari itu.Misi istimewa beliau hampir 10 tahun lalu itulah yang terus teringat di benak saya hingga saat ini.
“Setelah bekerja dan menikah nanti, kalian harus memiliki asuransi.Tujuannya untuk melindungi keluarga karena apapun bisa terjadi.”Bu dosen kemudian menambahkan, “Syukur alhamdulillah, adik ipar saya sudah memiliki asuransi jiwa dan kendaraan.Lima bulan lalu, toko kelontongnya terbakar karena korsleting kulkas.Dia sebenarnya sedang merintis kembali tokonya saat ini.Istrinya yang bertugas menjaga toko itu sambil mengasuh anak.”
Suasana di ruang kuliah mendadak hening.“Saya tidak membayangkan jika almarhum adik ipar saya tidak memiliki asuransi.Untuk sementara, dana tersebut dapat untuk membayar biaya pendidikan ketiga keponakan saya.”Di penghujung penuturan tentang keluarganya, bu dosen berujar, “Adik saya juga menyisihkan sebagian dana asuransi tersebut untuk membayar asuransi saat tokonya nanti sudah beroperasi.Bawalah selalu payung sebelum hujan.”
Beberapa tahun kemudian, saat sudah lulus dan menjadi job seeker, saya bertemu bu dosen dalam bus dari Jakarta menuju Bogor.Beliau lalu memberi saya tumpangan ketika sudah sampai terminal Baranangsiang karena kami searah menuju daerah Dramaga.
Saat mengetahui saya masih mencari kerja, beliau kembali berpesan, “Segera memiliki asuransi syariah setelah mendapat gaji pertama ya.Semua anggota keluarga saya dan suami kini sudah memiliki asuransi syariah.Untuk jaga-jaga kalau ada apa-apa ke depannya.”
Lalu, saya bertanya balik, “Ada asuransi syariah yang Ibu rekomendasikan?”Dosen saya tersebut berpikir sejenak sebelum menjawab.“Wah, saya dan suamipun memiliki asuransi syariah dari dua perusahaan yang berbeda.Ya, sesuaikan saja antara dana yang tersedia dengan prioritas kebutuhanmu, Nisa.”Saya hanya mengangguk-angguk saat itu.
Jenis Asuransi Prioritas
Terus terang saja, saat ini saya masih belum memiliki asuransi baik konvensional maupun syariah.Saya masih nyaman dengan penyimpanan dana pribadi berupa tabungan.Namun, setelah menikah dan memiliki buah hati kelak, saya dan suami akan segera memiliki asuransi syariah.
Bisa dibilang, sekarang saya masih dalam tahap mencari segala info - terutama melalui internet, membaca buku, serta menghadiri acara - mengenai asuransi.Sebagai orang awam, awalnya saya menganggap hanya asuransi kesehatan yang terpenting.
Hal tersebut berdasarkan pengalaman pribadi saya saat mendadak terserang asma setelah mengikuti acara mahasiswa di kampus pada satu sore.Para senior segera membawa saya ke rumah sakit.Ternyata, saya harus dirawat inap berdasarkan diagnosa dokter.Spontan tiga orang kakak senior berbaik hati untuk membayar secara tunai biaya RS sambil menunggu orang tua saya datang.
Ba’da Maghrib, orang tua saya sudah tiba di RS Karya Bhakti Bogor.Mereka langsung berangkat dari Jakarta setelah ditelepon oleh dua orang teman sekelas saya mengenai kondisi kesehatan saya.Setelah Ayah mengurus administrasi di loket RS, saya langsung dipindah ke ruangan kamar yang lebih nyaman.
Ayah mengungkapkan sambil menunjukkan kartu asuransi kesehatan dari Allianz Indonesia, saya bisa menempati kamar RS di kelas yang lebih tinggi karena sesuai dengan jatah kelas RS untuk rawat inap dari perusahaan tempatnya bekerja kala itu, PT Elnusa.Beliau juga bercerita, tidak khawatir dengan biaya RS dengan adanya kartu dari Allianz tersebut.Menurut beliau, orang biasanya menjadi panik saat mendadak harus dirawat inap atau mengalami kecelakaan karena tidak memiliki dana khusus atau uang tunai yang cukup besar untuk membayar biaya masuk RS.
Selain asuransi kesehatan, saya lalu mendapati bahwa asuransi pendidikan juga tak kalah pentingnya.Lagi-lagi hal tersebut berdasarkan pengalaman pribadi.Seorang dosen dan juga guru besar yang membimbing dan menjadi atasan saya selama menjalani profesi sebagai asisten dosen dan penelitian di IPB memilih asuransi pendidikan dari Bumiputera untuk membiayai biaya sekolah kedua orang anaknya.Tadinya saya pikir, alasan beliau karena rasa nasionalisme dan lamanya Bumiputera beroperasi di Indonesia, yaitu sejak tahun 1912.Ternyata?
Tebakan saya kurang tepat.Dua alasan tersebut memang benar.Tapi, itu bukan alasan utama sang bapak profesor yang sibuk dan sering keluar kota untuk seminar gizi tersebut.“Soalnya, mas itu (agen dari Bumiputera) mau capek jauh-jauh datang ke kampus di pelosok untuk mengurusi asuransi saya,” itu jawaban beliau.Oh, ternyata itu alasan pastinya.
Saya sendiri pun menyaksikan setiap bulannya, agen berkacamata yang ramah dan sopan tersebut rutin mendatangi profesor saya di ruangan kantor beliau di kampus.Jika sang profesor belum tiba, biasanya dia akan menunggu di depan ruangan kantor sekalipun sudah saya persilakan masuk.Dia baru mau masuk saat boss saya waktu itu juga sudah tiba di kantornya.
Setelah asuransi kesehatan dan pendidikan, dua tahun lalu saya menemukan bahwa asuransi mobil wajib dimiliki seseorang yang mempunyai kendaraan bermotor.Pengalaman rekan senior di tempat kerja saya membuktikannya.Mobil ibu yang menjadi single parent tersebut terbalik di jalan tol Jagorawi karena sopir bus di depannya mengantuk.Alhasil, mobilnya ringsek dan rusak parah.
Syukurnya, tidak ada korban jiwa.Namun, di saat yang bersamaan, si ibu harus membayar biaya masuk kuliah putri sulungnya di salah satu universitas swasta di Kota Kembang.Si ibu jadi tidak kebingungan tentang biaya perbaikan mobilnya karena sudah di-cover dana asuransi.Pesannya untuk saya setelah kejadian itu, “Nanti harus punya asuransi waktu sudah punya mobil sendiri ya, Mbak.Awalnya memang terasa berat, tapi sepadan kok dengan manfaatnya.”Tapi pertanyaannya, kapan ya saya bisa segera membeli dan memiliki sendiri mobil idaman hati?#DreamsComeTrue
Asuransi kesehatan, pendidikan, dan kendaraan bermotor (mobil) merupakan jenis-jenis asuransi yang tersedia di Indonesia.Ketiganya juga termasuk dalam jenis asuransi berdasarkan objek pertanggungannya selain asuransi jiwa, jasa ekspedisi (pengiriman barang), penerbangan, perjalanan, bangunan (gedung tempat usaha maupun perumahan pribadi).Untuk mengenal lebih jauh jenis-jenis asuransi lainnya, dapat dibaca pada artikel online news dan blog berikut ini.
Yuk, kenali, pelajari, dan miliki asuransi syariah (Ilustrasi: forex-asuransi.blogspot.com)
Kenapa Asuransi Syariah?
Akhir bulan Juni 2014, saya ditawari asuransi syariah oleh seorang agen dari Prudential Syariah saat sedang berjalan pada suatu sore di depan Taman Malabar di Bogor.Mbak berkerudung alumni Gici Business School (GBS) yang dibina oleh pengusaha nyentrik Bob Sadino itu berpendapat, “Asuransi itu ibarat tiang kokoh yang menopang suatu bangunan.Tanpa adanya tiang yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah roboh saat tertimpa angin kencang.”Wah, analogi yang menarik sekali!
Namun, saat itu saya belum tertarik untuk memegang polis asuransi apapun.Saya merasa belum memiliki cukup dana maupun informasi untuk menjadi seorang pemilik polis.Saya pun terpaksa menolak dengan sopan tawaran Mbak dari Prudential tersebut saat dia menghubungi saya lagi sebulan kemudian.
Maka dua bulan lalu, tepatnya pada Sabtu, 30 Agustus 2014, saya tidak melewatkan kesempatan untuk mengikuti acara off-air (kopi darat) yaitu Nangkring blogger Kompasiana bersama Sunlife Financial Syariah Indonesia.Acara yang bertema “Mengapa Harus Asuransi Syariah?” tersebut mengingatkan saya kembali akan nasihat dosen saya dan tawaran dari agen Prudential syariah sebulan sebelumnya untuk memiliki polis asuransi syariah.
Ternyata, asuransi syariah merupakan asuransi kooperatif atau tolong-menolong (ta’min ta’awuni) dan bebas dari unsur gharar (ketidakjelasan) tingkat tinggi, qimar (judi), dan riba sehingga dari segi bisnis tentunya lebih memberikan manfaat baik kepada pemilik polis asuransi dan juga pastinya perusahaan asuransi.Sedangkan menurut Dewan Syariah Nasional, asuransi syari'ah adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Dewan Syariah Nasional (DSN) juga telah mengeluarkan fatwa tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH No: 21/DSN-MUI/X/2001.Berikut ini adalah perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional menurut buku dan blog “Muamalat Kontemporer” karya Dr. Erwandi Tarmizi, MA.
Perbedaan antara Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional
Asuransi Syariah (Takaful)
Asuransi Konvensional
Jenis akad: Hibah
Jenis akad: Mu’awadhah (tukar-menukar)
Tujuan asuransi: Tolong-menolong antar sesama
Tujuan asuransi: Perolehan laba
Status perusahaan asuransi: Wakil dari para pemegang polis
Status perusahaan asuransi: Pemilik dana
Perusahaan asuransi BUKANLAH pemilik premi yang terkumpul dari para peserta