Ketika “ATM” Tak Otomatis Mengeluarkan Uang
Bank sering diasosiasikan sebagai “mesin uang.” Anggapan itu tidak sepenuhnya salah. Bukankah ada mesin ATM atau Anjungan Tunai Mandiri (Auto Teller Machine) yang memang berfungsi untuk mengeluarkan uang bagi nasabah bank yang memiliki kartu ATM. Akan tetapi, di lain sisi, bank juga tak melulu soal transaksi bisnis dan perputaran uang di dalamnya. Bagaimana jika ATM dari suatu bank tak hanya menghasilkan uang, namun juga lapangan pekerjaan? Mungkinkah itu bisa menjadi kenyataan?
Setelah membaca buku “Hidup yang Lebih Berarti: Sosok Inspiratif untuk Dayakan Indonesia” yang ditulis oleh 20 blogger Kompasiana atau Kompasianer dan diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo (Grup Kompas – Gramedia), barulah saya ngeh tentang arti konsep ATM ala program Daya dari BTPN (PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk). Menurut Kang Pepih Nugraha sebagai COO (Chief Operating Officer) Kompasiana dalam kata pengantarnya, para sosok sederhana (tak terkecuali para pensiunan) yang kisah inspiratifnya dimuat dalam buku tersebut jelas memiliki ide dan kreativitas yang mampu mengubah suatu hal biasa menjadi luar biasa. ATM tak sekedar menjadi tempat mereka untuk menarik uang sebagai nasabah BTPN. ATM sukses menjelma sebagai metode “Amati, Tiru, Modifikasi.”
Bagi saya, para pelaku kisah pemberdayaan masyarakat di buku tersebut adalah bukti nyata adanya peluang luar biasa besar dalam mengoptimalkan metode “ATM” untuk kesuksesan hidup bersama. Sekalipun mereka bisa jadi tak mengenyam pendidikan formal di bidang ekonomi dan manajemen, sistem “ATM” telah berhasil mengubah hidup mereka dari sosok yang lemah dan bergantung menjadi sosok mandiri yang percaya diri serta berdaya dan memberdayakan. “ATM” bagi mereka adalah “Action, Time, Management.”
Lalu, bagaimanakah dan siapa sajakah sosok dalam buku tersebut yang telah sukses mengaplikasikan “ATM” sehingga membuat hidup mereka dan lingkungan sekitarnya lebih berarti? Berikut ini rangkumannya. Selamat meneliti satu persatu dan terinspirasi setelahnya untuk turut berdaya dan memberdayakan.
A (Action) yang Mengubah Impian Menjadi Kenyataan
Semua perjalanan pasti dimulai dari satu langkah pertama. Tanpa pernah berani mencoba untuk melangkah maju, maka siapa pun tidak akan pernah berubah nasibnya. Bu Siti Rochanah, seorang wanita di Semarang – Jawa Tengah yang menjanda sejak wafatnya sang suami di tahun 2001 tak lantas terpuruk tanpa daya. Sebaliknya, pengusaha penganan crispy berbahan baku ikan wader dan udang yang diwawancarai Kompasianer Agung Budi Santoso ini sekarang mantap membesarkan produknya yang diberi merek dagang “Iwak Nyuzz”. Sempat terpukul karena usahanya di awal dulu pernah mengalami pembatalan pesanan yang mendadak sehingga dirinya tak menerima keuntungan sedikitpun. Sekalipun demikian, “the show must go on”, begitu tekad salah satu peserta program Daya BTPN untuk pelatihan wirausaha dari BTPN KC Semarang tersebut.
Aksi nyata lainnya untuk membuat hidup mereka lebih berarti juga dilakukan oleh pasangan suami-isteri, Bu Ulyatidan Pak Ujang Amir. Pengusaha kerupuk sanjai asal Payakumbuh – Sumatera Barat tersebut awalnya bekerja sebagai buruh pabrik pada usaha kerajinan kerupuk sanjai. Sebatas bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pasangan tersebut akhirnya memberanikan diri untuk memulai bisnis kerupuk sanjai mereka dengan modal sebesar dua juta rupiah hampir 2 tahun sebelum krisis moneter tahun 1997/1998. Bu Ulyati dan Pak Ujang Amir – diwawancarai oleh Kompasianer senior Iskandar Zulkarnain- yang memproduksi kerupuk sanjai balado “Kripik Oviga” tersebut bertekad untuk tidak akan pernah mem-PHK karyawan mereka, seburuk apapun kondisi usaha mereka. Bantuan berupa pinjaman modal dari BTPN membuat usaha mereka terus dapat berjalan. Selain modal berupa dana, pasangan pengusaha tersebut juga memperoleh pelatihan usaha yang dikenal sebagai program Daya dari BTPN. Kini, di usia senja, perjuangan wirausaha mereka yang dimulai di masa lalu menuai hasil manisnya.
T (Time) yang Harus Dimanfaatkan dari Sekarang untuk Masa Depan
Para tokoh inspiratif yang dimuat kisahnya dalam buku ini paham dan sadar benar bahwa uang yang hilang dapat dicari lagi, namun waktu yang terbuang jelas membuat uang melayang. Sesingkat apapun waktu yang mereka miliki, mereka manfaatkan sebaik-baiknya. Contohnya adalah pengusaha tas dari bahan daur ulang, PakSolihin (42) yang berasal dari Badung - Bali. Kepada Kompasianer Agung Soni, Pak Solihin yang sudah memulai usahanya sejak tahun 2006, mengaku jam kerja produksi tasnya yang tidak menentu itu membuatnya harus pandai menjaga stamina. Ketepatan waktu juga menjadi syarat mutlak yang diminta para pembeli tasnya – diberi label “Olivia Collection”– yang berasal dari luar negeri, terutama dari Eropa. Hebatnya lagi, di sela kesibukannya memproduksi tas, Pak Solihin masih selalu menyempatkan diri untuk mengikuti pelatihan wirausaha dalam program Daya dari BTPN setiap 2-3 minggu sekali.