Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Lestari Lingkungannya, SIBAT PMI Donornya

12 Juni 2016   20:22 Diperbarui: 12 Juni 2016   22:18 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki-ka: Staf PMI, Staf Am-Red Cross, Mbak Meri/berbaju batik, Bang Baron, Pak Ruslan, & Mas Mudri (Dokumen Ruslan/SIBAT PMI Sukahati)

Sekilas Pandang Sejarah Palang Merah

                Istilah Palang Merah memang lebih lekat diingat oleh masyarakat dengan kegiatan donor darah.  Asosiasi itu tidak berarti 100% benar ataupun salah.  Palang Merah Internasional (International Red Cross) didirikan pertama kali oleh Henry Dunant (1828-1910).  Pria asal Swiss tersebut terenyuh dan terusik rasa kemanusiaannya setelah melihat langsung perang antara prajurit Perancis melawan Austria pada 24 Juni 1859 di Solferino, Italia. 

Begitu banyaknya dan parahnya korban perang yang berjatuhan saat itu sangat timpang dengan jumlah tenaga medis yang tersedia.  Kalimat bijak Dunant yaitu Siamo tutti frateli (Kita semua saudara) sukses menyatukan para penduduk desa yang tinggal di sekitar daerah perang untuk merawat para korban perang bersamanya secara sukarela.  Mereka menolong korban perang tanpa membedakan pihak lawan maupun kawan.  Maka itulah, tanggal kelahiran Dunant, sang pahlawan kemanusiaan, pada 8 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Palang Merah.

Di Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI) resmi didirikan pada 17 September 1945.  Salah satu Pahlawan Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden RI pertama, Drs. Mohammad Hatta, menjadi Ketua PMI I hingga tahun 1946.  Tugas PMI pada waktu itu adalah membantu korban perang kemerdekaan terhadap semua pihak yang terlibat yaitu Indonesia, Belanda, Jepang, dan tentara Sekutu. 

Pada tahun 1950, PMI diakui pihak internasional dengan bergabung secara resmi pada “Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC).”  Saat ini, Ketua Umum PMI sejak Desember 2009 dijabat kembali oleh seorang Wakil Presiden RI yang juga seorang Kompasianer yaitu Bapak Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla sebagai Ketua PMI ke-12.    

Seperti kebanyakan masyarakat umum, sebelumnya saya juga mengira kegiatan PMI lebih identik dengan kegiatan kemanusiaan dan kesehatan.  Saya pernah mempunyai teman satu kost yang berprofesi sebagai dokter umum di RS PMI Kota Bogor.  Dokter muda alumni UGM tersebut pernah bercerita ke saya mengenai pengiriman tim kemanusiaan PMI untuk membantu korban perang antar etnis dan agama di Myanmar pada tahun 2013, termasuk menolong etnis minoritas yaitu para pengungsi Rohingya yang mayoritas muslim.  Saat ditanya kenapa dirinya tidak termasuk tim bermisi mulia tersebut, jawabnya “Saya jelas berminat, Nisa.  Tapi, tim PMI yang dikirim (saat ini) semuanya laki-laki.  Itu karena mempertimbangkan lokasi dan kondisi perang di sana.”  Tambahnya lagi, “Nanti kalau ada kegiatan PMI di daerah damai, saya akan mendaftar, termasuk kegiatan pencegahan (preventif) bencana.”

Pengabdian Relawan PMI yang Berkelanjutan

Mencegah tentunya selalu lebih baik daripada mengobati, termasuk mengurangi resiko terjadinya bencana banjir.  Sejak 2004, kegiatan PMI  memang semakin meluas dan bukan hanya berfokus pada korban perang atau konflik dan bencana alam yang sedang ataupun telah terjadi (saat dan pasca bencana). Menurut Ketua PMI Jawa Barat, Bapak Irjen Polisi (Purnawirawan) Adang Rochyana saat melantik Bupati Bogor, Ibu Hj. Nurhayanti, sebagai Ketua PMI Kabupaten Bogor periode 2015 – 2020, PMI mempunyai pedoman penanganan bencana yang terdiri atas “3E (Early Detection, Early Warning, & Early Action) atau “Deteksi, Peringatan, dan Tindakan Dini.”   

PMI juga turut terlibat dalam pelestarian lingkungan sebagai bagian dari kegiatan penanganan bencana untuk masa pra-bencana (persiapan).  Belajar dari dahsyatnya bencana tsunami di Aceh pada akhir Desember 2004, PMI kini telah memiliki Tim Relawan Kesiapsiagaan Bencana.  Kegiatan utama PMI pada periode pra-bencana yaitu Kesiapsiagaan, Sistem Peringatan Dini dan Informasi Manajemen Bencana, Mitigasi (tindakan meminimalisasi resiko bencana), dan Penyadaran Resiko serta Dampak Bencana.      

    Menurut Mbak Meri Anggraini selaku Koordinator Lapang (KorLap) sejak tahun 2015 untuk Tim Relawan Pelestari Lingkungan di PMI Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat- melalui wawancara via telepon pada Jum’at sore, 10 Juni 2016 -, “Tim dan kegiatan Relawan Kesiapsiagaan Bencana PMI dibentuk untuk meminimalisir dampak bencana.”  Tambahnya lagi, “Selain itu, agar persiapan lebih optimal jika bencana sampai terjadi. Misalnya penanggulangan bencana banjir tahunan di Jakarta yang salah satu penyebabnya bersumber dari menumpuknya sampah di Sungai Ciliwung.”   

Mbak Meri, begitu nama panggilannya, telah 12 tahun atau sejak tahun 2004 aktif bergabung dengan tim relawan PMI.  Alumni SMUN 1 Kabupaten Cibinong Bogor tersebut berujar, “Saya mengikuti kegiatan PMI sejak tahun 2004 atau masih di kelas 1 SMU (16 tahun).  Ya, masih ABG (Anak Baru Gede)-lah waktu itu sampai sekarang.” 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun