1. Orang tua rutin membaca
Seorang anak adalah peniru ulung perilaku orangtuanya. Tak heran, banyak anak yang mengikuti hobi dan profesi orangtuanya, tak terkecuali kebiasaan membaca.
Menurut Lesley Mandel Morrow dalam bukunya Family Literacy Connections in School and Communities (1995), beliau mengatakan, “Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak, dan orang tua juga menjadi guru sepanjang usianya untuk anak-anak.” Saat orang tua ingin buah hati mereka agar gemar membaca, maka orang tua pun harus mencontohkannya sedari awal dan tak sekadar menyuruhnya.
Bapak saya senang membaca koran di pagi hari dan majalah di sore atau malam hari. Ibu saya biasanya membaca majalah wanita setelah urusan di dapur selesai.
Adanya tumpukan buku dan majalah di rumah tentu saja membuat kami sekeluarga tak kehabisan bahan bacaan. Saya bersyukur memiliki orangtua yang tak sayang mengeluarkan uang untuk membeli buku dan majalah bermutu untuk menambah ilmu.
2. Ada waktu khusus membaca
Kehadiran gawai (gadget) ternyata sempat menganggu waktu membaca pada keluarga kami. Ketiga adik laki-laki saya jadi lebih betah berlama-lama di depan play station daripada membaca buku maupun bermain fisik di luar rumah. Oran tua kami pun akhirnya membuat jadwal wajib untuk membaca di rumah dari pukul 16.00-20.00 setiap hari.
Awalnya adik-adik saya sempat protes dengan jam rutin membaca itu karena Ibu menyimpan gadget di rak buku dan menguncinya. Saya salut dengan Ibu yang tetap konsisten menjalankan peraturan itu dengan menaruh tumpukan buku dan majalah di ruang tengah.
Lambat-laun, kami berempat pun jadi terbiasa dengan waktu membaca tersebut. Selain buku dan majalah, orangtua kami juga menyediakan alat-alat tulis seperti buku gambar dan alat mewarnai sehingga kegiatannya lebih variatif.
Setelah menerapkan jam rutin membaca di rumah, nilai sekolah kami berempat pun jauh meningkat. Pasti ini karena kami lebih fokus ketika kami membaca buku-buku pelajaran tanpa terganggu adanya gadget, mantap!