Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Perbedaan Itu Normal dalam Road Movie "Mencari Hilal"

20 April 2022   23:31 Diperbarui: 25 April 2022   03:03 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haruskah kita memilih antara kebahagiaan atau kebenaran? (Ilustrasi: indonesianfilmcenter.com)

Siapa yang (tidak) pernah beradu pendapat dengan orangtuanya? Mahmud, seorang pedagang jujur serta lulusan pesantren yang berasal dari Generasi Baby Boomers ini tentunya memiliki banyak perbedaan dengan Heli, putranya yang termasuk Generasi Millenial dan berprofesi sebagai aktifis lingkungan yang liberal.

Gesekan antar generasi ini pastinya banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari sehingga adegan demi adegan saat Mahmud dan Heli saling bersitegang sepanjang perjalanan dalam mencari hilal mampu mengingatkan kita kembali tentang hubungan dengan orangtua kita sendiri. Kita pun kelak akan (sangat) mungkin berulang kali berbeda pendapat dengan anak-anak kita yang jelas berbeda dengan generasi kita sekarang.

Saya pernah membaca kalimat bijak yaitu "Orang tua itu kaya pengalaman sedangkan anak muda sarat pengetahuan." Pengalaman Mahmud dalam mencari hilal semasa di pesantrennya dulu dengan prosesnya yang begitu sederhana dan minim biaya tentunya tak masuk logika Heli yang telah terbiasa dengan kecanggihan teknologi masa kini.

Konflik antar generasi ini semakin dipertajam dengan perbedaan kontras Mahmud yang alim dan tak segan memberi wejangan agama di manapun dan kepada siapapun (termasuk supir bus yang ditumpanginya) vs Heli yang sekuler sehingga tak merasa penting untuk melakukan ibadah sholat 5 waktu yang wajib dalam Islam. Di kehidupan sehari-hari, umumnya kita memang mendapati seseorang akan bertambah religius seiring bertambahnya usia.

Tak heran, ketika (terpaksa) menemani sang ayah mencari hilal, Heli sempat sengaja membuat mereka berdua tersesat agar Mahmud mengurungkan niatnya. Namun, api semangat yang menyala-nyala untuk terus menjalankan ajaran Islam dengan kaffah (sempurna) dalam tubuh tua Mahmud membuatnya pantang mundur sampai menemui hilal.

Film 'Mencari Hilal' juga termasuk kategori road movie (Ilustrasi: festivalfilm.id)
Film 'Mencari Hilal' juga termasuk kategori road movie (Ilustrasi: festivalfilm.id)


Spiritual vs material

Jika ditanya, apakah kita 'hidup untuk bekerja' atau 'bekerja untuk hidup', jawaban kita dapat mencerminkan kecenderungan tujuan hidup kita. Hal itulah yang melatarbelakangi jawaban Mahmud ketika ditanya tujuannya berdagang yaitu untuk ibadah dan bukannya sebatas mencari untung di dunia.

Wajarlah saat Mahmud geregetan ketika mengetahui anggaran (fantastis) pemerintah untuk menentukan hilal yaitu sebesar 9 milyar! Kalau uang sebanyak itu untuk dibelikan ketupat Lebaran plus sambal goreng, satu negara kebagian semua deh hehehehe....

Kegundahannya itulah yang membuatnya rela untuk mencari hilal dengan metode tradisional yang minim biaya. Mahmud pun sampai mengajak teman-temannya di pesantren dulu untuk bersamanya mencari hilal.

Di sinilah, baik Mahmud maupun Heli menemukan kenyataan dalam perjalanan mereka bahwa agama berulangkali dimanfaatkan untuk kepentingan politik sesaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun