“Kini saya sadar, tak seorang pun yang terlalu kecil untuk berkontribusi nyata. Pilihannya hanya dua yaitu biarkan atau hentikan emisi karbon. Ingat, tidak ada area abu-abu ketika kita harus terus bertahan hidup.” –Greta Thunberg, aktivis iklim (18 tahun)
Kutipan realistis itu begitu membekas seusai saya menonton serial Squid Game dari Korea Selatan yang kini sedang naik daun. Squid Game mengisahkan tentang sekelompok orang yang harus bertahan hidup hingga akhir jika ingin menjadi pemenang sejumlah permainan (yang mematikan) dan berhasil pulang dengan membawa milyaran uang sebagai hadiah utama.
Bukankah itu mirip dengan kondisi mahluk hidup saat ini, terutama manusia, yang harus terus berjuang menghadapi dahsyatnya perubahan iklim (climate change) di Bumi? Sebut saja bencana banjir, kebakaran hutan, pemanasan global, polusi udara, dan lainnya yang silih berganti.
Ketika kesulitan keuangan menjadi motivasi (terkuat) pemain Squid Game, maka peningkatan suhu Bumi karena emisi karbon, adalah pendorong utama kita untuk mencapai Net-Zero Emissions. Panasnya Bumi membuat tubuh melemah dan parahnya hingga menyebabkan gagal panen karena kemarau panjang.
Saat tanaman pangan menjadi langka, hewan dan juga manusia (apalagi anak-anak) akan merasakan akibat terburuknya yaitu bencana kelaparan. UNICEF memprediksi bahwa 25 juta anak kekurangan gizi dan 100-200 juta anak kekurangan pangan serta mengungsi akibat perubahan iklim berupa gelombang panas karena tubuh kecil mereka tak sanggup menanggungnya, sedih banget ya?
Pemanasan suhu Bumi ternyata berujung pada krisis multidimensi (kekeringan, kelaparan, kesehatan, dan kemanusiaan). Target net-zero emissions jelas sangat penting karena emisi yang tidak diserap sehingga menguap ke atmosfer adalah biang kerok pemanasan global, termasuk di Indonesia.
Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam diskusi virtual Indonesia Net Zero Summit 2021, “Intensitas bencana alam di Indonesia semakin meningkat dan 99% kasus yang terjadi selama tahun 2020 karena bencana hidrometeorologi misalnya siklon seroja dan siklon surigae." Tambahnya lagi, “perubahan iklim karena peningkatan suhu dan perubahan curah hujan telah sampai di Indonesia sehingga harus dihadapi bersama.”
Kerjasama antara pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat mutlak adanya dalam mengurangi efek negatif pemanasan global. Bagi penonton Squid Game, Anda pasti mengetahui bahwa kerja tim termasuk faktor penentu seorang pemain dapat melaju ke babak selanjutnya.
Indonesia pun berkomitmen dalam penurunan emisi gas rumah kaca (green house gasses/GHG) pada 2030 dan juga peningkatan kontribusi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi di 2025. Sementara itu, contoh dari swasta yaitu dua target utama perusahaan Indika Energy untuk mencapai net-zero emissions pada tahun 2050 dan meningkatkan pendapatan perusahaan dari sektor non batubara menjadi 50% pada tahun 2025 tentunya patut kita dukung bersama.
Selain Greta Thunberg, ternyata Squid Game juga menginspirasi saya sebagai individu untuk berpartisipasi aktif dalam aksi ramah lingkungan. Inilah sejumlah tindakan sederhana sehari-hari yang dapat dilakukan agar seisi Bumi bisa menang saat berpacu dengan lajunya perubahan iklim.