Saat ibu Amos memanggil tutor privat ke rumah, dirinya pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya di sekolah. Tutor itu, namanya Ettore, kembali membimbing Amos saat akan menempuh ujian kuliahnya.
Seandainya Amos sudah puas dengan hanya bermusik, berarti dia menyia-nyiakan kemampuan akademiknya yang cukup prima. Selain lulus kuliah dengan baik, Amos lalu mengoptimalkan waktu dan tenaganya untuk melatih vokalnya
Amos juga diwajibkan untuk tidur dan bangun pada jam yang sama setiap harinya untuk menjaga kualitas pita suaranya.
Judul film "The Music of Silence" ini juga diinspirasi oleh metode pengajaran musik oleh Sang Maestro. Menurutnya, seorang seniman, tak terkecuali musisi, harus memiliki kemampuan menenangkan diri dan mengambil manfaat terbaik dalam kesunyian untuk peningkatan kualitas diri.
Kemampuan Amos bermusik meningkat tajam setelah dilatih The Maestro. Dukungan Sang Maestro pula yang membuat Amos bersedia menerima tawaran bermusik bersama musisi terkenal saat Amos masih merintis.
4. Tak ada sukses instan
Amos mulai mendapatkan momentum kesuksesan bermusiknya di usia 30-an tahun. Dirinya sempat menunggu hingga lebih dari setahun untuk kepastian bermusik dalam satu panggung dengan para musisi lainnya yang telah ternama.
Saat dihitung sejak usia SD, maka waktu yang diperlukan Amos hingga namanya dikenal luas sebagai musisi berprestasi yaitu sekitar 1/4 abad atau 25 tahun. Jelas bukan waktu yang singkat, apalagi jika dibandingkan dengan waktu untuk meraih sukses bagi para musisi di era setelah adanya internet saat ini.
Di kehidupan aslinya, Bocelli termasuk musisi yang konsisten berkarya dan berprestasi dari tahun ke tahun. Bocelli tidak termasuk musisi dengan fenomena sukses sesaat atau "One-hit wonder". Kegigihannya untuk terus bangkit setelah berulangnya kegagalan dan penolakan dalam karir musiknya berbuah manis. Tahun 2010, Bocelli mendapatkan bintang penghargaan dari "Hollywood Walk of Fame" atas prestasi bermusiknya.