Ada yang belum pernah merasakan mual (nausea)? Kalau ya, wah beruntung sekali! Setidaknya mau seburuk apapun kondisi di jalan atau kesehatan Anda, kondisi badan tetap aman dan nyaman. Eh, tapi mungkin enggak sih, ada orang yang sama sekali tidak pernah merasakan mual? Hmm, penasaran deh jadinya…..
Pengamatan saya selama ini – baik pengalaman pribadi maupun orang lain – semua orang pasti pernah mengalami mual. Pasti sudah familiar kan dengan istilah “mabuk perjalanan”? Bagi anak-anak, mual saat melakukan perjalanan, apalagi jarak jauh, (sangat) lazim ditemui. Untuk orang dewasa (pria maupun wanita), selain mual karena mabuk di jalan, mual bisa dialami pula saat masuk angin dan juga salah satu indikator telah terjadinya keracunan makanan . Nah bagi wanita, ada mual yang khusus sehingga menjadi ciri khas yaitu mual selama masa kehamilan atau populer disebut dengan “morning sickness”.
Saat saya cermati lagi, faktor genetis (sepertinya) turut berpengaruh dengan mudah-tidaknya seseorang mengalami mual pada momen tertentu. Orang tua saya termasuk contoh pasangan yang memiliki kecenderungan mual di waktu yang berbeda. Bapak saya tidak mudah atau jarang sekali terserang mual saat di jalan, kecuali kondisi kesehatan beliau sedang tidak fit. Tak heran, pekerjaan yang menuntut beliau bepergian tidak pernah menjadi masalah untuknya. Namun, Bapak bisa mual seketika saat mengonsumsi makanan yang sudah lama dimasak atau sudah tidak segar lagi. Saya dan adik kedua atau anak pertama dan ketiga meniru jejak Bapak tentang urusan mual tersebut.
Maka, bisa terbayang kan ya betapa repotnya saat kami sekeluarga jalan bersama. Khususnya saat saya dan adik-adik masih kecil dulu selama kami mudik Lebaran. Ada anak yang mudah mual karena makanan dan ada pula anak yang gampang mual selama perjalanan. Jadilah Bapak dan Ibu mengakalinya dengan berbagai cara selama kami di jalan. Salah satu cara jitu Ibu yaitu apalagi kalau bukan dengan mengoleskan minyak kayu putih sebelum dan sepanjang perjalanan, baik untuk diri beliau dan terutama kepada buah hatinya. Minyak Kayu putih Cap Lang menjadi merk andalan Ibu sejak kami masih balita dulu hingga kini beliau sudah dikaruniai cucu. Ohya, sejak masih gadis remaja (di akhir tahun 70-an) sehingga menjadi nenek saat ini, Ibu selalu rutin mengoleskan minyak Kayu Putih Cap Lang seusai mandi. “Supaya badan hangat dan sehat,” begitu kata beliau.
Like mother, like daughter. Apel memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Saya pun meniru kebiasaan Ibu dengan teratur memakai minyak Kayu Putih Cap Lang setelah mandi. Terlebih setelah saya tinggal di Kota Hujan alias Kota Bogor. Cuaca sejuk dan dingin jelas sangat cocok ketika dihangatkan dengan minyak Kayu Putih Cap Lang produksi PT Eagle Indo Pharma yang berdiri sejak tahun 1973. Wah, sudah lebih dari 40 tahun ya atau tepatnya 43 tahun pada 2016 ini, Cap Lang menjaga kesehatan masyarakat Indonesia #TerjaminMutunyaSejakLama
Biasa beraktivitas di Bogor sebelumnya, jadilah saya sering bepergian dengan KRL maupun jenis kendaraan umum lainnya setelah menjadi blogger dan Kompasianer. Tentu saja, KRL menjadi moda transportasi yang sering saya gunakan saat harus bepergian seputar Jabodetabek. Nah, sejak itu pulalah saya jadi sering mengalami mual di jalan.
Penyebabnya ternyata adanya perubahan suhu dan motion sickness. Di Bogor, suhu udaranya relatif lebih sejuk dan adem. Kesejukan yang sama masih saya rasakan saat menaiki kereta Commuter Line, terutama saat penumpang KRL tidak terlalu penuh. Namun, jangan ditanya suhu udaranya setibanya di Jakarta. Sesampainya di stasiun tujuan, hawa panas langsung menyergap tubuh, duh!
Uniknya, perkenalan saya dengan minyak Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang bermula dari perjalanan saya dalam KRL dari Jakarta menuju Stasiun Sudirman Jakarta. Saat itu, ada seorang ibu hamil yang sedang mengalami mual karena ngidam atau morning sickness setibanya di Citayam. Bagi pengguna KRL dari Stasiun Bogor, pasti sudah tahu bahwa kepadatan penumpang KRL semakin nyata penuhnya mulai Stasiun Citayam dan tambah menumpuk di Stasiun Depok.