Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berbahagialah yang Sempat dan Dapat Terlibat Kopi Darat

26 Mei 2016   10:49 Diperbarui: 26 Mei 2016   11:06 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner/KPK pada acara Gerebek Resto Thai Alley (Sumber : Facebook Grup KPK)

                

Bulan Mei 2016 ini banyak offline event (kopi darat) dari Kompasiana yang dapat diikuti Kompasianer. Jadwal lengkapnya dapat dilihat di sini.  Kompasianer dapat mencermati bahwa di bulan Mei ini dalam satu minggu ada dua hingga tiga kegiatan offline yang diadakan.  Contohnya minggu ini saja ada 3 acara yaitu Nangkring BPJS, Nangkring Hokben, dan Coverage V-KOOL.

Memang tak dapat dipungkiri, mayoritas acara tersebut berada di Jakarta atau ibukota.  Saya sering membaca komentar para Kompasianer yang berasal dari luar Jabodetabek pada berita admin yang memuat pengumuman event.  Rata-rata mereka mengatakan, “Haduh! Sayang ya di Jakarta, jadi enggak bisa ikut….”  Kalimat lainnya, “Wah, jauh nih! Kapan ada acara di kota ini?”

Pengalaman saya sebagai Kompasianer sejak April 2014 mendapati fakta dan realita (hayoo, apa bedanya? Beda lho ternyata definisi ‘fakta’ dan ‘realita’ hehehe…) yang unik dan menarik tentang kopi darat.  Kompasiana memang bukan satu-satunya pihak yang memfasilitasi kopi darat bagi jurnalis warga maupun blogger.  Sebut saja ada acara sejenis kopi darat yang biasa disebut sebagai media gathering, product launching, dan sebagainya.  Eh, acara komunitas juga termasuk lho ya :)

Bagi Kompasianer dan blogger non-Jabodetabek, saya memahami kerinduan dan keinginan mereka untuk juga bisa lebih sering mengikuti kopi darat.  Wajarlah saat ada acara di luar Jabodetabek, antuasiasme peserta maupun artikel reportasenya (biasanya) lebih semarak.  Nah, untuk yang di Jabodetabek? Umumnya sih tergantung situasi dan kondisi (terms and conditions) dari pihak penyelenggara acara, sponsor atau klien.  Ada yang menyaratkan “siapa lebih cepat, ada hadiah – selain goody bags - yang bisa didapat”, ada pula yang meminta agar artikel liputannya nanti tidak memuat informasi tertentu alias off the record, dan lainnya.

Well, pengamatan saya selama 2 tahun ini, ramai tidaknya suatu kopi darat jelas dipengaruhi berbagai faktor.  Tema acara menjadi faktor pertama dan utama yang menarik minat para Kompasianer dan blogger untuk menghadiri kopi darat.  Acara liputan wisata kuliner, teknologi, dan traveling memiliki magnet yang lumayan besar daripada topik lainnya.  Tambahkan faktor pemikat jika ada tokoh publik yang menjadi pengisi acara kopi darat. Apalagi jika kaum pesohor tersebut sedang menjadi trending topic. Selanjutnya, faktor waktu dan lokasi kopi darat menjadi urutan ketiga yang menjadi pertimbangan.  Tak heran, kopi darat yang berlangsung di akhir pekan atau weekend dan mudah dijangkau lokasinya oleh transportasi umum menjadi primadona.

Di luar ketiga faktor di atas (tema, pengisi acara, serta waktu dan lokasi kopi darat), pastinya faktor ini juga sangat mempengaruhi ketertarikan minat Kompasianer maupun blogger untuk menghadiri suatu event.  Bagi seorang blogger fulltime atau profesional, pilihannya untuk datang dan meliput suatu acara jelas berbeda dengan blogger paruh waktu atau yang baru sebatas hobi menulis.

Namun, tulisan saya ini tidak bermaksud untuk mengulik lebih dalam tentang perbedaan motivasi meliput bagi blogger hobi maupun blogger profesi. Apapun makannya, eh nawaitu atau niatnya meliput, pasti ada plus dan minusnya.  Selama hasilnya positif dan bermanfaat bagi si blogger serta banyak orang, why not?

Bagi saya yang termasuk blogger paruh waktu, waktu yang tersedia untuk bisa datang dan meliput kopi darat itu merupakan kesempatan yang langka.  Seperti halnya para Kompasianer dan parttime blogger yang bekerja dari Senin hingga Jum’at sesuai jam kantor, menyempatkan diri untuk datang kopi darat itu menjadi suatu kemewahan khusus. Itu karena keinginan untuk datang ke acara offline di akhir pekan pun harus dikomunikasikan dan dikompromikan terlebih dahulu dengan keluarga dan lingkaran terdekat agar bisa seimbang waktunya. 

Tentunya bukan hal yang mudah untuk menjelaskan ke semua orang tentang konsep menghadiri suatu liputan atau datang ke kopi darat yang tidak (langsung) menghasilkan pendapatan.  Hari gini masih berpegang pada idealisme? Bukannya lagi zamannya materialisme sekarang? Gitu kali ya pemikiran kebanyakan orang?  Satu waktu, pernah ada sepupu yang masih SD kelas 2 sempat protes saat mengetahui saya akan berangkat ke suatu acara liputan, “Mbak Nisa, kok hari ini masih kerja sih? Kan hari Minggu dosen itu harusnya libur.” Saya pun lalu ‘menyuapnya’ dengan iming-iming, “Nanti sore, pulangnya Mbak bawain kaos deh…”#KaosHasilLiputan

Di lain waktu, ada pula teman dan saudara yang bertanya spontan dan straight to the point setelah mengetahui saya (lumayan) aktif sebagai Kompasianer dan blogger, “Memangnya datang ke acara kopi darat itu diganti transportnya? Terus, kalau menulis begitu, kamu dibayar berapa?” Hmm, rada-rada ribet nih waktu harus menjelaskan sesuatu kepada orang-orang yang pola pikirnya sudah transaksional bingit alias mindset utamanya adalah untung-rugi.  “Alhamdulillah, karena bertambah teman, pengetahuan, dan pengalaman, hasilnya juga bertambah penghasilan.  Ya, sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit,” jawab saya sediplomatis mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun