Donat lezat bertabur keju dan jelly strawberry yang ditaruh di samping Samsung Galaxy S7 Edge difoto dengan Samsung Galaxy S7 (Dokpri : Bluetooth Transferring saat Kompasiana Unboxing)
Ketika kata bernarasi, maka gambar menginspirasi. Kekuatan gambar (The Power of Pictures) benar-benar mendapat tempat di era digital saat ini. Ditambah lagi dengan menjamurnya penggunaan media sosial oleh masyarakat. Urusan update belum lengkap pastinya tanpa memasang foto atau gambar. One, two, three: Cheese!
Foto pun kini tidak melulu tentang obyek manusia dan pemandangan. Ada yang belum pernah menjepret foto kuliner lalu mengunggahnya di media sosial? Minimal pasti pernah kan berbagi foto makanan via saluran komunikasi pada smartphone seperti WA, LINE, dan BBM. Kalau sekedar bilang di grup bahwa ada wisata kuliner yang maknyuus di resto ini atau di warung itu, pasti akan ditanya, “Mana nih gambar makanannya?”
Sempat saya mengira, menjepret makanan dan minuman itu lebih banyak ditekuni sebagai hobi bagi pecinta wisata kuliner. Well, minimal untuk dokumentasi pribadi. Sedangkan bagi para blogger kuliner atau food blogger, foto dan video makanan jelas sangat menunjang kualitas penulisan artikel blog mereka. Tanpa foto, artikel blog kuliner mirip sayur kurang garam alias hambar rasanya.
Eh, ternyata bagi pelaku bisnis kuliner, foto produk mereka itu bahkan sudah (hampir) serupa nyawanya usaha mereka. Sampai sebegitunya ya? Ini terutama berlaku bagi yang berpromosi bisnis kuliner mereka melalui saluran media sosial. Minat awal para calon konsumen untuk membeli produk kuliner umumnya dimulai dari ketertarikan mereka terhadap kualitas gambar makanan dan minuman yang dipajang tim marketing.
Beberapa kenalan yang bergerak di bisnis kuliner, terutama kue, mengaku bahwa mereka semakin serius mengelola promosi produk kue mereka melalui media foto dan gambar, khususnya di Instagram. Teman yang sedang menjalani bisnis kue berdekorasi – seperti kue ulang tahun dan pernikahan - bercerita bahwa mayoritas calon pengantin ingin kue pernikahan mereka unik bentuknya dan tidak pasaran sehingga berkesan saat disajikan di resepsi pernikahan.
“Tentang selera dan rasa, calon pengantin bisa langsung melakukan food tasting. Giliran bentuk kue, jelas kamera foto yang berbicara kepada mata calon mempelai sebelum mereka menentukan satu pilihan pasti,” begitu tutur salah satu teman saya. “Kamera apa yang paling oke untuk memotret foto dan membuat video makanan? Bukan sekedar untuk memotret, tapi juga untuk memudahkan saya ketika menyimpan koleksi foto dan video kue sebagai bahan promosi,” tanyanya meminta saran. Saya pun memastikan, “Berarti sekarang sedang mencari kamera smartphone yang oke, right?” Anggukannya tanda berarti setuju. Tambahnya lagi, “Lebih bagus lagi kalau smartphone itu bisa dibawa mulai dari dapur hingga ketika bertemu calon konsumen di luar ruangan.”
Maka saya bersyukur, Alhamdulillah, dengan terpilih sebagai salah satu Kompasianer yang dapat meliput event Kompasiana Unboxing Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge di Central Park Mall, Jakarta Barat. Senin, 25 April 2016, sebanyak 20 orang Kompasianer meliput langsung di lokasi Samsung Store dan dua orang Kompasianer lainnya, Mas Nuz dan Mbak Riana Dewie melalui Google Hangout. Selain penasaran dengan bentuk asli produk terbaru dan tercanggih dari edisi Samsung Galaxy seri S tersebut, saya juga membawa “Pekerjaan Rumah alias PR” dari teman yang ingin membeli smartphone baru dengan kamera berkualitas prima untuk mendukung bisnis kuenya. Ini yang namanya sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Setelah Samsung S7 dan S7 Edge Unboxing, semoga bisa (sedikit) membantu para pelaku bisnis kuliner, tak terkecuali kawan saya yang menjual kue-kue cantik, dengan knowledge sharing berikut ini.