Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kuldon, Momen Perdana Nangkring bersama Kompasiana

20 Mei 2014   20:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ada pepatah “first love never dies”, maka pengalaman pertama saya Nangkring bersama Kompasiana bisa disebut “first moment never ends”.Setelah ini, saya tertarik untuk terus mengikuti acara Nangkring selanjutnya.Selain menambah wawasan tentang sariawan dan obat herbal dari Deltomed, saya juga mendapat kenalan sesama Kompasioner.Memang tidak banyak karena saya masih malu-malu alias masih membaca situasi dan keadaan sebagai new kid on the block (#membeladiri hehehe….).Ya sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.Ok, mari kita langsung sambung dengan hasil reportase Nangkring saya edisi pertama ini.

Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi saat saya tiba di The Cone Lantai 7 FX Lifestyle Center Sudirman, Senayan.Meskipun admin Kompasiana sudah meminta para Kompasioner datang 30 menit sebelum acara dimulai pada pukul 10 pagi, ternyata baru sedikit Kompasioner yang hadir. Saat saya tengok ke dalam The Cone, panitia juga masih belum selesai menyiapkan ruangan. Harap maklum, acara berlangsung Sabtu pagi.Saat weekend biasanya orang memilih bangun lebih siang setelah lima hari kerja dalam seminggu harus rutin bangun pagi.

Saya menjadi Kompasianer kedua pengisi daftar tamu.Ibu Nelfi Syafrina,yang datang bersama keluarganya, mengisi nomor satu pada meja registrasi.Sayang, saya belum sempat berkenalan dengan beliau.Di Nangkring berikutnya, Insya Allah ya Bu.

Yang pasti, peserta Nangkring Kuldon SariawanDeltomed tidak usah khawatir dalam jangka waktu lama tentang persediaan obat herbal di rumah.Panitia menyediakan goody bag yang berisi setumpuk produk Deltomed. Selain produk Kuldon Sariawan dan obat batuk (OB) Herbal, beragam produk Antangin juga diberikan kepada Kompasioner yang hadir.Menurut survei tentang kepuasan pelanggan, Antangin menjadi juara dalam Kategori Obat Masuk Angin oleh Indonesian Consumer Satisfaction Award (ICSA) dari majalah SWA pada bulan November 2013 lalu.

14005660091889995466
14005660091889995466

Sambil menikmati coffee break sebelum acara dimulai, saya berkeliling dalam The Cone dan mendapati seorang panitia yang sedang menyiapkan sejumlah tanaman herbal dalam wadah bambu di atas setiap meja.Saat ditanya tentang nama-nama tanaman herbal tersebut, mbak berkaos merah itu menolak untuk menjawab pertanyaan saya.Alasannya, “Wah, nanti ketahuan semua dong jawabannya, Mbak…”Lho, kenapa mbak yang manis itu sok misterius ya? Ternyata, bermacam jenis tanaman herbal itu nantinya akan dipakai sebagai alat permainan (game), “Pick Your Herbal!” di akhir acara. Oaalah, pantas saja! Baiklah Mbak, hahaha…

14005660581231038901
14005660581231038901

Acara Nangkring Kuldon Sariawan dimulai 20 puluh menit lebih lambat dari jadwal dan dipandu oleh pembawa acara yang sangat enerjik dengan suaranya yang membahana, Mbak Veve Adeilene dari Gen FM.Bisa jadi, panitia masih menunggu kehadiran Bapak Mulyo Rahardjo selaku Managing Director Deltomed.Sayang, hingga akhir acara, beliau tidak juga datang sehingga hanya ada Bapak Nyoto Wardoyo sebagai Presiden Direktur yang mewakili Deltomed. Let the show begin!

1400566092315754312
1400566092315754312

Dalam sambutannya, Pak Nyoto membagi sekilas pengalaman beliau saat menghadiri acara Rapat Kerja Daerah Gabungan Pengusaha (Rakerda GP) Jamu di Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Selasa 6 Mei lalu. Rakerda GP dengan “Kedaulatan Ekonomi dalam Penguatan Industri Jamu” sebagai temanya dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, sebagai keynote speaker.Mengutip informasi dari Pak Bayu, beliau memaparkan bahwa industri jamu di Indonesia, termasuk agroindustri herbal, merupakan wujud nyata ekonomi kerakyatan yang terbukti tahan uji saat melewati krisis ekonomi global belakangan ini sehingga harus terus didukung pengembangannya agar semakin maju.Selain dapat menyehatkan rakyat Indonesia, tanaman herbal juga mampu mengurangi ketergantungan industri farmasi di Indonesia yang 95 persen bahan bakunya masih diimpor.

Pak Nyoto juga menjelaskan tentang riset yang konsisten dilakukan Deltomed dengan menggandeng para peneliti dan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai pemasok bahan baku dan Universitas Gajah Mada di Yogyakarta (UGM) yang peduli terhadap kemajuan petani herbal dalam industri jamu termasuk sebagai mitra kerjasama Deltomed.

Ibu dokter gigi yang langsing dan menarik, Dewi Priandini dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, sebagai pembicara kedua menjelaskan secara sistematis tentang seluk-beluk sariawan.Meskipun banyak menggunakan istilah kedokteran, penjelasan beliau tetap mudah dipahami oleh orang awam sekalipun.

Sariawan dalam dunia medis dikenal sebagai stomatitis aphtosa (SA) atau “peradangan pada mulut yang menyebabkan rasa sakit pada saat mulut digunakan untuk makan, menelan, dan berbicara”.Sedangkan sariawan yang kerap muncul atau tak kunjung sembuh disebut dengan stomatitis aphtosa rekurren (SAR).

Ditinjau dari etiologi (penyebab) SAR, ada dua faktor yaitu faktor predisposisi lokal dan sistemik.Faktor predisposisi lokal terdiri atas alergi, trauma (benturan), makanan dan minuman (khususnya coklat, keju, dan kopi #kenapa yang enak semuanya yaa hihihi…), genetis-herediter, mikroorganisme, serta virus.Sedangkan faktor predisposisi sistemik meliputi penyakit yang berhubungan dengan daya tahan atau imunitas tubuh (Behcet’s dan Chron’s disease), penyakit endokrin (Diabetes mellitus/DM), HIV-AIDS (melemahnya imunitas tubuh/immunosupresi), defisiensi zat gizi dan haematologik (Zat besi/Fe, asam folat, dan vitamin B-kompleks), stress (umumnya pada sosial ekonomi menengah ke atas), dan pengaruh hormonal (terutama level hormon estrogen pada wanita).

1400566142420057206
1400566142420057206

Fakta menarik dari faktor predisposisi lokal adalah besarnya peran genetis dalam terjadinya SAR, yaitu hingga 90 persen jika kedua orang tua sama-sama pengidap SAR.Informasi penting berikutnya dari Dokter Dewi adalah mengenai penggunaan pasta gigi yang menghasilkan banyak busa karena mengandung deterjen.Siapa sangka, deterjen (sodium lauryl sulfat) tersebut termasuk faktor pemicu sariawan karena membuatmulut kering.Memang cukup pakaian saja yang berbusa-busa saat dicuci hehehe….

Info kesehatan yang aplikatif lainnya, terutama untuk para ibu, untuk mewaspadai trauma mekanis yang bisa menimpa mulut anak saat jatuh, misalnya ketika bermain sepeda.Cara menyikat gigi yang kasar sehingga mengenai mulut juga dapat menyebabkan sariawan.

Ternyata, wanita lebih beresiko mengalami SAR daripada pria.Wah, beruntung sekali kaum Adam!Hal itu bisa terjadi karena adanya pengaruh kerja hormon estrogen yang mengatur jumlah cairan di mulut saat menjelang datang bulan (pra-menstruasi), sebelum menopause, dan penggunaan alat kontrasepsi.Jika aliran air liur di mulut berkurang, mulut menjadi kering, dan rentan memicu timbulnya sariawan.Menurut ukurannya, SA ada yang berukuran kecil (minor) dan besar (mayor).

14005662051539525464
14005662051539525464

Untuk pengobatan atau tata laksana sariawan, ada dua tahap yang dapat dilakukan.Pertama, melalui eliminasi (pengendalian) faktor predisposisi (baik lokal maupun sistemik).Kedua, dengan pemberian obat yang bersifat simptomatik (mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan tetapi tidak mencegah rekurensi) dan perawatan suportif (diet, obat kumur salin hangat, dan cukup istirahat).

Kesimpulannya, seseorang tidak perlu panik saat terserang sariawan karena sariawan termasuk self limiting disease (dapat sembuh sendiri).Terlebih lagi, sekarang juga sudah ada Kuldon (dengan logo lidah mirip band The Rolling Stone menurut Mbak Veve sang MC) yang dapat mengobati sariawan.

Dr. Abrijanto SB atau dokter Abri melanjutkan presentasi kesehatan yang berikutnya.Beliau membahas tentang mekanisme panas dalam dan khasiat herbal dalam Kuldon.Ternyata selain berprofesi sebagai Business Development Manager PT Deltomed Laboratories, beliau juga memiliki praktek di daerah Serpong dengan menggunakan obat-obatan herbal.Dokter Abri juga menyampaikan tidak sembarang dokter boleh mengklaim diri mereka sebagai dokter herbal saat berpraktek sebelum mengikuti pelatihan saintifikasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.Sebab jika obat-obatan herbal yang digunakan belum terdaftar resmi pada Kemenkes RI dan terjadi keluhan kesehatan dari pasien, maka izin praktek dokter yang bersangkutan bisa dicabut.Info dari dokter Abri tersebut benar-benar melegakan bagi pengguna hebal.

Menurut dokter Abri lagi, istilah panas dalam tidak dikenal dalam medis.Namun berdasarkan pengalaman beliau sebagai dokter praktek herbal, dalam seminggu beliau menemui dua hingga tiga orang pasien yang mengeluhkan tentang panas dalam yang diderita.Sebenarnya panas dalam merupakan “suatu keluhan subyektif yang merupakan sindrom atau kumpulan gejalaberupa sariawan, sakit tenggorokan, perut terasa kurang nyaman, dan susah buang air besar (BAB).”

14005662951416718808
14005662951416718808

Penyebab panas dalam bermacam-macam dan bisa dirangkum menjadi tiga kekurangan yaitu kurang minum air putih, kurang konsumsi sayur dan buah, kurang berolahraga.Dokter Abri juga mengingatkan kepada Kompasioner untuk tidak menggunakan telapak tangan sebagai thermometer atau pengukur suhu tubuh karena tidak akurat dan valid. Wah, pak dokter Abri tahu benar ya, praktek yang keliru dari kebanyakan masyarakat awam saat mengukur suhu tubuh hehehe….

Beliau menambahkan, jenis makanan tertentu seperti gorengan, makanan pedas, daging hewan (terutama kambing dan rusa) menimbulkan rasa panas di lambung.Saat lambung menjadi panas, penyerapan gizi di lambung menjadi terhambat sehingga panas menyebar ke seluruh tubuh, termasuk mulut.Ketika mulut menjadi panas, maka pH atau derajat keasaman di mulut mencapai nilai 2 atau lebih asam dari cuka.Pada akhirnya, semua hal tersebut menyebabkan sariawan dan BAB.

Nah, di sinilah tanaman herbal berfungsi mengobati panas dalam.Herbal yang terkandung dalam Kuldon Sariawan meliputi Daun Saga, Bunga Seruni atau Krisan, Bunga dan Daun Thymi, Akar Manis (Licorice), dan Akar Alang.

Pemilihan bagian daun dari saga karena daun saga bersifat anti radang.Bagian lainnya dari saga kurang tepat menjadi obat herbal karena biji saga mengandung racun yang digunakan sebagai pestisida.Selain itu, akar saga dapat menjadi obat keracunan karena berfungsi sebagai perangsang muntah (emetikum).

Untuk menyejukkan lambung, Bunga Seruni yang mengandung besi dalam bentuk Feri berperan penting.Bunga Seruni memiliki efek farmakologis antara lain sebagai anti kuman dan mengobati gangguan saluran pencernaan.

Selain Bunga Seruni, Bunga dan Daun Thymi juga bersifat anti bakteri yang lebih lebih aman dan efektif 25x dari fenol (larutan alkohol 75%).Tanaman Thymi cocok tumbuh di dataran tinggi yang sejuk dan dingin seperti di Lembang dan Tawangmangu.

Sesuai namanya, Akar Manis (Licorice) mengandung bahan aktif yaitu glisirizin yang 50x lebih manis dari gula namun mengandung lebih sedikit kalori.Menurut dokter Abri, Akar Manis bisa dikembangkan menjadi alternatif gula yang menyehatkan selain stevia atau gula jagung.Akar Manis berfungsi sebagai anti inflamasi (anti radang) yang kuat.Namun, pengolahan Akar Manis harus dalam keadaan kering serta bersih sebab Akar Manis yang basah dan kotor rentan mengandung jamur.

Selain Akar Manis, akar lain yang digunakan dalam Kuldon Sariawan adalah Akar Alang.Dokter Abri memiliki cerita yang unik tentang Akar Alang.Satu waktu, rekan beliau yang bermukim di Nusa Tenggara Timur (NTT) menelepon beliau sebab anaknya sakit panas sementara fasilitas kesehatan jauh dari rumahnya.

Dokter Abri lalu menyarankan rekannya tersebut untuk menggunakan Akar Alang yang banyak terdapat di NTT sebagai obat.Caranya dengan mencuci bersih rimpang dan daunnya lalu direbus kemudian air rebusannya diminum.Dua hari kemudian, orang itu menelepon kembali dan mengabarkan bahwa anaknya sudah sembuh dengan ‘resep’ Akar Alang dari dokter Abri.Terima kasih untuk para dokter, Bu Dewi dan Pak Abri atas beragam info kesehatan yang sangat bermanfaat.

14005663411490329888
14005663411490329888

Pak Nyoto kembali tampil di sesi terakhir presentasi dengan tema “Teknologi Terkini yang Mendukung Kehandalan Produk”.Beliau menjelaskan secara singkat dan padat mengenai jaminan mutu (Quality Assurance) yang handal dan teknologi mutakhir yang digunakan Deltomed dalam mengolah produknya dari bahan baku hingga siap saji.Untuk menjamin mutu, maka aspek Simplisia (pemilihan dan pencucian) bahan baku yang dilakukan Deltomed sudah sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia.

Proses pengolahan (Flow Diagram Process)pada Deltomed juga sudah tidak menggunakan tangan dan berlangsung dalam sistem tertutup (Closed system) sehingga terjamin mutu higienisnya.Pengolahan dimulai dari Storage, Ekstraksi, Evaporasi, Mixing, Vacuum, Tableting, dan berakhir pada Package.Pada proses evaporasi (penguapan), sistem vakum dengan tekanan sistem 13 mbar selama 45 hingga 75 menit menjadi sistem kuncinya untuk menghilangkan uap air sehingga terbentuk “Kristal ekstrak” yang kering dan tahan lama saat dikemas.

14005663751006921792
14005663751006921792

Setelah Pak Nyoto selesai memberikan ‘kuliah teknik fisika’ (#jadi mengingat kembali ingat satuan ‘mbar’ saat sekolah dan kuliah dulu hehehe..) tentang proses pengolahan produk di Deltomed, sesi tanya jawab lalu dibuka.Tiga orang Kompasioner yang beruntung dengan memperoleh kesempatan untuk bertanya adalah Ibu Ngesti Setyo Moerni, Mas Joshua Limyadi, dan Bapak Adian Saputra.

Bu Ngesti bertanya kepada dokter Abri dan Dewi mengenai prosedur simplisia pada TOGA atau Tanaman Obat Keluarga.Dokter Abri menyarankan kepada para pengguna TOGA untuk segera mengeringkan, mengolah, dan menggunakan tanaman herbal yang telah telah dicabut dari tanah dan dicuci bersih.Jika didiamkan dulu, sekalipun disimpan dalam kulkas, jamur dan bakteri masih dapat tumbuh.Jamur berbahaya yang bisa muncul antara lain Aspergillus candida yang mengandung aflatoksin yang dapat merusak hati.Selain itu, tanaman herbal yang tinggi kadar airnya atau tidak higienis dapat mengandung bakteri E. coli penyebab diare.

Bu dokter Dewi menuturkan hasil kunjungannya ke Korea Selatan yang menjumpai adanya rumah sakit herbal yang terintegrasi di sana.Beliau berharap, suatu saat nanti di Indonesia juga dapat ada rumah sakit herbal yang serupa.Semoga harapan beliau tersebut segera akan terwujud karena ternyata di Indonesia sudah ada bibit pengembangan menuju rumah sakit herbal yang saya ketahui informasinya setelah melakukan pencarian melalui Google.

Meskipun baru berwujud klinik, Kementerian Kesehatan telah mendirikan Klinik Hortus Medicus di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan hingga saat ini menjadi satu-satunya klinik pengobatan herbal milik pemerintah.Sementara itu, di Purwakarta Jawa Barat, masyarakat dapat mengunjungi Rumah Sakit Wisata Holistik yang menggunakan nutrisi makanan organik sebagai obat utamanya dan juga lebih banyak menerapkan pengobatan herbal daripada obat-obatan kimia.Hingga tahun 2012, sudah ada 100 Rumah Sakit (RS) di Indonesia yang menyediakan obat tradisional (herbal) dan 40 di antaranya adalah RS pemerintah.

Pertanyaan selanjutnya dari Mas Joshua sebagai mahasiswa sastra adalah mengenai arti kata ‘Kuldon’.Meskipun Pak Nyoto mengakui bahwa tentunya Pak Mulyo yang lebih memahami asal-usul pemberian nama Kuldon, namun beliau tetap dapat menjawab pertanyaan menarik tersebut dengan jelas dan memuaskan.

Menurut Pak Nyoto, kata ‘Kul’ diadaptasi dari kata ‘cool’ dalam bahasa Inggris yang artinya ‘dingin’.Sementara itu, kata ‘don’, juga masih dari bahasa Inggris, ‘down’ yang berarti ‘turun’.Jika memakai kata ‘cooling down’ yang bermakna ‘proses pendinginan’, maka katanya terlalu panjang sehingga sulit diingat oleh masyarakat umum.Karena itu, kata ‘Kuldon’ dipilih karena lebih singkat dan mudah diingat maupun diucapkan.Ternyata, pemilihan nama merk itu tidak sekedar bagus, namun juga harus mudah melekat pada benak banyak orang.Strategi pemasaran yang jitu!

Acara terakhir yang sudah ditunggu-tunggu oleh semua Kompasioner adalah game menarik dalam setiap kelompok.Saya tergabung dalam kelompok VIII yang terdiri atas Pak Tubagus Encep, Bu Ngesti, Mbak Maria Margaretha, danMbak Fitri Haryanti HAS.Sayangnya, kelompok kami tidak berhasil meraih satu pun dari tiga kategori game yang diperlombakan.Belum rezeki sepertinya hehehe….

Untuk game Golden Ticket Hunt” yang memperebutkan satu Golden Ticket Free Trip to Deltomed Factory in Solo dengan cara live Tweet sebanyak-banyaknya selama acara berlangsung dimenangkan oleh Pak Dzulfikar Alala.Sambil menggendong putranya, beliau tersenyum sumringah menerima tiket pertama dari sepuluh tiket yang sediakan Deltomed untuk Kompasioner.Selamat untuk Pak Dzulfikar.

Game selanjutnya adalah “Puzzle Time”.Setiap kelompok mendapat sepuluh potongan puzzle yang berbeda gambarnya untuk disusun menjadi satu gambar yang utuh.Kelompok Lengser yang terdiri atas sepuluh orang anggota dengan hanya satu orang wanita sebagai anggotanya berhasil memenangkan lomba puzzle.Apa memang laki-laki memang lebih unggul dalam kemampuan ruang (spasial) ya?

Untuk game terakhir yaitu “Pick Your Herbal” dimenangkan oleh kelompok yang duduk di sebelah kelompok kami.Caranya setiap kelompok wajib memberi nama dan khasiat yang tepat kepada tanaman herbal yang termasuk ke dalam bahan Kuldon Sariawan.Semua kelompok, termasuk kelompok kami, sudah melakukan hal yang diinstruksikan tersebut.Namun, kelompok juaranya memiliki satu kunci kemenangan yang tidak dimiliki kelompok lainnnya.Apakah itu?

Ternyata mereka mencantumkan hingga angka milligram dari setiap tanaman herbal yang menjadi bahan baku Kuldon.Teliti dan detil sekali! Memang terlihat remeh, nyatanya hal tersebut membuat mereka menjadi juara.Setelah mengetahui alasan panitia memilih mereka sebagai juaranya, saya lalu teringat seorang dokter senior yang pernah bertutur kepada saya, yang membedakan antara obat dan racun adalah dosisnya.

Selesai game, acara ditutup dengan makan siang bersama.Saat akan meninggalkan gedung FX bersama Mbak Fitri Haryanti, di depan pintu masuk utama kami bertemu Pak Thamrin Sonata dan Mbak Maria Margaretha.Kami sempat bersama hingga Stasiun Sudirman.Saya dan Mbak Fitri lalu melanjutkan perjalanan dengan commuter line sedangkan Mbak Maria dan Pak Thamrin menuju Gramedia di GI.Kesimpulan dari momen perdana saya Nangkring bersama Kompasiana: Tambah teman, tambah wawasan, dan pastinya menyenangkan! Sampai jumpa lagi, Kompasioner (#juga dalam wisata Deltomed di Solo, Amin!).

1400566426936494450
1400566426936494450

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun