Soto merupakan hidangan berkuah yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Â Menurut sejarah, pada awalnya soto berasal dari Tiongkok dan lebih dikenal dengan sebutan caudo atau jau to. Dalam dialek Hokkian, cau do memiliki arti rerumputan jeroan atau jeroan berempah. Seiring perkembangan zaman, isian soto kini semakin bervariasi guna menyesuaikan selera masyarakat. Di Indonesia sendiri, ada sekitar 75 jenis soto yang tersebar di tiap-tiap daerah. Beberapa jenis soto tersebut antara lain Soto Lamongan, Coto Makasar, Sroto Sokaraja, Soto Mie Bogor, dan lain-lain.Â
Masing-masing soto tersebut memiliki ciri khas tersendiri, misalnya Soto Mie Bogor yang berisi campuran mie kuning dan bihun, ditambah potongan daging sapi dan risoles. Isian dalam soto ini biasanya menyesuaikan dengan daerah asal soto tersebut.
Sroto Sokaraja merupakan olahan soto khas dari salah satu kecamatan di Kabupaten Banyumas, yaitu Sokaraja. Pertama kali muncul pada masa kolonial Belanda dan disajikan kepada para pekerja perkebunan serta perani di daerah Sokaraja. Ciri khas yang membedakan Sroto Sokaraja dengan soto lainnya adalah penggunaan ketupat, bumbu kacang, dan krupuk cantir. Krupuk cantir merupakan krupuk berwarna-warni yang dijadikan topping di atas sroto.Â
Kuahnya juga cenderung manis karena dicampur dengan kecap. Sedangkan isian daging dalam Sroto Sokaraja dapat berupa daging ayam, daging sapi, ati ampela, maupun jeroan sapi. Sajian ini pada awalnya hanya terkenal di Sokaraja, tetapi seiring berjalannya waktu, makanan ini semakin populer dan dikenal oleh masyarakat luas.
Komponen lain yang umumnya ada dalam Sroto Sokaraja antara lain bihun, tauge  kol, daun seledri, dan bawang goreng. Sedangkan kuahnya terdiri dari kaldu sapi, jahe, serai, lengkuas, serta bumbu halus yang terbuat dari bawang merah, bawang putih, kunyit, kemiri, garam, dan merica. Lalu, bumbu kacangnya terbuat dari kacang tanah dan gula jawa yang dihaluskan bersama.Â
Dalam penyajiannya ada yang menyediakan bumbu kacang secara terpisah dan ada juga yang langsung mencampurkan bumbu kacang ke dalam campuran kuah tiap sajian. Cita rasa Sroto Sokaraja cenderung gurih dan manis karena adanya campuran bumbu kacang. Teksturnya pun menjadi bervariasi antara lembutnya ketupat dan daging yang direbus hingga empuk dan renyah yang berasal dari kerupuk serta butiran kacang yang belum halus sepenuhnya.
Salah satu tempat makan yang menyajikan Sroto Sokaraja ialah Raja Soto Lama H. Suradi. Tempat ini terletak di Jl. Mayjend Sutoyo, Sokaraja. Akan tetapi, ada banyak toko oleh-oleh dan Sroto Sokaraja yang juga bisa dikunjungi di sepanjang jalan ini. Sroto Sokaraja yang dijual memiliki pilihan isi daging sapi maupun daging ayam.Â
Harga per porsinya Rp25.000, dan terdapat juga menu tambahan seperti kerupuk, klanting, atau kerupuk mie di atas meja. Suasana tempatnya cukup sepi saat saya berkunjung. Akan tetapi, tersedia banyak meja panjang yang bisa memuat kurang lebih 8 kursi. Di tempat ini, bumbu kacangnya disajikan terpisah dengan soto. Jadi, setiap menyajikan per porsinya akan dibarengi dengan mangkok terpisah berisi bumbu kacang dan sambal.
kuliner bagi wisatawan untuk mengunjungi Purwokerto dan daerah-daerah sekitarnya.
Tak hanya di tempat itu, Sroto Sokaraja juga dapat ditemui di banyak restoran di sekitar Sokaraja, Purwokerto, Banyumas, bahkan di beberapa kota besar di Indonesia. Harganya mulai dari 15 ribu hingga 30 ribu rupiah tergantung variasi topping yang dipilih. Kelezatan dan keunikan cita rasa Sroto Sokaraja membuatnya menjadi salah satu soto yang terkenal di Indonesia. Untuk itu, makanan ini harus terus dilestarikan agar dapat menjadi ciri khas serta daya tarikBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H