Singsing matahari yang semakin meninggi, menyinari siang yang begitu cerah. Langit begitu terang dan matahari tersenyum lebar, menyinari hamparan bumi seakan gembira menyambut kedatangan gerombolan ibu rumah tangga yang membawa kresek hitam berisi sampah di kedua tangannya. Bank sampah lah yang menjadi tujuan mereka. Bank ini tidak terlihat seperti bank biasa pada umumnya. Tidak ada pendingin ruangan, perangkat komputer maupun petugas berseragam. Beberapa warga sudah berkumpul di bank sampah tersebut. Mereka yang berkumpul adalah nasabah bank sampah yang siap untuk menyetorkan sampah.
Adalah seorang ibu rumah tangga bernama Ana Fitri dan Enah yang memiliki peran masing-masing di bank sampah. Bu Fitri yang mengurusi pembukuan dan pendataan sampah sedangkan Bu Enah yang bertugas di bagian penimbangan sampah. Mereka adalah bagian dari segelintir warga yang ikut berpartisipasi mengelola bank sampah. Anggrek Harum Asri namanya. Bank ini dibuka pada hari kamis, setiap dua minggu sekali, dari pukul 8 pagi – 2 siang.
Menyimpan sampah mungkin terdengar paradoks, sebab sampah adalah sesuatu yang harusnya dibuang bukan disimpan. Tetapi inilah yang dilakukan warga Cilebut Timur, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Para warga sendiri yang berinisiatif membuat bank sampah pada tanggal 25 Oktober 2015, sebagai wadah bagi masyarakat daerah sekitar untuk menabung sampah dan mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah dari sampah tersebut.
Sampah yang disetor biasanya berupa sampah kering seperti sampah bungkus mie instan, kopi, minyak goreng dan sebagainya, yang bisa diolah kembali oleh warga. Tak ada batasan berat sampah yang ditabung nasabah. Berapapun jumlah sampah yang disetorkan akan diterima karena setiap jenis sampah yang disetorkan memiliki harga tersendiri yang sudah ditetapkan oleh bank sampah. Sampah yang sudah disetor nantinya akan dikalkulasikan selama 10 bulan, setelah itu warga bisa mendapatkan uang pembayaran dari hasil menabung di bank sampah.
Sampah kering yang terkumpul bisa sdijadikan kerjainan tangan yang memiliki nilai jual. Beragam jenis barang bisa dihasilkan seperi tempat pensil, tas, bros, tempat tisu. Harganya berkisar dari Rp. 5.000 – Rp. 100.000 tergantung besar kecil produk yang dihasilkan juga tingkat kesulitan dalam membuatnya. Omset yang dihasilkan pun tidak menentu per bulannya namun mampu membantu perekonomian bagi swarga sekitar.
Menurut Fitri, ada banyak manfaat yang sudah dirasakan warga Cilebut Timur setelah dua tahun berdirinya Bank Sampah Anggrek Harum Asri. “Dengan adanya bank sampah, warga jadi lebih peduli sampah. Selain itu juga dari sampah yang tadinya dibuang bisa menghasilkan keuntungan dan membantu perekonomian warga. Dua tujuan sekaligus bisa tercapai dari adanya bank sampah.” Ujar wanita berusia 36 tahun itu.
Bank Sampah Anggrek Harum Asri milik warga Cilebut Timur ini adalah salah satu alternatif yang tepat untuk mengajak warga peduli dengan sampah, yang konsepnya mungkin dapat dikembangkan juga di wilayah lain. Hasilnya, lingkungan bersih, warga pun mendapatkan penghasilan tambahan yang cukup berarti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H