Mohon tunggu...
Nisa Najma Dliya
Nisa Najma Dliya Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Nisa Najma Dliya - XI MIPA 3 - SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minggu Lalu, Kakakku Berulang Tahun

30 November 2020   21:02 Diperbarui: 4 Januari 2021   10:58 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
people.howstuffworks.com

Kakakku, Bima, berulang tahun yang ke-20 sabtu lalu. Baik ibuku, ayahku, maupun aku sendiri telah mempersiapkan pesta kejutan untuk kakakku. Seminggu sebelumnya, ibuku memesan kue kesukaan kakakku di toko kue langganan keluarga kami. Ayah dan ibuku ternyata juga sudah merencanakan dari jauh-jauh hari untuk memberikan motor yang diidam-idamkan kakakku sejak dulu. Sementara itu, beberapa jam sebelum ulang tahun kakakku, aku mendekorasi halaman belakang rumah kami dengan balon-balon dan juga lampu-lampu kecil. Setelah semua persiapan selesai, aku dan kedua orang tua ku berbincang di halaman belakang sembari menunggu kedatangan kakakku.

Tak lama kemudian, kakakku tiba di rumah. Tadi pagi dia harus berangkat kuliah karena ada kelas yang harus dihadiri. Awalnya dia sempat kebingungan karena rumah terlihat lebih sepi dari biasanya. Setelah berkeliling mencari keberadaan kami, dia akhirnya mendatangi halaman belakang. Aku, ibuku, dan ayahku berteriak "Selamat ulang tahun!" bersamaan. Dengan senyuman, kakakku berjalan mendekat. "Ya ampun, kenapa kalian semua repot-repot begini?" kata kakakku. Aku berseru, "Apa sih yang tidak buat kakakku satu-satunya ini." Kedua orang tua ku dan kakakku tergelak mendengar ucapanku. "Ayo tiup lilinnya dulu, Bima," ujar ibuku. Kakakku pun langsung meniup lilinnya. Ibu lalu memotong kue yang sudah dipesan dan memakannya bersama-sama.

Tiba-tiba saja, ayahku mendapat telepon dari seseorang. Setelah pindah ke dalam rumah, dia menerima telepon itu. Setelah beberapa saat, ia kembali ke halaman belakang dan menyuruh semua orang untuk ke depan rumah. Walau agak kebingungan, kami semua menurutinya. Di depan rumah ada seorang laki-laki dan sebuah motor. “Nak, ini hadiah dari kami,” ujar ayah selagi menunjuk motor yang dibawa laki-laki tersebut. “Ini benar-benar untukku, Yah?” tanya kakakku. Ayahku terkekeh geli melihat kakakku. Mukanya terlihat antusias dan matanya berkilauan memandangi motor itu. “Iya, Bima. Atau ayah kembalikan ke dealer saja kalau kamu ngga mau?”. Eh, bukan gitu maksudku, Yah,” balas kakakku segera. “Kamu coba kendarai dong, Bim,” ucap Ibuku. Setelahnya, kakakku langsung menaiki motor barunya. “Aku boleh ikut ya, Kak,” pinta ku. “Cepat naik dong, Tik.” Aku pun segera duduk di jok belakang motor itu. Kakakku kemudian mengendarai motornya mengelilingi komplek. Aku dan keluargaku senang pesta kejutan untuk ulang tahun kakakku berjalan lancar.

Sebelum aku tidur malam itu, aku berpikir. Bagaimana ulang tahunku nanti ya, ah pastinya menyenangkan. Lama berpikir, aku pun memutuskan untuk tidur karena kantuk yang mulai berdatangan. Seminggu berlalu dengan cepat, aku sungguh tidak sabar menunggu hari ulang tahunku lusa nanti. Aku bahkan sampai membayangkan seperti apa ulang tahunku nanti. Aku tidak punya harapan khusus untuk hadiahku nanti, tapi aku berharap pesta ulang tahunku akan sehangat pesta kakakku.

Sayangnya, semalam sebelum ulang tahunku ayah harus pergi karena ada urusan pekerjaan mendadak. “Maaf, Tika. Ayah tidak ada di rumah saat ulang tahunmu nanti. Urusan pekerjaan kali ini cukup mendesak dan harus ayah sendiri yang tangani,” begitu ujar ayahku. Aku tidak marah, aku mengerti bahwa ayah punya pekerjaan yang harus ditangani. “Tidak apa-apa, Yah,” balasku. Aku tidak ingin merajuk dan membuat ayahku semakin merasa bersalah. Masih ada ibu dan Kak Bima di rumah, setidaknya itu yang kupikirkan. Aku lupa kalau ibu adalah sekretaris ayah. Saat ayah ada pekerjaan di luar kota, ibu hampir tidak pernah absen ikut dengannya. “Tika, kamu tidak apa-apa Ibu tinggal berdua dengan Kak Bima?” tanyanya. “Ah, Ibu. Tika kan udah biasa berdua sama aku, Bu,” sahut kakakku. Aku mengangguk setuju menyetujui ucapan Kak Bima.

Keesokan paginya, kedua orang tua ku berpamitan dengan aku dan kakakku. “Hati-hati dijalan, Yah, Bu. Jangan lupa bawa oleh-oleh ya,” ucapku. “Selamat ulang tahun, Tika. Maaf kami harus pergi bekerja sekarang. Ayah dan ibu akan coba pulang sesegera mungkin,” janji ayahku. Setelahnya mereka berangkat dengan menggunakan mobil. Aku kira aku akan menghabiskan waktu seharian dengan kakakku. Namun, tiba-tiba saja kakakku mendapat pesan dari teman kuliahnya. “Ya Tuhan, bagaimana ini?” tanyanya kebingungan. “Ada apa, Kak?” ujarku. “Hari ini dosen kakak mengadakan kelas dadakan, Tik. Dari siang sampai malam. Kamu nanti gimana?”. “Berangkat saja, Kak. Aku berani kok sendiri di rumah,” balasku. Segera setelahnya, kakakku berangkat ke kampusnya dan aku sendirian di rumah.

Seharian itu aku hanya berdiam diri di rumah. Banyak temanku yang mengucapkan selamat ulang tahunku lewat media sosial. Aku juga sempat menerima telepon dari kedua orang tua ku walaupun hanya sebentar karena keduanya sibuk bekerja. Pukul 9 malam, kakakku tiba di rumah. Aku rasa dia cukup lelah setelah seharian belajar. Ia hanya menyapaku sebentar, membersihkan diri, lalu tidur. Hari ini tidak berjalan seperti yang aku bayangkan. Aku pun tidur lebih cepat dari biasanya. Aku mengerti dengan kesibukan keluargaku. Tapi entah kenapa, aku tetap saja kecewa mereka tidak ada di hari ulang tahunku. Mungkin tidak seharusnya aku menaruh banyak harapan pada ulang tahunku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun