Lingkungan yang bersih akan membuat hidup menjadi nyaman, namun jaman yang semakin maju membuat manusia terlena dengan kemudahan yang di dapatkan dan melupakan lingkungan sekitarnya. Seperti contoh membuang sampah sembarangan dan menggunakan plastik sekali pakai. Populasi manusia yang terus mengalami pertambahan, membuat jumlah sampah ikut meningkat, dengan begitu sampah anorganik seperti plastik yang sangat sulit terurai akan mengganggu ekosistem tumhuhan dan hewan. Di tambah lagi dengan adanya sampah plastik impor yang dikirim ke Indonesia dan menjadikan Indonesia negara penyumbang sampah plastik terbesar urutan ketiga di dunia.Â
Indonesia membutuhkan generasi yang peduli dan cinta akan lingkungan, karena dengan adanya sampah plastik tersebut banyak nyawa dalam bahaya. Sampah yang di buang ke sungai akan mempengaruhi ikan-ikan di dalamnya yang memakan plastik-plastik terurai yang di sebut mikroplastik dan sampah yang di buang sembarangan akan mencemari tanah serta membuatnya kurang subur. Hal ini berdampak pada kehidupan generasi mendatang yang akan hidup dengan sampah-sampah generasi masa kini, untuk itu sosok inspiratif ini tergerak hatinya untuk mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan memggunakan pastik sekali pakai.Â
Aeshnina Azzahra Aqilani, yang kerap di sapa Nina gadis 14 tahun asal Gresik yang berani menyuarakan pendapatnya dengan mengirim surat kepada para pemimpin dunia, seperti duta besar Jerman, Amerika, Kanada, dan Australia. Hal ini ia lakukan agar negara-negara tersebut tidak lagi mengimpor sampah plastik ke Indonesia.Â
Rasa kepedulian dan kecintaannya terhadap lingkungan di dapatkan dari orang tuanya yang juga aktivis lingkungan dan menanamkan kepedulian akan lingkungan terutama sampah plastik kepada Nina sejak dini.Â
"Papa Mama saya adalah aktivis lingkungan dari mereka kuliah ya, jadi sangat berpengaruh bagi saya, karena emang dari kecil sudah diajarkan untuk peduli lingkungan, untuk menjaga lingkungan, untuk melindungi sungai, jadi sangat apa ya terdampak gitulah lingkungan keluarganya," ungkap Nina saat di wawancarai oleh reporter CNN.Â
"Kami tidak pernah memaksakan sih mas, jadi kita juga tahu setiap anak itu punya keunikan, punya bakat, punya minat, punya cita-cita sendiri gitu. Jadi kita sama sekali sebenernya tidak pernah memaksakan intervensi dia mau jadi apa itu terserah yang penting mereka hidupnya bisa bermanfaat bagi banyak orang, kalo mereka ingin meneruskan profesi kami sebagai aktivis lingkungan itu juga tentunya sangat membuat kita senang gitu ya dan bisa juga meneruskan perjuangan yang sedang kami rintis," ungkap Daru Setyorini, Ibu Nina saat di wawancarai oleh reporter CNN.Â
Pada 21 Oktober, Nina di undang untuk menjadi narasumber termuda di acara plastic health summit 2021 di Amsterdam. Dalam pidatonya, Nina berbicara tentang generasi selanjutnya yang akan hidup dengan masalah sampah plastik akibat penggunaan plastik oleh generasi masa kini. Selain itu, Nina juga berpidato tentang sampah plastik impor luar negeri yang mencemari sungai di desanya. Hal itu akan membuat sampah plastik yang terurai di air akan menjadi mikroplastik yang sama ukurannya dengan plankron dan di makan oleh ikan. Â
Selain hadir pada plastic health summit 2021 di Amsterdam, Nina juga di undang dalam konferensi iklim PBB (COP26) yang resmi di buka pada Minggu (31/10) di Glasgow, Skotlandia yang di hadiri oleh 200 negara. Tak hanya berkesempatan menyaksikan COP26, Nina juga akan mengikuti serangkaian kegiatan yang bertemakan lingkungan di beberapa negara lain selama satu bulan.Â
Atas kiprahnya dalam bidang lingkungan dan kesehatan, Nina mendapat penghargaan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim Award 2021, ia di nobatkan sebagai figur inspiratif di bidang kesehatan.Â
"Saya berterima kasih atas penghargaan ini serta atas dukungannya," ungkapnya. Nina mempunyai harapan agar para dokter-dokter turut membantunya untuk mewariskan lingkungan sehat dan bersih untuk generasi mendatang. Â
Di laman instagramnya, Nina juga membagikan kampanye-kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik @info.mistik.