Pendidikan, sebagaimana ilmu sains sosial lainnya (bahkan termasukperilaku hidup beragama yang begitu pentingnya), adalah ilmu yang tidak pernah PASTI. Aliran, belief, dan keyakinan pasti akan mempengaruhi perilaku, keputusan, dan tatacara yang akan diambil seseorang, yang dalam konteks pendidikan, guru. Debat pasti ada, dan bisa selalu jadi seru ketika dua paham atau lebih saling berbenturan. Seperti yang terjadi sore ini pada workshop kami tentang model pembelajaran.
Sampailah kami pada debat yang sayangnya tidak terfasilitasi dengan baik (tentu saja, memang forumnya bukan forum debat sih J) tentang bagaimana siswa dibedakan dari prestasi belajarnya.
Saya beranggapan tidak ada salahnya memberikan soal atau pertanyaan pada saat permainan cepat tepat kepada siswa dengan berdasarkan prestasi belajar mereka masing-masing. Maksudnya, dalam suatu proses menjawab pertanyaan, saya beranggapan sebisa mungkin guru memberikan scaffolding (semacam tangga penyangga yang berlapis-lapis dan bisa disusun sampai belasan meter tingginya, yang digunakan Vygotsky dalam teorinya) yang sepadan untuk kemampuan anak. Dan sejujurnya, ini adalah kemewahan dalam proses belajar: di mana guru harus menyusun soal latihan yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak. Maka saya beranggapan, apa salahnya kalau dalam permainan sejenis cepat tepat, misalnya, anak-anak yang mengalami kesulitan belajar mendapat soal yang relative lebih sederhana daripada teman-temannya yang (harus diakui) lebih cepat dalam memahami sesuatu; terlebih apabila memang salah satu ‘pesan’ yang ingin disampaikan kepada mereka adalah: “kamu bisa memberikan kontribusi, walaupun kamu bukan yang ranking satu.”
Maka saya menganggap pesan itu sangat penting untuk membangun kepercayaan diri seorang siswa, apalagi mereka yang (tidak jarang) terlanjur merasa tidak mampu memberikan kontribusi sebesar teman-temannya yang ‘sepuluh besar’ di kelas. Maka saya anggap guru tidak jahat, apalagi memberikan ekspektasi yang rendah, apabila siswa yang kesulitan belajar diberikan kesempatan untuk memberikan satu dua poin kepada kelompoknya. Dan soal ekspektasi ini, saya rasa bukan ekspektasi tinggi yang selalu penting untuk diberikan kepada siswa, tetapi ekspektasi yang realistis, yang achievable dan tidak muluk-muluk. Maka guru perlu berperan lebih dari sekedar berekspektasi tinggi, yang tidak teraih dan malah membuat anak frustasi… dan guru frustasi.
Saya jadi ingat jamannya main softball dulu. Saya bukan atlit berbadan besar, tangan dan jari saya pendek, sehingga grip memegang bola dan bat tidak terlalu terfasilitasi dengan baik. Cukup lama saya serius main softball, bertemu dengan berbagai pelatih dengan karakter yang berbeda. Ada pelatih yang maksa banget supaya saya bisa memukul bola sejauh-jauhnya dan melempar bola dengan jarak yang jauh tanpa bounce ke tanah. Pelatih itu tidak lain membuat saya sadar: betapa kurangnya diri saya.
Pelatih lain yang jadi favorit saya, secara sungguh-sungguh mengatakan: “nis, tangan kamu kecil, ngga usah maksain lempar begitu. Nanti malah sakit dan arah lemparannya ngaco. Mendingan bounce, ga jelek kok, malah bisa lebih akurat dan mudah ditangkap teman kamu.” Maka saya tidak pernah menjadi pemukul yang paling jauh, yang sering homerun. Saya bukan yang terbaik, tetapi saya tidak pernah merugikan, bahkan seringkali menyelamatkan tim ;)
Maka, kembali ke konteks pendidikan formal, saya setuju bahwa guru harus memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswa mereka dan percaya bahwa siswa mereka dapat berkembang. Saya juga setuju pada teori yang mengatakan bahwa ekspektasi adalah kunci penanaman motivasi terhadap siswa, dan guru itu sendiri. Tetapi saya pikir sebaiknya guru juga menggunakan prinsip ini secara proporsional,karena penting juga bagi setiap siswa untuk mampu memberikan kontribusi, keadaannya berarti secara positif bagi teman-temannya, bukan hanya sebagai pelengkap yang tidak penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H