Mohon tunggu...
Nisa Ayu
Nisa Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia

Suka bersepeda dan menyukai hal terkait desain grafis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

KKN Tematik UPI 2022: Yayasan Bagea sebagai Rumah Perlindungan Anak (RPA) bagi Anak-Anak Jalanan Tol Pasirkoja

20 Agustus 2022   21:36 Diperbarui: 21 Agustus 2022   05:41 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Komunitas Cerdas Dini dan Yayasan Bagea (dok. pribadi)

Salah satu permasalahan sosial yang sering ditemui di kota-kota besar di Indonesia adalah terkait anak jalanan. Anak jalanan, menurut Departemen Sosial Republik Indonesia tahun 2005, merupakan anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan sehari-hari di jalanan, baik itu untuk mencari nafkah atau untuk berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya (Ramadhani, Wulandari, & Rahardjo, 2019).

Pada tahun 2019, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial Republik Indonesia mencatat bahwa ada sekitar 8.320 anak jalanan di Indonesia. Pada tahun 2021, menurut dokumen statistik Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat terdapat 3.605 anak jalanan di Provinsi Jawa Barat. (Yuliani, Rinaldi, & Pramadia, 2022). Pada tahun 2018, menurut data Dinas Sosial terdapat 1.986 anak jalanan di Kota Bandung (Ramadhani, Wulandari, & Rahardjo, 2019).

Menurut Dinas Sosial, kota Bandung sudah memiliki rumah perlindungan anak (RPA) yang bergerak untuk mengatasi permasalahan anak jalanan. Salah satu rumah perlindungan anak tersebut adalah Yayasan Bangun Bahagia Sejahtera (Yayasan Bagea) yang terletak di dekat gerbang Tol Pasirkoja  (Ramadhani, Wulandari, & Rahardjo, 2019). Salah satu rumah perlindungan anak tersebut adalah Yayasan Bangun Bahagia Sejahtera (Yayasan Bagea) yang terletak di sekitar pintu keluar Tol Pasirkoja. Yayasan Bagea merupakan lembaga yang memberikan layanan berupa pendidikan non-formal, pemberdayaan sosial masyarakat, dan perlindungan anak (khususnya bagi anak jalanan, kaum marjinal, dan anak dhuafa beserta keluarganya).

Anak-Anak Jalanan Tol Pasirkoja (dok. Pribadi)
Anak-Anak Jalanan Tol Pasirkoja (dok. Pribadi)

Yayasan Bagea ini menjadi tempat kami (Kelompok 48 KKN UPI -- Kelompok Kelurahan Warung Munncang) melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata selama kurang lebih satu bulan. Alasan dipilihnya Yayasan Bagea ini karena kami rasa cocok dengan tema yang kelompok kami dapatkan yaitu Desa Tanggap Budaya. Salah satu sub temanya ialah Desa Damai Berkeadilan yang di dalamnya memuat hal yang berkaitan dengan 1) Anak putus sekolah di daerah konflik atau bencana alam; 2) Kriminalitas, perkelahian, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), kekerasan terhadap anak; 3) Perkerja anak dan perdagangan manusia; dan lain sebagainya. Tiga masalah tersebut kami rasa masih sering terjadi di daerah Pasirkoja, sehingga dipilihlah Yayasan Bagea.

Menurut pendampingan yang dilakukan oleh Yayasan Bagea, terdapat beberapa faktor mengapa anak turun ke jalanan. Sebanyak 63% anak jalan turun ke jalanan dikarenakan oleh faktor ekonomi, dan sisanya adalah karena faktor kekerasan, eksploitasi, pola asuh, dan penelantaran.

Untuk faktor ekonomi, biasanya anak diminta turun ke jalanan oleh pihak keluarganya sendiri. Anak dijadikan sebagai faktor ekonomi keluarga agar mereka dapat mencukupi kebutuhan dasar. Oleh karena itu anak juga dapat dijadikan aset ekonomi yang sangat potensial yang dapat dioptimalkan sebagai salah satu pilar penyangga ekonomi keluarga mereka (Sasmito dalam Suharto, 2016). Selain faktor ekonomi terdapat faktor kekerasan, dimana anak akan turun ke jalan karena mendapat kekerasan di dalam rumahnya, atau karena mendapat kekerasan verbal (bullying) di sekolahnya, sehingga menyebabkan mereka putus sekolah dan turun ke jalan.

Memberikan sedikit bantuan kepada keluarga anak jalanan yang putus sekolah (dok. pribadi)
Memberikan sedikit bantuan kepada keluarga anak jalanan yang putus sekolah (dok. pribadi)

Selain itu anak turun ke jalan disebabkan oleh pola asuh. Pola asuh ini merupakan faktor yang cukup penting, karena jika orang tua memiliki pola asuh yang benar, seperti memberikan kasih sayang; perhatian; dan tidak melakukan kekerasan kepada anaknya, maka besar kemungkinan mereka tidak akan turun ke jalan. Jika orang tua sayang kepada anaknya, mereka tidak akan tega untuk membiarkan anak mereka berada di jalanan.

Oleh karena itu Yayasan Bagea sangat berupaya untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, tidak hanya bertujuan agar anak-anak tidak terjun ke jalanan lagi tapi juga untuk meningkatkan kehidupan mereka menjadi lebih baik kedepannya. Yayasan Bagea dapat menjadi tempat untuk anak-anak jalanan di sekitar pintu keluar Tol Pasirkoja memperoleh perhatian dan kasih sayang yang belum tentu mereka peroleh di dalam rumah mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun