Perkembangan fisik adalah perkembangan yang berkaitan dengan tinggi dan berat badan, bentuk tubuh, dan perkembangan otak. Fisik yang ada pada setiap anak usia sekolah dasar telah mengalami perkembangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu adanya pengamatan dan pemberian stimulus pada anak agar dapat mengetahui informasi mengenai hal tersebut dengan lebih jelas. Dengan ini, mahasiswa PGSD UPI Kampus Daerah Cibiru khususnya angkatan 2022 dibimbing oleh ibu Triana Lestari, S.Psi., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik di Sekolah Dasar untuk membuat projek dalam perkuliahan dengan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL). Kami dari kelompok 6 yang beranggotakan 4 orang yaitu Delis Fitriya Nur Hidayah, Diah Sukma Pratiwi Nasution, Naya Sukma Fitriani, dan Nisa Ageng Hayati telah melakukan observasi mengenai perkembangan fisik yang ada pada anak kemudian dilanjut dengan implementasi media stimulasi perkembangan fisik terhadap anak usia sekolah dasar yang ada di SDN Cibiru 09.
Peneliti melakukan observasi perkembangan fisik pada siswa di SDN Cibiru 09 kelas 3 yang berjumlah ± 35 orang. Peneliti menemukan 8 indikator yang menjadi permasalahan dalam perkembangan fisik pada anak usia 9 tahun atau pada kelas 3. Indikator tersebut yaitu sebagai berikut.
- Pertama, memiliki penglihatan yang kurang jelas. Peneliti melakukan tes menggunakan media pembelajaran yang dibuat bernama "Kotak Bermanfaat", lalu anak diperintahkan untuk melihat dan membaca teks sebagai pembuktian bahwa siswa tersebut mampu melihat dengan jelas atau tidak. Pada anak kelas 3 SDN Cibiru 09 rata-rata memiliki penglihatan yang jelas, namun ada 3 anak yang sudah menggunakan kacamata, karena siswa tersebut memiliki minus atau plus pada matanya.
- Kedua, terdapat anak yang sudah mengalami menstruasi. Pada anak kelas 3 SDN Cibiru 09, peneliti belum menemukan siswi yang mengalami menstruasi.
- Ketiga, berbicara dengan keras bagi laki-laki sebagai bentuk hormon. Pada siswa kelas 3 di SDN Cibiru 09, peneliti belum menemukan suara keras pada laki-laki akibat perubahan hormon, artinya pada siswa kelas 3 di SDN Cibiru 09 belum ada laki-laki yang memiliki perubahan hormon jika dilihat dari segi perubahan suara.
- Keempat, kurang mampu menjaga kebersihan kuku. Pada siswa kelas 3 di SDN Cibiru 09, rata-rata siswa sudah mampu menjaga kebersihan kuku dengan memotong kukunya satu minggu sekali, tidak dibiarkan kuku panjang atau kotor, dan bagi siswa perempuan tidak menggunakan cat kuku, namun terdapat beberapa siswa masih memiliki kuku yang masih panjang dan kotor.
- Kelima, kurang mampu menjaga kebersihan gigi. Dalam satu kelas rata-rata mempunyai gigi berlubang dan tidak rapi. Hal tersebut karena adanya pertumbuhan gigi susu ke gigi permanen. Untuk kebersihan gigi kebanyakan mempunyai gigi bersih seperti tidak berkarang walaupun memang tidak begitu putih. Pada saat ditanya, kebanyakan anak menjawab dengan alasan malas menggosok gigi. Terdapat salah satu siswa yang hanya menggosok gigi 1 kali dalam sehari tanpa gosok gigi kembali saat ingin tidur, "Saya tidak sempat gosok gigi sebelum tidur karena ngantuk" ujar Nafiz yang merupakan siswa kelas 3.
- Keenam, memiliki tinggi badan yang belum sesuai dengan anak yang berumur 9 tahun. Umumnya, tinggi badan anak yang berada di kelas 3 berada pada kisaran tinggi badan normal. Namun, terdapat 2-3 orang anak mempunyai tinggi badan yang lebih tinggi daripada teman sebayanya. Hal tersebut terjadi karena faktor internal/keturunan dan eksternal karena makan makanan yang kurang bergizi, serta banyak mengonsumsi makanan junkfood.
- Ketujuh, mimiliki berat badan yang belum sesuai dengan anak yang berumur 9 tahun. Pada tinggi badan, terdapat beberapa anak yang memiliki berat badan berlebih dari berat badan teman seusianya. Hal tersebut karena faktor makanan yang tinggi karbohidrat salah satunya mie instan. "Saya sangat suka mie, bisa habis sampai 10 mie gelas kecil", ucap Azka.
- Kedelapan, terdapat anak yang sudah merokok. Pada kelas 3, tidak ditemukan adanya anak yang sudah merokok. Terutama anak lak-laki tidak ada yang sudah merokok ataupun mencobanya. Ketika ditanya, mereka (siswa laki-laki) hanya menjawab, "Tidak, saya tidak merokok. Paling saya hanya mencoba makanan yang mirip sekali dengan rokok seperti permen dan memakannya seperti menghisap rokok", Ujar Naufal. Namun, perlu ditegaskan lagi bahwasanya pemakaian rokok tidak baik bagi kesehatan. Selain itu, banyaknya pengguna rokok di Indonesia secara tidak langsung mengajarkan generasi muda mengenai hal tersebut. Itulah mengapa, banyak anak yang tergiur mencoba rasanya merokok walaupun dengan mengubah batang rokok dengan kertas, makanan, dan lain sebagainya.
Media yang akan digunakan dalam memberikan stimulus pada anak mengenai perkembangan fisik ini yaitu “Kotak Bermanfaat”. Media ini dibuat dengan bahan dasar kardus bekas yang diwarnai dengan beberapa warna yang berbeda sehingga dapat membuat anak tertarik dalam bermain. Kotak tersebut dibuat seperti kubus yang berisi teks dan gambar yang mengandung kalimat edukasi atau dorongan dari setiap permasalahan di atas. Dengan adanya media tersebut, perkembangan anak secara fisik maupun karakter dapat dipantau. Tujuan dibuatnya media tersebut yaitu untuk memberikan dorongan atau stimulus pada anak agar dapat memperbaiki permasalahan di atas seperti dengan adanya media tersebut, kurangnya penglihatan pada anak dapat dapat distimulasi dengan membaca teks yang ada di dalam kotak, dan seterusnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H