Sosiolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat, termasuk bagaimana faktor sosial seperti gender memengaruhi penggunaan bahasa. Dalam konteks ini, gender tidak hanya mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga pada konstruksi sosial yang memengaruhi perilaku, termasuk cara berbicara.Â
Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan cenderung menggunakan bahasa dengan cara yang berbeda, tergantung pada norma sosial dan budaya yang berlaku. Perempuan sering diasosiasikan dengan penggunaan bahasa yang lebih sopan, halus, dan kooperatif, sementara laki-laki cenderung menggunakan bahasa yang lebih langsung, kompetitif, dan tegas. Perbedaan ini dapat dilihat dalam berbagai aspek linguistik, seperti pilihan kata, intonasi, dan gaya komunikasi.Â
Misalnya, studi Deborah Tannen (1990) menunjukkan bahwa :
Perempuan sering menggunakan strategi komunikasi berbasis solidaritas, seperti mengajukan pertanyaan untuk membangun hubungan.Â
contohnya  "Kamu sudah selesai dengan proyek itu? Kalau ada yang bisa aku bantu, kasih tahu ya.".  Kalimat ini menunjukkan perhatian, empati, dan usaha membangun hubungan.
Sementara laki-laki lebih fokus pada pertukaran informasi dan status.
contohnya  "Proyek itu sudah selesai minggu lalu, dan hasilnya sesuai target yang ditetapkan.".  Kalimat ini lebih berfokus pada penyampaian fakta dan menegaskan pencapaian.
Di sisi lain, Robin Lakoff (1975) mengemukakan bahwa bahasa perempuan sering dianggap kurang kuat, seperti penggunaan tag question ("Kamu setuju, kan?") atau ungkapan yang menunjukkan ketidakpastian.Â
Penggunaan tag question:
"Kita harus mengajukan ide ini di rapat berikutnya, kamu setuju, kan?". Kalimat ini menunjukkan upaya meminta persetujuan dari lawan bicara untuk memastikan penerimaan ide.
Namun, generalisasi seperti ini juga harus dilihat dengan kritis. Penggunaan bahasa tidak hanya dipengaruhi oleh gender, tetapi juga oleh faktor lain seperti kelas sosial, usia, dan konteks situasional. Dalam masyarakat modern yang semakin inklusif, perbedaan berbasis gender dalam penggunaan bahasa mulai berubah, seiring dengan meningkatnya kesetaraan gender dan perubahan norma sosial.Â
Dengan demikian, studi tentang hubungan antara gender dan bahasa memberikan wawasan penting tentang bagaimana identitas sosial dibentuk dan dipertahankan melalui komunikasi. Memahami dinamika ini tidak hanya memperkaya pengetahuan linguistik, tetapi juga membantu dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI