[caption id="attachment_139169" align="aligncenter" width="640" caption="http://www.klikunic.com"][/caption] Masih seputar kegiatan yang menguji adrenalis, guys. Okeh, setelah saya menceritakan perjalanan rafting saya ke Citarik, kali ini saya akan mempromosikan yang namanya body rafting. Hei, sama2 rafting. Wht's the different, neng? Sesuai namanya, body rafting, body artinya badan, rafting artinya arung jeram. Arung jeram yang mengandalkan badan. Kalau rafting itu biasanya pake perahu, nah yang ini cuman mengandalkan badan kita aja. Intinya kita pasrah  sama aliran sungai. Mau dibawa kemana badan kita, terserah sungai. Namun, kita masih bisa mengendalikan diri kita asal jangan panik! Itu kuncinya, don't be panic! Body rafting kali ini bisa dicoba di Green Canyon, Ciamis, Jawa Barat. Iya, ada 2 cara ternyata menyusuri reen Canyon ini: (1) Naik perahu dari dermaga dan kemudian berhenti di titik tertentu untuk menikmati pesona keindahan stalagtit dan stalagmit dari Green Canyon, (2) Body rafting, menyusuri Green Canyon dari atas hingga bawah. Perbedaan mendasar antara body rafting dengan naik perahu biasa dr dermaga adalah 1. Body rafting berenang dr atas ke bawah mengikuti arus sungai, sedangkan naik perahu melawan arus sungai 2. Ada banyak part yg gak bs dilalui oleh perahu krn kalian musti berenang ngelawan arus untuk mencapainya, termasuk sampe ke Guha Bahu. Repot nih yang nggak bisa berenang kayak saya :D 3. Body rafting memakan waktu sekitar 5 jam, sedangkan naik perahukurang lebih 2-3 jam-an 4. Sensasinya???? Yaaa body rafting-lah lebih berasaa!! Sebelum tiba di Green Canyon, kami sudah menghubungi EO penyelenggara body rafting ini. Melalui kakak kelas, akhirnya saya dipertemukan oleh Aa Dede Mendoel. Sudah ada kesepakatan harga dari Jakarta. Di tengah hujan deras Jumat malam, kami bertiga nekat berangkat ke Green Canyon. Persiapan Body Rafting Jam 06.00 WIB kita udah nyampe di Terminal Pangandaran. Sholat subuh, naik angkot, lalu nyambung dengan ojek, akhirnya kami sampai di base camp-Aa Dede. Sarapan dengan indotel, ganti kostum, beli sendal jepit. Disarankan pake sendal jepit yah supaya gampang lepas-pakainya. Next, kita pake segala perlengkapan: helm, pelampung, pelindung tulang kering. [caption id="attachment_139170" align="alignleft" width="307" caption="jalanan menuju Guha Batu"][/caption] Karena cuman bertiga, kita naik motor ke bukit (harusnya naik mobil pick up). Beeeh jalanannya gak jauh beda kayak rafting di Citarik. Lebih parah malah!! Jalanannya naik turun menukik dan masih murni banget dengan batu-batunya. "Welcome at Body Rafting Area at Guha Bahu" (kalo gak salah begitu bunyinya), ucapan selamat datang bagi kami. Setelah setengah jam naik motor, kami sampai di sebuah gubuk. Dari gubuk itu kita msh harus jalan lg ke bawah sejauh 1 km. Deket sii sbnrnya hanya krn jalan setapak bin licin bin becek, membuat perjalanan ini terasa makin lama. Kalau sendalya licin, bakal kepleset2 terus loh kayak temen saya, Irmaw. Plus sendalnya putus! Hahahaha.. Di jalan setapak ini juga kita ketemu sama the top of Guha Bahu. Asli guanya baauuuuuu!! Masih anget gt baunya! Hahahaa. Saya tanya sm pemandu, katanya bau kotoran kelelawar. Dan tempat start kita rafting emang dari mulut Gua Bahu ini. It Was Brown Canyon, Not Green Canyon Akhirnya kita sampai di mulut Guha Bahu. Wooooww, airnya deras bangeeeett!! It was Brown Canyon! The real Brown Canyon (not Green Canyon). Berhubung semalam hujan deras di ssana, alhasil ketika paginya air berubah menjadi cokelat dan aliran yang sangat deras. Selama ga banjir dari atas, body rafting tetap bisa dilakukan. Aa Dede bilang, "Kalo yang adrenalinnya tinggi, kelebihan dari Brown Canyon adalah arusnya yang deras. Lebih menantang buat body rafting. Kalo Green Canyon, gak ada tantangannya krn airnya deras. Mw rafting jg yang ada nyangkut melulu karena debit air yg kecil dan lebih cepet kebentur2 batu dan karang."  Ok, foto dulu di mulut Guha Bahu. Mengencangkan smw alat pengaman rafting yg nempel di badan, berdoa pun dimulai. Bismillah. Sebenrnya kegiatan body rafting ini kurang seru untuk diceritakan. Kalian harus mencoba sensasinya sndiri! ARGH bener2 amazing body rafting deh pokoknya. SPEACHLESS! Kalo yg dah pernah rafting di Citarik, sungguh Citarik tidak ada apa2nya! Tapi yaa sbg gambaran, saya akan tetep menceritakannya bagaimana AMAZING nyabody rafting di Green Canyon. [caption id="attachment_139171" align="alignright" width="410" caption="Sebelum menceburkan diri aka. body rafting"][/caption] Kami dipandu sama 2 orang pemandu laki-laki. Keduanya bernama Aa Dede. Untuk membedakannya, saya kasih inisial Aa Dede G (G untuk gemuk. Karena emang lbh gemukan dr Aa Dede yg satunya) dan Aa Dede K (K untuk kurus). Aa Dede K udh nyebur duluan. Memasang tali beberapa meter dr tempat start. "Loh, ini gimana mulainya A'?, tanya saya ke Aa Dede G. "Ya udah terjun aja. Ntar jg ikutn air ngalir", kata Aa Dede G. Dia pun menyontohkan dengan menjatuhkan diri sembari terlentang dan tubuhnya mengikuti arus sungai dari Green Canyon ini. Loh loh lohh, kita ditinggal. Kedua pemandu udh nyemplung duluan. Bagaimana ini?? Saya pun mulai duluan dan meninggalkan kedua teman saya, Irmaw dan Budi. Saya menjatuhkan diri ke air dan membiarkan bada saya kebawa arus! Aaaaa, mantaap! Satu hal lagi, saya nggak bisa berenang! But dont worry be happy. "Kan ada pelampung. Yang penting jangan panik di beberapa kesempatan", kata Aa Dede K. Pemandu2 ini sdh amat sangat jago, kawan! Percaya saja pd mereka! Ok, body rafting sejauh ini mulus. Ditemani dg rintikan hujan, kami bertiga membiarkan diri terbawa arus sungai. Kedua Aa ini sdh pasti sangat hafal akan medan yg mereka lalui. Sudah hafal betul dimana pusaran air yg bahaya dan tidak bs dilewati oleh para amatiran sperti kami bertiga ini. Kalo sdh begini, mereka membentangkan tali hingga ke tempat yg aman. Tugas kita hanyalah pegangan kuat pada tali hingga ke tiitk yg ditentukan dan langsung mencari pijakan untuk mendarat di atas karang. Beberapa kali diantara kami gagal berenang dan berpijak dg baik. Saya sempet merasakan 2-3 kali gagal dan hampir terbawa arus yg sangat kenceng! Jadi, seperti biasa, si Aa telah membentangkan tali hingga ke karang/batu tertentu. Tapi krn arus yg kuat banget, udh sampe di titiknya, badan saya msh ikut terdorong sm kuatnya arus! Pegangan tali yg kuat adalah kuncinya! "Cari pijakan! Cepet cari pijakan!!", kata Aa Dede K sambil nahan+narik ke atas badan saya. LAH ya gimana mw cari pijakan?? Badan saya terus kedorong arus. Sambil terus pegangan tali yg kuat dibantu badan saya ditarik ke atas, saya cari2 batu buat berpijak. "Belom belom!" *belom dapet pijakan yg pas maksudnya*, kata saya. Semetara itu, saya jg udah panik. Ni air debitnya banyak bgt! Mulut saya keminum air, idung kemasukan air. I waspanic @ the disco!! Terus terus berusaha dan akhirnya saya dpt pijakan dan selamat naik ke atas karang. Saya sambil batuk2, idung gak enak bener, kita istirahat sebentar. Kita minum, makan, foto2, santai-santai dulu. Sementara kedua pemandu sibuk muter otak mengakali arus supaya kita tetep bs lanjut rafting. [caption id="attachment_139172" align="aligncenter" width="410" caption="Kalo medan udah susah, cara gampangnya pegangan tali seperti ini"][/caption] Temen saya, Irmaw, beda lagi kegagalannya. Kalo ditarik garis lurus membujur, ada 2 posisi batu. Jadi wilayahnya kebagi tiga gitu. Nah, kita harus mencapai batu yang di depannya lagi dan melewati jeram yg tengah. Sementara posisi kita agak ke kanan. Sebelah kanan kita ini ada jeram yg lbh bahaya dr yg tengah. Otomatis kl kita berenang ke arah kanan, pasti kita kebawa arus terus terus dan teruss kanyut.. Si Irmaw duluan bergerak. Titik mula Irmaw bergerak ke batu itu pun beda sm saya n Budi. Sebelumnya Irmaw udh nyasar duluan. Saya n Budi duduk di batu, sedangkan Irmaw nyangkut di pinggiran tebing. Ok, Aa Dede K kasih aba2 ke Irmaw, "Berenang ke arah kiri ya. Jangan ke arah kanan". Si irmaw start emang udh dr arah kanan. Irmaw gak seimbang. Makin lama makin ke kanan. Yak yak yaaak.. Ya udh deh, dia bablas ke jalur kanan, masuk ke jeram!! Aa Dede G yang udh stand by di titik tempat kita harus berhenti, berusaha mengejar Irmaw. Untungnya dia gak hanyut jauh. Pas saya liat lagi, dia udh pegangan batu di pinggiran tebing lagi. Alhamdulillah, temen saya selamat! Bagaimana dg saya? Sementara saya, dengan mulus lewat tengah. Sesuai aba2, saya bergerak berenang makin ke kiri. Pas ada jeram di tengah, saya harus tahan nafas krn air akan otomatis masuk idung. Bravoo! I did it! Yeaaaayy!! Si Budi, start nya udah bener tapi salah jeram juga dia. Makin lama kalo diliat-liat, debit air makin banyak. Arus makin deras. Kedua pemandu udh ngomong aja pake bahasa Sunda. Untungnya, di antara kita gak ada yg ngerti bahasa pemandu. Dia mw bilang kondisi air kacau, kami lamban ato apalah, kami ga ngerti. Akibatnya, kami gak ikutan panik krn gak tau kondisi yg sesungguhnya. Ketawa-ketiwi aja kita sambil merasakan kerennya pesona alam Green Canyon, mendengarkan suara air mengalir dg deras, dan terkagum-kagum dg stalagtit stalagmitnya.  Oooh.. subhanalloh. Karen banget!! Naik-Turun Panjat Tebing Akhirnya si Aa Dede menjelaskan pada kami kalau debit air makin banyak, arus makin deras. Dia mencoba mencari sinyal buat nanyain org di dermaga, apakah ada kloter selanjutnya yg brkt setelah tim kami? Kalau ada, kemungkinan kita dibarengin dg mereka. Tapi apa daya, trnyata HP ga dpt sinyal. Lalu si Aa Dede G menjelaskan lagi.. Pilihannya ada dua: lewat jalur evakuasi dan gak melewati top of view-nya Green Canyon ato kita melipir tapi dpt top of view-nya Green Canyon. Yaah, masa udh jauh2 gak dpt  top of view-nya Green Canyon. Akhirnya kita sepakat, kita melipir pelan-pelan hingga ke Batu Payung (jalan pelan-pelan dibantu dorongan arus air dan/ato pegangan tali dan/ato memajat tebing). Setelah itu kita baru naik tebing ke tempat perahu menjemput. Saya pun bertanya, "Ini udh setengah perjalanan nih??" Aa Dede G menjawab, "Belom." Gubrak! Masih jauh abis! Okelah lanjutkan! Melipir-melipir sambil meraba-raba karang di bawah. Lumayan booo' kalo kepentok karang apalagi salah injek karang. Ketusuk kaki kita. Tapi asli, di sini yg keren! Detik2 mencapai Batu Payung. FYI, Batu Payung adalah tempat dimana orang2 loncat kalo ke Green Canyon. Gak ke Green Canyon namanya kalo gak loncat dr Batu Payung. Sama kayak ke Pulau Tidung, gak ke Pulau Tidung namanya kalo gak loncat dr Jembatan Cinta (hahaa itu mah saya bgt! Ugh!). Ok, kembali ke detik2 mau ke Batu Payung. Di sini kita panjat turun tebing. ARGH KEREN BANGET!!! Seruuuuu!! Kita harus cari pijakan yg benar supaya gak jatoh. Tangan dan kaki juga harus kuat. Anehnya, batu2nya gak licin, gak lumutan. Jadi lebih mudah jg buat kami untuk panjat dan turun tebing. Dan keren baget rasanya pas nyampe di atas sambil diguyur air yg berasal dr langit gua (ini air beneran plus campur ujan) dan ngeliat betapa derasnya air di bawah plus batu2 besat yg memecah derasnya air. MANTAAAAPP!!! Berasa jadi anak platalam mendadak ini kita, panjat turun tebing :p Keahlian panjat turun tebing yang kilat! Ok, perjalanannya saya potong yah karena kepanjangan. Mau tau cerita selanjutnya? Yuk, ikutin di sini [caption id="attachment_139173" align="aligncenter" width="307" caption="Panjat tebing, masuk ke gua"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H