Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar nasihat seperti "pikirkan yang positif" atau "semua akan baik-baik saja." Meskipun maksudnya baik, ada kalanya nasihat ini justru membuat kita merasa tertekan untuk selalu terlihat bahagia, bahkan saat kita sedang tidak baik-baik saja. Inilah yang dikenal sebagai toxic positivity, sebuah fenomena di mana tuntutan untuk berpikir positif malah menjadi beban, menutupi emosi negatif yang seharusnya diakui dan dipahami.
Toxic positivity bukan hanya tentang mencoba melihat sisi baik, tetapi tentang menolak kenyataan bahwa tidak semua hal dalam hidup bisa diselesaikan dengan senyuman. Misalnya, saat seseorang menghadapi kehilangan atau kegagalan, mengatakan "pikirkan hal-hal baik saja" mungkin tidak membantu, bahkan bisa membuat mereka merasa bahwa perasaan sedih atau kecewanya tidak valid.
Solusi untuk Menghindari Toxic Positivity adalah dengan mengakui Semua Emosi. Penting untuk mengakui bahwa merasa sedih, marah, atau kecewa adalah hal yang wajar. Emosi-emosi ini tidak perlu disembunyikan atau dianggap sebagai kelemahan. Alih-alih memaksakan diri untuk selalu positif, berikan ruang bagi diri sendiri untuk merasakan dan memproses setiap emosi dengan jujur. semangat^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H