2 Agustus 2021 menjadi awal perjalanan pengabdian untuk 20.000 lebih mahasiswa di seluruh Indonesia mengabdikan diri untuk menjadi solusi bagi SD dan SMP yang terdampak pandemi saat itu. Kegiatan pengabdian tersebut merupakan bagian dari program Kampus Mengajar yang digelar oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Kampus Mengajar menjadi salah satu program dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar dapat mengembangkan diri secara langsung melalui kegiatan diluar perkuliahan. Dengan sasaran SD dan SMP di wilayah 3T dan atau non-3T dengan akreditasi B dan C, Kampus Mengajar menawarkan berbagai solusi permasalahan yang harus mahasiswa implementasikan di sekolah sasaran.
Program yang telah mengumpulkan 5 angkatan hingga tahun 2022 ini menawarkan ‘paket’ bantuan solusi untuk permasalahan pada Literasi, Numerasi, Adaptasi Teknologi, Administrasi, hingga penerapan Profil Pelajar Pancasila yang disampaikan kepada para mahasiswa melalui kegiatan pembekalan dan pengarahan sebelum waktu pelepasan dan penerjunan mahasiswa ke lapangan dilakukan.
Siti Annisa dan kawan – kawan dari Perguruan Tinggi dan Program Studi yang berbeda berkumpul menjadi satu kelompok untuk melaksanakan tugas tersebut di SD Islam Al-Muizz,  Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat. Lokasi sekolah yang cukup dekat dengan jalan raya dan banyak sekali pabrik ini menarik perhatian karena cukup terkenal di daerah tersebut meskipun lokasi sekolah tidak cukup strategis.
Masuk ke area pemukiman warga, keberadaan SD Islam Al-Muizz membuat suasana pemukiman menjadi ramai dengan kendaraan beroda dua yang datang dan pergi untuk menjemput atau mengantar anaknya. Ramai dengan keberadaan anak sekolah saat pembelajaran kembali tatap muka, pun terasa hangat karena dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar yang berjualan jajanan dengan harga bersahabat.
Hal lainnya dan menjadi pokok dari program kelompok dalam membantu kondisi sekolah adalah kompetensi peserta didik dalam berliterasi.
Dalam paparan pemateri saat pembekalan, diberitahukan bahwa setiap kelompok dapat melaksanakan program inti dengan berbagai macam daya upaya. Saat itu, permasalahan literasi di SD Islam Al-Muizz menjadi fokus utama kami untuk diberikan berbagai macam solusi sederhana namun dapat dilakukan secara rutin oleh pihak sekolah dan bahkan jika saat mahasiswa Kampus Mengajar sudah tidak lagi bersama-sama membantu sekolah.
Program literasi dengan nama ‘10 minute 1 story’ menjadi perjalanan proses literasi dari siswa/siswi SD Islam Al-Muizz selama pembelajaran tatap muka berlangsung. Program yang cukup sederhana, dengan memanfaatkan buku bacaan atau membawa sumber bacaan lain, setiap siswa dapat membaca selama 10 menit sebelum pembelajaran dimulai.Â
Setelah membaca, siswa akan diberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan bahan bacaan. Dari jawaban tersebut kegiatan pemahaman literasi diukur. Hal tersebut pun menjadi validasi bahwa siswa dapat membaca dan memahami makna bacaan dengan baik atau tidak.
Tidak sampai disitu, program literasi 10 minute 1 story yang dijalankan sejak minggu pertama pelaksanaan program ini ditingkatkan dengan memberikan fasilitas lebih berupa buku bacaan dari perpustakaan untuk menambah referensi membaca dan memperluas wawasan akan bacaan yang dibaca menjadi lebih beragam.